Soul Journey

By anufa_dillah

1.7K 190 479

THE SOUL'S 100 DAY JOURNEY TO RE-ENTER THE BODY Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25, ZEANO AAFRYEDA nyari... More

Trailer + Cast
PROLOGUE
The Beginning || Journey to LOD World
The Rule || Helper Angel & Seeker Soul
The First Mission || Drakstone
The Villain || Traumatic Attack
The Trapped Soul || Nyxshire
The Second Mission || Celesterra
The Enigma || Different Soul
The Fourth Mission || Ravenloft
The Loves || Miss U so Bad
The Guy in the Dream || Winner & Loser
The Fifth Mission || Infinity Shores
The Neutral Lost || Journey Tree
The Shot Glass of Tears || a Warm Hug
The Sixth Mission || Thornfield Vale
The Love Kisses || Finally!
The Marriage Plans || Cause ILY
The Seventh Mission || Verdentia
The Burning Love || Will YMM?
The Past Memory || Smiliar Dream
The History || Stop Think' Logically!
The Eighth Mission || Wraithwalk Moors
The Lifeblood || Half-Done
The Ninth Mission || Shadow Illusion
The Prince Tragedy || Lost Destiny
The Enemy of Destiny || End Figure
The Another Choice || YOU❓
The Lovely Silver Eyes || Continues
The Last Mission || Find Your Body
The Purpose of the Mission || 24 Hours to Choose
The Same Fate || Winners
The Normal Life || Misunderstand
New Story; 2 SO U
The Baby Boy || Reason of Win/Lose
EPILOGUE

The Third Mission || Amethys Isle

59 7 19
By anufa_dillah

.. Amethys Isle : Sebuah pulau dengan warna ungu mewarnai pemandangannya, mewujudkan esensi misteri dan pesona ..

Tidak tahu sebenarnya berapa banyak baterai digunakan untuk menciptakan satu makhluk itu. Konyol. Tetapi sungguh, Zeano itu teramat kelebihan daya. Sepuluh hari bukanlah waktu yang sedikit, tetapi setiap detik akan selalu penuh dengan segala tingkah random-nya. Waktu seperti terlalu cepat berlalu.

Sudah banyak tingkah, banyak bicara pula.

Tingkat keingintahuan yang tinggi, selaras dengan otaknya yang dapat menyerap segala informasi dengan cepat. Menuntut Berlian untuk menyelaraskan, menjadi sumber informasi yang baik ..meski terkadang seringkali kehabisan kata sebab pertanyaan terlalu jauh dari perkiraan.

"Tidakkah disini ada kamera? Ah, sial. Pemandangan itu menarik sekali. Aku ingin mengambil gambarnya. Jika aku memamerkan tangkapan gambar ini di pameran, yakin sekali gallery-ku akan penuh pengunjung."

Hanya gelengan tak habis pikir yang menanggapi kala itu. Dari bagaimana cara sosok jiwa lelaki itu berceloteh, tak dapat ditepis ..itu menggemaskan. Tetapi jika ditilik dari ucapannya, itu rumit.

Sudah sejauh ini, tetapi pikiran Zeano masih terlalu kuat terikat akan dunia nyata. Zeano masih terlalu sadar untuk jiwa normal yang seharusnya melupa, setidaknya sejenak. Disaat bayangan jiwanya berada di dalam LOD World, tetapi pikirannya seperti masih mengembara di dunia dimana dia berasal.

Bagus?

Tidak sama sekali.

Itu masalah baru untuk Zeano. Tanpa disadari, Zeano telah memancing bahaya yang lebih besar.

Usai perbincangan dengan Veins kala itu, Berlian pergi menuju Shadowmere ..berharap sang Demon bersedia membuka sedikit kartu perihal bagaimana takdir Zeano yang sebenarnya. Dan disinilah kejanggalan besar bertambah.

"Aku tidak menulis takdir serumit itu atas nama Zeano Aafryeda. Dia memang berbeda, tetapi seharusnya tidak lebih buruk daripada Veins."

Teramat memahami, itu artinya ..prediksi ia bersama Veins telak salah besar. Lebih daripada itu, dari bagaimana ragu serta bingung yang teraba jelas dari seraut sang Demon ..curiga segera mengatakan itu bukan sesuatu yang baik.

"Entitas berupa kabut yang menyelimuti hatinya itu ..bukan aku yang membuatnya."

Seuntai kalimat sederhana bermakna telak atas sebuah bencana besar ..bagi takdir Zeano. Berlian sama sekali tidak menyangka, jika sebuah entitas pengganggu utama itu rupanya di luar jangkauan sang Demon. Lantas, bagaimana takdirnya bisa dibaca? Disaat sang Demon sendiri tidak tahu darimana asalnya kabut rumit itu?

"Bisakah kau menghilangkan entitas penghalang itu?"

Retoris, disaat jawaban telak atas ketidaksediaan jelas akan menanggapi. Barangkali Zeern memang tidak tahu, tetapi bukan berarti tidak bisa pula. Apapun bisa terjadi di bawah tangannya.

Berlian sendiri seharusnya tidak peduli. Itu sudah keluar dari hak ataupun tugas. Bukan menjadi sesuatu yang normal bagi sesosok malaikat memiliki empati terhadap makhluk yang lain.

Ingat, malaikat itu tidak memiliki perasaan. Bersih dari segala emosi.

Tetapi siapa yang menyangka tanggapan sang Demon akan jauh sekali dari yang seharusnya?

"Aku tidak. Tapi seharusnya Amethysia Berliana bisa melakukannya."

Mengejutkan. Dikala kasus Veins, Zeern hanya menegaskan..

"Young Veins akan tetap berjalan di garis takdirnya. Kau hanya perlu berada pada tugasmu, yaitu mendampinginya."

Dua kalimat bermakna perbedaan teramat mencolok. Seperti ..

.. seluruh skenario takdir Veins sepenuhnya berada di tangan Zeern, dia bisa mengatur dan mengendalikannya sendiri. Sang Demon tidak memperkenankan entitas apapun untuk mencampuri skenarionya atas Veins.

Sementara Zeano ..Zeern bahkan secara terang-terangan bermaksud melibatkan sang Helper Angel. Kerumitan luar biasa, mengalahkan sang Demon sendiri untuk menangani.

Sebenarnya takdir apa yang sedang menunggu Zeano, hingga sang Demon secara mutlak menyatakan diri ..tidak bisa?

✨ SOUL JOURNEY✨

Usai mendapat waktu istirahat lebih lama, bias keemasan di sekujur tubuh kembali memberi sinyal —tepat di hari ke dua puluh dua. Misi ketiga dimulai, dan hanya memerlukan waktu satu kedip mata untuk beralih alam ..dari Bloomhaven menuju alam Amethys Isle.

Sesuai namanya, alam ini seperti surganya batu amethys. Sejauh apapun dan kemanapun retina mengarah, entitas berharga berwarna ungu itu akan memenuhi pandangan. Setiap sudut, bertabur pesona teramat mewah. Sebuah misteri menakjubkan di balik bias keunguan yang berpendar terang dari lanskap. Lengkap sudah yang bertebar, ..di sepanjang tepi jalan yang diapit bebatuan amethys, disana pula bunga-bunga tumbuh. Tidak tahu jenis apa, yang jelas semua aksennya berwarna ungu. Bahkan seluruh alam ini, persis seperti alam Nyxshire. Didominasi warna ungu di segala penjuru.

Jika perlu dibandingkan dengan alam di dua misi sebelumnya, menurut Zeano ..agaknya Amethys Isle terlalu indah tuk dijadikan tempat berjalannya misi, dimana pasti akan dipenuhi oleh drama menegangkan. Kesan misterius dari kegelapan yang mencekam di alam sebelumnya, sama sekali tidak teraba disini.

Ini bukan penguji, Zeano merasa ini seperti hadiah.

Lihat bagaimana sepasang netra jernih itu berbinar luar biasa, bergulir antusias mengamati sejauh alam Amethys Isle yang dapat tertangkap retina. Seulas bunny smile yang kian mengembang di setiap detik, menandakan betapa sang empu menaruh ketertarikan luar biasa atas objek pandangannya.

"Bolehkah aku mengambilnya ..setidaknya satu?"

Kau tidak akan percaya, bagaimana sarat menggemaskan itu persis seperti ..

"Kak, aku ingin makan coklat. Boleh, ya?"

Gambaran mutlak dari sosok bocah menggemaskan, membujuk dengan cara teramat manis. Siapapun tak akan bisa menolak kegemasan itu, kilat cerah dari sepasang mata bulat itu terlalu menarik untuk ditepis.

Berlian tidak bisa menolak Zeano.

Anggukan lembut yang diberi sebagai jawaban, lantas menarik semangat membuncah disela antusias. Zeano nyaris melonjak kegirangan. Dengan tidak sabaran beranjak menuju sesuatu yang diinginkannya, tetapi teramat hati-hati kala mulai menyentuh. Terlalu dengan hati, seperti ..ingin memetik tanpa ingin melukai.

"Woah.. cantik sekali!"

Titik hitam di tengah netra sontak melebar, mempertipis bias keemasan yang menjadi warna mutlaknya. Reaksi sederhana yang sudah teramat menjelaskan, sudah berada di titik level mana rasa takjub Zeano saat ini.

Bagaimana tidak? Begitu bunga itu terlepas dari pangkal tangkai lalu beralih pada tangan Zeano, seketika bias keunguan berpendar indah dari kelopaknya. Ajaib sekali —pikir Zeano.

Sebuah ide cemerlang terlalu cepat singgah di kepala, semangat di dalam diri mendorong tubuh Zeano tuk segera berbalik lalu kembali menghampiri Berlian. Tetapi terlalu cepat pula kesadaran berkumpul di atas kepala, menghentikan gerak tangan di udara ..berikut senyum terampas telak, disela degup bergemuruh secara mendadak.

Berlian menotice niat Zeano, menarik garis bibir tuk melengkung cantik guna membalas afeksi manis itu. Lantas segera menepikan rambut menuju belakang telinga —sebelah kiri. Mempersilahkan Zeano tuk merampungkan maksud hati.

Ragu teraba jelas dari bagaimana keyakinan tangan yang mengendur. Tetapi pada akhirnya bunga itu tetap sampai di tujuan pertama, tersemat manis di telinga si gadis amethys itu.

Dua keindahan yang bergabung, terlalu telak mencipta masalah semakin membesar di dalam dada Zeano. Oh sungguh.. ingin menyangkal, tetapi terlalu munafik jika dilakukan. Hati teramat menyetujui, ingin mengutarakan pula ..tapi bagaimana caranya?

"Cantik."

Sudah tahu. Dan setidaknya bersyukur, Zeano berani mengungkap dan jujur pada diri sendiri. Itu memang sesuatu yang sederhana, tetapi ketahuilah ..itu akan berefek teramat besar, bahkan untuk takdir Zeano sendiri.

"Terimakasih. Tapi bisakah kau berhenti bertingkah menggemaskan seperti itu?"

"A—ah?"

Sengaja sekali, Berlian ingin menggoda —atau mungkin tidak. Zeano memang menggemaskan, ..salah tingkah, malu tapi mau, tersipu akibat tindakan sendiri.. persis seperti anak remaja yang baru kali pertama memiliki ketertarikan pada teman perempuannya. Lalu reaksi terakhir ..sepasang mata bulatnya mengerjap beberapa kali sebab terkejut.. semakin menggemaskan.

Berlian sungguh ingin tergelak manakala sebuah dehaman mengudara —Zeano seperti berupaya menetralkan segala permasalahan di dalam dirinya.

Sial. Ingatkan Zeano jika kini mereka sedang berada ditengah-tengah misi.

"Ayo lanjutkan." Memutuskan sepihak, Zeano beranjak mendahului. "Apa tujuanku kali ini? Kurasa alam ini tidak memiliki masalah apapun."

Ah, tidak Zeano. Jangan biasakan memprediksi sesuatu di menit-menit awal. Yang sebelumnya saja, semuanya terjadi begitu saja tanpa diduga.

Berlian sedikit mempercepat langkah guna mengimbangi posisi Zeano. "Gumiho."

"Huh?" Secara otomatis kepala terdorong tuk menoleh. Zeano tidak memahami, ucapan Berlian terlalu to the point.

Sosok jelmaan gadis itu mengangguk. "Kau pasti pernah mendengar ..gumiho adalah siluman rubah berekor sembilan."

"Zeern ingin menjadi siluman juga rupanya."

Terlalu frontal disela gerakan mengangguk polos, tetapi tahu sekali ..Zeano hanya spontan berujar begitu.

"Bahkan dia lebih daripada itu. Kau sudah melihatnya sendiri."

"Setuju."

Setengah mati Berlian menahan diri untuk tidak tergelak kembali. Wajah polos Zeano sungguh menggelitik. Dia bahkan sama sekali tidak takut menyinggung sang Demon.

Benar-benar seperti jiwa pemberontak. Tetapi dalam versi yang menggemaskan.

"Tujuanmu kali ini mendapatkan sebuah kalung bertahtakan amethys merah yang tertanam di jantung Gumiho itu."

Sudah terbayang bagaimana caranya Zeano untuk memenuhi tujuan itu, tetapi.. "Entitas apa yang kumiliki kali ini? Aku harap, aku tidak akan mencabik makhluk mitologi itu dengan tangan kosong lagi."

"Lihat di tanganmu."

Segera dituruti. Sesuatu benda kecil dalam genggaman, tetapi tahu sekali kekuatannya mungkin tidak sekecil perwujudannya. Agaknya ini sudah cukup bagi Zeano.

Maka perjalanan dilanjutkan, beriringan menyusuri sepanjang jalan searah bertabur batu amethys tersebut. Sebab kali ini entitas penguji itu tidak akan memunculkan diri terlebih dulu —seperti pada misi-misi lain. Posisi terbalik, Zeano yang perlu mencari keberadaan siluman rubah berekor sembilan itu.

Jarak cukup jauh terambil, pada akhirnya berhentinya langkah Berlian ..memberi isyarat bahwa tujuan telah sampai. Dimana tepat di hadapan, Zeano melihat sebuah perbedaan yang mencolok. Ditengah medan terhampar bebatuan amethys yang menumpuk, terdapat secuil titik berupa bebatuan hitam biasa ..itu sebuah gua.

Zeano segera menerima sinyal, sesuatu yang panas membakar telak seluruh pembuluh darah. Mode menyerang aktif. Itu artinya target mereka sudah dekat —mungkin berada di dalam gua itu?

Tidak perlu menunggu intruksi dari Berlian, sinyal di dalam diri mendorong langkah untuk maju. Tetapi beberapa langkah sebelum mulut gua tercapai, seudara geraman teramat berat menghentikan langkah secara telak. Semula samar, semakin lama kian jelas. Sumber seperti mendekat.

Di detik itu pula, langkah terdorong mundur sebab terkejut ..melihat sosok mitologi itu sungguh muncul di hadapan.

Insting menuntut Zeano untuk mengambil langkah lebih banyak secara bertahap, selaras dengan pergerakan sang Gumiho ..beranjak maju menantang, menebar kesan mencekam dari geramannya yang kian intens dan mengancam.

Bias terang dari sepasang netra merahnya segera berbalas serupa dari netra keemasan milik Zeano. Kedua makhluk berbeda status itu saling melempar ancaman satu sama lain, disela kebungkaman.

"Hei?" Zeano terkesiap, melihat sosok putih itu mendadak mengabur lalu sungguh menghilang tanpa jejak. "Kemana dia pergi?"

"Dia masih disana."

Sambutan berupa jawaban pasti, tetapi Zeano tidak cukup untuk memahaminya.

"Dia hanya berkamuflase. Itu salah satu caranya untuk mempertahankan diri, sekaligus untuk melakukan penyerangan."

"Sial!"

"Zeano.."

Ahss.. Lupa lagi!

"Tapi bagaimana caranya aku menyerang jika aku saja tidak bisa melihatnya?"

"Aku masih. Kau ikuti arahanku."

Zeano segera mengangguk. Atensi kembali tertuju lurus, tajam menghunus udara kosong di hadapan. "Dimana posisinya sekarang?"

"Lima langkah di depanmu. Menyingkir, Zeano!"

Perintah mendadak, Zeano sempat tersentak. Tetapi beruntung dapat beranjak tepat waktu, dia selamat dari terjangan makhluk mitologi itu.

"Zeano, ke kiri! Merunduk! Ke kanan! Lompat!"

Zeano mengikuti arahan teramat baik dan tepat, dengan gerakan terlampau indah. Tetapi usaha menyerang disela menghindar ..menyabetkan belati emas di tangan berlawanan dari arah kilahan.. berakhir gagal, sebab tidak tahu di sekon mana siluman rubah itu tepat berada di titik target.

"Zen, ke kiri!"

"Akh!"

Zeano sudah menyingkir ke arah yang sesuai, tetapi entah mengapa ..serangan telak didapat. Baju di bagian lengannya koyak dengan jejak tiga garis memanjang, bahkan menembus kulit ..sebuah cakaran dalam. Bahkan Zeano terkejut, seharusnya seekor rubah tidak memiliki cakar setajam ini. Biasanya rubah normal dengan cakar yang tumpul.

"Serangan ganda. Maaf, aku tidak tahu dia akan melakukannya."

Tidak ada sekon tuk menanggapi, Zeano kembali merasakan terjangan kuat di belakang tubuh ..hingga terhempas jauh dan berujung tersungkur. Fokus Zeano total lengah, sementara sang Gumiho memanfaatkan itu untuk melakukan penyerangan intens.

Sulit mendapatkan fokus Zeano kembali disela tidak memiliki banyak waktu, Berlian lantas memilih beranjak sendiri. Berlari menerjang, bersama dengan sang Gumiho kembali menyasar tubuh Zeano. Tepat di atas tubuh Zeano yang telungkup ..Berlian melompat tuk menangkap makhluk mitologi itu.

Perlawanan seimbang, kedua makhluk berbeda status itu berujung bergulat liar. Berguling di atas bebatuan amethys, yang bisa saja melukai jika saja ada ujung yang tajam. Berkali-kali Zeano meringis melihatnya, takut Berlian sungguh akan mendapat luka.

"Zeano! Cepat serang! Dia ada di atasku!"

Langkah segera tertarik untuk mendekat, tetapi perintah tidak lekas dipenuhi. Berujung stagnan, ragu teraba jelas dari bias keemasan itu.

"Hei! Cepat! Dia ingin menggigit leherku, sial!"

Posisi Berlian kini tepat terlentang, memeluk udara kosong ..siluetnya tepat seukuran rubah siluman itu. Berlian terus menyampingkan wajahnya sejauh yang bisa dilakukan, seperti sungguh menghindari gigitan.

"Aku takut salah sasaran. Tidak ingin salah melukaimu." Dari bagaimana tatapan menyendu, Zeano bersungguh-sungguh atas ketakutannya.

Tetapi itu mengundang decakan kesal dari sosok malaikat itu. "Lakukan saja! Lehernya tepat sejajar dengan dadaku, di sebelah kiri." ..tepat di jantung.

Semakin beresiko. Zeano semakin takut. Bagaimana jika si makhluk mitologi itu menotice pergerakan Zeano, lalu sigap menyingkir? Bisa-bisa sungguh jantung Berlian yang akan tertikam.

"ZEANO! CEPAT!"

BLESH!*

Seantero alam Amethys Isle sontak dipenuhi lolongan nyaring dari sang Gumiho. Beribu-ribu syukur, serangan telak tepat sasaran. Dimana di detik itu pula, siluman rubah itu kembali menampakkan eksistensinya ..tepat mengungkung tubuh Berlian.

Bugkh!*

Makhluk mitologi itu berujung terkapar di sisi tubuh Berlian usai menerima tendangan keras dari Zeano. Kesempatan emas diambil, Zeano menerjang ..menyerang tanpa memberi celah untuk membiarkan serangan balik. Berkali-kali menikam dada sang Gumiho, mengoyak perutnya hingga terbelah menjadi dua. Cairan merah pekat itu segera meluber kemana-mana, memenuhi tangan serta sebagian besar pakaian Zeano.

Zeano tidak tahu ..seharusnya ini menjadi bagian yang sangat menjijikan. Tetapi di dalam diri, ia semakin terbakar manakala melihat darah siluman rubah itu. Dari bagaimana bias keemasannya kian berpendar terang, mode Seeker Soul di dalam tubuhnya semakin kuat untuk berburu. Naluri dan insting ingin benar-benar menghabisi.

Zeano mengoyak isi perut makhluk mitologi itu langsung dengan tangan, mencari letak jantung, lalu ..

..darah segera menyembur deras manakala Zeano menarik lepas jantung sang Gumiho dengan sekali tarik. Darah mengotori sebagian wajah tampannya, tetapi Zeano tetap tidak peduli. Fokus masih pada tujuan utama. Membelah jantung sang Gumiho menjadi dua bagian, dan —

Gotcha!

Zeano mendapatkannya. Sebuah kalung bertahtakan batu amethys merah. Luar biasanya, entitas berharga itu telak bersih. Darah seperti tidak ingin menodainya barang setetes pun.

Misi ketiga berhasil ..seharusnya.

Tetapi belum ada tanda-tanda akan lekas selesai. Zeano lama sekali stagnan, mengamati kalung amethys itu dalam genggaman. Dan sungguh.. entah dorongan darimana, secara tidak sadar tangan membawa kalung itu menuju dada.

Dan menghilang. Tubuh Zeano seperti menyerap entitas berharga itu.

Berlian menyaksikan itu. Pun teramat mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Melihat bagaimana Zeano merasakan efeknya, ..terpejam kuat disela tangan mencengkram dada, kuat sekali. Zeano terlihat kesulitan, menahan entitas mengganggu itu di dadanya.

Lama sekali, sampai dimana gumpalan asap hitam keluar dari dada Zeano ..tubuh Zeano berujung meluruh, total kehabisan tenaga. Beruntung Berlian masih memiliki banyak sekon untuk menampung tubuh Zeano, guna berakhir di pangkuan.

Tetapi fokus Berlian masih mengikuti kemana gumpalan asap hitam itu pergi ..bersatu dengan gumpalan asap yang menelan habis jelmaan sosok Gumiho itu. Berdiri tepat berjarak lima meter, sampai mencipta sosok sang Demon disana.

Atensi Berlian terlalu tepat bertumbuk dengan sepasang bias merah pekat itu, dan disanalah kerumitan luar biasa teraba jelas. Gelengan lemah sang Demon, menjadi jawaban telak atas situasi buruk ..yang agaknya sulit untuk dipecah.

Mendadak angin berhembus kencang, meleburkan eksistensi sang Demon ..kembali menjadi asap hitam, lalu benar-benar menghilang. Berujung seberkas cahaya orange berpendar memenuhi alam Amethys Isle.

Zeano menang, dan merengkuh decisive orange light.

Sekon selanjutnya, alam Amethys Isle lenyap telak berubah menjadi Bloomhaven —kembali. Seketika kondisi tubuh Zeano membaik, lukanya sembuh. Hanya saja dia tidak lekas beranjak dari pangkuan Berlian, ..masih terpejam, pun sebelah tangan masih menekan dada dimana jantung berada.

Berlian tahu ..Zeano sedang mencerna apa yang baru saja dia rasakan.

Disela menatap lekat paras tampan itu, tangan tergerak untuk mengusak rambut sosok jiwa lelaki itu. Membelainya lembut, penuh perasaan. Penuh kasih sayang. Penuh cinta ..yang ingin disalurkan.

"Apa yang kau rasakan?"

Sekon terjeda cukup lama, sampai sebuah gelengan samar terjadi —ragu. "Tidak tahu. Aku tidak mengerti."

Ambigu, atau barangkali abu-abu. Sebuah perasaan teramat menyakitkan, tetapi juga terasa nyaman. Zeano tidak suka di satu sisi, tetapi menyukai sisi yang lain.

Ngerti, apa yang terjadi sama Zeano? Jangan salah, bagian ujung itu poin yang penting banget. Seperti ..

..rencana di balik misi?

Ehe😁

To be continued aja ya yeorobun..

Copyright©Mei01.

Continue Reading

You'll Also Like

4.6K 491 52
Ini dimulai selama Piala Api, dengan dua perubahan pada kondisi awal. Pertama, Hermione tidak mempercayai Harry ketika dia mengatakan kepadanya bahw...
1.2M 88.2K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
5.4K 90 8
Ini adalah kumpulan puisiku yang menjadi kontributor dalam event menulis. Ilustrasi dibuat oleh saya sendiri, dengan sumber gambar dari We Heart It...
187K 12K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...