My Twilight

Av apsineng_ca07

3.6M 172K 3K

[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR... Mer

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25.
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Bukan update
Part 31
Part 32
PENTING
Part 33
Visual 1
Part 34
Visual 2
Part 35
Part 36
Part 37
Info
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
part 53
Part 54
Part 56
Part 57

Part 55

16.5K 1K 81
Av apsineng_ca07

Happy reading...

***

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Fana.

Bukannya menjawab, dokter Dirga malah mengambil amplop besar berwarna coklat di atas mejanya lalu membukanya. Dokter Dirga memberikan isi amplop itu pada Fana.

"Saya sudah konfirmasi langsung dengan dokter Fajar, dokter ahli kanker-"

"Kanker?" Sela Fana menatap dokter Dirga bingung.

"Dalam hasil CT scan, anak ibu menderita kanker darah stadium akhir, atau bisa disebut leukimia."

Deg

Betapa terkejutnya Fana mendengar kabar itu. Air matanya turun begitu saja dan suara tangis kecil terdengar dari mulutnya.

"Gak, dokter pasti salah. Selama ini anak saya sehat-sehat aja. Pa-pasti ada kekeliruan-"

"Dok periksa sekali lagi, saya yakin hasilnya salah, anak saya gak mungkin menderita kanker!!" Ucapnya.

"Maaf bu, tapi dokter fajar sendiri yang membenarkan. Dokter fajarlah yang selama ini menangani penyakit nona Giren."

"Ma-maksud dokter?"

"Mungkin ibu bisa tanya langsung kepada dokter Fajar. Saya tidak memiliki hak untuk menceritakannya kepada ibu." Kata dokter Dirga.

"Dimana ruangan dokter Fajar?!" Ucap Fana datar.

"Mari saya antar."

***

Disebuah bangunan terbengkalai, dua orang sedang bersitatap di bawah kegelapan.

"Apa yang kau lakukan?!! Ini tidak seperti kesepakatan kita!" Ucap salah satu dari orang itu.

"Melihatnya lepas begitu saja, apa kau kira itu sesuai kesepakatan kita?! Tidak bukan!!" Balas lawan bicaranya.

"Kau memang gadis yang amatiran! Sampai gadis itu mati, kau orang pertama yang akan saya cari." Setelah mengucapkan hal itu, orang itu pergi meninggalkan gadis itu.

"Tujuan ku memang untuk membunuhnya. Tidak akan ku biarkan dia selamat." Gadis itu tersenyum miring di bawa kegelapan.

***

Di ruangan dokter Fajar, Fana terus menangis setelah mengetahui keadaan putrinya. Ia tak menyangka selama ini putrinya menanggung penderitaan seberat itu sendirian. Ia semakin merasa bersalah karena tidak bisa menjaga putrinya. Karena kesibukannya membuat ia menelantarkan anaknya.

"Dok tolong sembuhkan anak saya dok. Saya akan bayar berapapun itu, tapi sembuhkan anak saya." Fana terus memohon kepada dokter Fajar sambil menangis.

"Melihat kondisi nona Giren sekarang, saya tidak bisa janji apa-apa. Mengingat nona Giren tidak rutin melakukan kemo terapi membuat saya sedikit ragu."

"Tapi saya akan berusaha melakukan sebisa saya untuk kesembuhan nona Giren-" lanjutnya.

***

Di sebuah taman yang dikelilingi banyak bunga, Giren berjalan tanpa arah.

"Aku dimana?" Tanyanya entah pada siapa.

Matanya tak sengaja melihat seorang gadis dari kejauhan sedang duduk di kursi kayu. Kakinya kembali melangkah menuju gadis itu.

"Permisi."

Gadis itu berbalik menatap Giren. Giren membeku di tempat, mulutnya terasa di tahan tak bisa bicara.

"Hai," Sapa gadis itu tersenyum manis.

"Ka-kamu," Ucap Giren terbata-bata.

"Duduk," Kata gadis itu.

Giren tidak bergerak sedikitpun. Ia masih syok melihat gadis itu.

"Aku akan jelaskan semuanya, duduk." Setelah mendengar ucapan gadis itu, Giren menurut untuk duduk di samping gadis itu.

Cukup lama terdiam menatap pemandangan di depannya, gadis itu menoleh menatap Giren yang terus menatapnya.

"Kamu pasti jelas udah kenal aku."

"Kenapa kamu disini? Kenapa kamu ninggalin semuanya dan limpahin masalah kamu ke aku GIREN!??"

Gadis itu adalah Giren, Giren yang asli. Setelah sekian lama akhirnya ia menampakkan diri di hadapan Mezya.

"Takdir gak ada yang tau Mezya. Aku gak pernah nyangka kita akan berakhir begini. Jujur penderitaan ini udah cukup menyiksa aku, aku juga gak mau nyiksa orang lain karna takdir aku."

"Dulu aku hidup tanpa kasih sayang, sedangkan kamu hidup di penuhi kasih sayang walau kamu cuman punya ibu. Aku iri Zy, aku iri kamu bisa ngerasain kasih sayang seorang ibu."

"Tapi sekarang mereka udah berubah, setelah kamu hadir mereka jadi lebih peduli sama aku walau sebenarnya di tubuh aku bukan jiwa aku, melainkan jiwa kamu. Tapi aku bersyukur, setidaknya kamu bisa ngerasain punya keluarga lengkap lagi."

"Keluarga lengkap tidak menjamin kebahagiaan Ren. Bagaimana dengan ibu aku, ibu aku sendiri Ren. Dulu dia punya aku, sekarang dia gak punya siapa siapa lagi," ucap Mezya.

"Dunia ini hanya satu Mezya," Ucap Giren.

"Maksud kamu?" Tanya Mezya bingung.

"Kamu bisa ketemu sama ibu kamu."

Seakan sebuah kebahagiaan yang besar hadir di hidupnya kembali. Rasanya ia sulit percaya.

"Ka-kamu serius?" Tanyanya memastikan.

"Kamu tau alamat desa kamu kan?" Mezya sontak mengangguk cepat.

"Pergilah kesana. Lakukan semau mu Mezya aku gak akan ikut campur ataupun keberatan. Sekarang tubuh aku adalah milik kamu. Tapi.." Giren menggantung ucapannya.

"Tapi apa?"

"Tapi tolong buat mereka menyesal Mezya. Setidaknya buat mereka sadar akan kebodohannya. Hidup kamu juga gak akan bisa tenang sebelum gadis sialan itu berhenti melakukan hal gila. Gadis itu akan menghalalkan segala cara untuk celakain kamu."

Mezya mengerti maksud perkataan Giren. "Aku gak bakal biarin dia ngambil semua milik kamu Ren. Aku janji."

"Makasih." Giren memeluk Mezya untuk pertama kalinya.

"Mezya."

"Hm?"

"Ada sebuah rahasia besar yang belum kamu ketahui tentang kalung itu," Ucap Giren serius.

"Kamu tau soal kalung yang aku temuin di gudang?" Giren mengangguk kecil.

"Rahasia apa? Kamu tau sesuatu?"

Giren menggeleng. "Aku gak tau pasti. Yang aku tau, ada rahasia besar di balik kalung itu. Kamu harus cari tau sendiri soal ini. Aku yakin kamu bisa laluin semua ini."

"Kenapa kamu bisa seyakin itu?"

"Axan. Kamu punya Axan. Aku yakin dia bisa tolong kamu. Dia gak akan biarin kamu celaka. Terlebih lagi Abizer."

"Abizer?"

"Dia akan jadi pelindung kamu selain Axan Zy."

"Aku tau itu."

"Tapi cinta gak selamanya bisa bersatu Zy."

"Maksud kamu?"

"Biarkan takdir yang menjawab semuanya. Perjalanan hidup kamu masih panjang Zy. Aku tau ini berat, tapi kamu punya mereka. Mereka sayang sama kamu, jadi tetap berjuang untuk mereka."

"Aku gak ngerti maksud kamu apa." Mezya bingung dengan ucapan Giren. Ia sama sekali tidak mengerti maksud ucapan gadis itu.

"Sudah saatnya kamu kembali."

"Kamu?"

"Aku akan tetap disini."

"Ikuti cahaya itu, dan kamu akan kembali."

Mezya menatap Giren sedih. Ia memeluk Giren untuk yang terakhir kalinya.

"Makasih kamu udah biarin aku hidup di tubuh kamu."

Giren mengangguk kecil. "Pergilah, semua orang udah nunggu kamu." Mezya kembali mengangguk lalu berjalan menjauh dari Giren masih ke dalam cahaya itu.

***

Di dalam ruangan ICU, perlahan-lahan Giren membuka matanya. Abizer masih setia menunggu Giren di luar ruangan berdiri di depan kaca sambil terus melihat Giren.

Abizer terkejut kala melihat mata Giren perlahan terbuka. Senyuman di bibirnya mengembang. Tanpa basa-basi, Abizer berjalan cepat masuk ke dalam ruangan tanpa memperdulikan teman-temannya terus meneriakinya.

"Sayang." Suara itu berhasil mengalihkan pandangan Giren yang semula menatap langit-langit.

Giren tersenyum manis ke arah Abizer. Abizer berjalan perlahan kearahnya dengan setetes air mata yang terus jatuh membasahi pipinya.

Abizer menduduki tubuhnya di kursi lalu meraih tangan Giren. Abizer mencium tangan Giren lembut.

"A-ab-biz... Zer," Ucap Giren susah payah.

"Kenapa? Is anyone sick? Dimana? Aku panggilin dokter ya." Abizer hendak memencet tombol di dinding untuk memanggil dokter namun di cegah oleh Giren.

Giren menggeleng pertanda ia melarang Abizer. Giren terus menatap Abizer lekat. Tangannya terangkat menyentuh pipi Abizer.

"Jangan tinggalin aku," Ucap Giren.

"Aku gak tau hidup aku akan sehancur apa tanpa kamu," Lanjutnya.

Tiba-tiba hati Abizer seakan di tusuk pisau mendengar ucapan Giren. "Aku gak akan ninggalin kamu. Aku akan tetap disini walau setelah kamu tau rahasia yang akan buat kamu benci sama aku." Batin Abizer.

Abizer mengangguk kecil. "Aku disini. Aku gak akan ninggalin kamu. Aku janji." Abizer mencium tangan Giren lama.

Sementara di luar ruangan...

"Kok lo gak cegah temen lo sih!" Ucap Cassandra.

"Gue bisa apa? Percuma nahan Abizer, yang ada nanti gue berakhir di gebukin," Ucap Ovan.

"Ah cemen banget sih lo."

"APA LO BILANG?!"

"Ada apa ini?" Tanya Fana yang baru saja datang.

"A-anu tante." Cassandra bingung harus menjawab apa. Ia menyenggol lengan Kesya berharap gadis itu menjawab.

"Giren udah sadar tante." Bukannya Kesya yang menjawab, tapi Letrina.

"Giren." Fana menatap kaca besar ruangan itu. Matanya jelas melihat Giren sedang berbicara dengan seorang pemuda yang tentunya dia adalah Abizer.

"Panggil dokter," Ucap Fana lalu berjalan masuk.

Fana berdiri tepat di belakang Abizer. "Giren," Panggilnya.

Giren sontak mengarahkan pandangannya ke sumber suara yang jelas sangat ia kenali. "Bunda," Ucap Giren.

Bersambung...

♣♠♣

Untuk yang kesekian kalinya el telat up. Maaf karna baru sempat up sekarang. Dan untuk ke sekian kalinya juga el bikin kalian penasaran 🙂🙏

Chapter berikutnya akan semakin seru karena ada rahasia lain yang belum terungkap, dan sosok penembak Giren.

El gak nyangka votenya udah 150RB aja. Semoga kedepannya semakin banyak.

Jangan lupa vote ya. Tandain juga kalau ada yang typo😋💐

Papayyy.

Follow

Igwp: @wpelyunsaaaa_
IgPrib: @echazz.xx_

Fortsett Γ₯ les

You'll Also Like

137K 4.9K 100
[ Tahap Revisi ] "Lepasin dia buat gue, Dek!" Karina berkata dengan wajah dan senyum tanpa dosanya. "Tapi, gue cinta sama dia Kak! Begitupun sebalikn...
5.8M 246K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1.3K 274 26
Naskah Terbaik πŸ₯‡ Genre Romance Event 'Tantangan Menulis Rasi Batch 2' bersama @semestarasi *** Berawal dari ketidaksengajaan Alaric Damian meminum...
668 116 27
Menceritakan perjuangan seorang gadis yang berusaha memecahkan dan membalaskan ketidak Adilan pada kasus Darkside 18 tahun yang lalu,dibantu dengan 3...