S U G A R M O M M Y

By mymoonbooster

58.1K 3.8K 1K

Jeon Jung Kook (21) membutuhkan biaya kuliah dan biaya rumah sakit sang ibunda yang sedang jatuh koma. Hingga... More

Pengantar
CAST
Hutang Keluarga
Tergoda [M]
Nama Lain [M]
Kartu Nama
Remuk Redam
Membutuhkan Waktu
Peliharaan
Ingin Bertemu
Bom Waktu
Menjual Harga Diri [M]
Ancaman Tersukarela [M]
Ciuman Berbeda [M]
Tidak Tahu Diri
Obsesi Seok Jin
Lelah [M]
Posisi Bercinta[M]
Terhina
Bayi yang Merajuk [M]
Kabur
Sesuatu yang Berharga
Pengakuan
Menantang [M]
Protektif
Gertakan
Goyah
Melampaui Batas

Siput Laut [M]

592 41 9
By mymoonbooster

WARNING!

Ada kata-kata vulgar. Mohon kebijaksanaannya.

Jangan lupa vote and komen ya cinta!

.

.


𝓂𝓎𝓂𝑜𝑜𝓃𝒷𝑜𝑜𝓈𝓉𝑒𝓇 𝓅𝓇𝑒𝓈𝑒𝓃𝓉,

【S】【U】【G】【A】【R】

【M】【O】【M】【M】【Y】







Seul Gi berdiri mondar-mandir di samping mobil. Sesekali memeriksa jam tangan, wajahnya mencerminkan kegelisahan karena Joo Hyun belum muncul keluar dari dalam cafe. Dengan langkah gugup, ia berinisiatif untuk menjemput Joo Hyun ke dalam cafe. Namun sesaat kemudian, ponselnya bergetar dengan pesan dari Joo Hyun, memberitahunya bahwa Joo Hyun tidak akan kembali. Dengan cepat, Seul Gi mulai merancang rencana untuk mengelabui sopir mereka.

Seul Gi kembali ke mobil yang tak jauh terparkir. Ia masuk mobil sembari berpura-pura menerima telepon dari Joo Hyun. "Ah begitu. Siap Sajang-nim. Saya akan segera mengambil dokumennya"

Dengan nada yang sedikit panik, dia menyampaikan kepada sopir itu bahwa Joo Hyun mungkin membutuhkan waktu lebih lama di cafe karena ada diskusi mendadak dengan klien penting. Joo Hyun meminta Seul Gi untuk kembali ke butik dam mengambil beberapa dokumen yang diperlukan. Dengan alasan itu, Seul Gi berharap sopir tidak akan curiga dan setuju untuk mengantarnya kembali ke butik.

Sang sopir tampak agak ragu sejenak, kemudian dengan nada yang sedikit ketidak-setujuan ia menjawab, "Baiklah, tapi sebaiknya cepat. Saya berharap tidak akan terlalu lama di butik. Tuan Kim menunggu Nyonya di rumah"

Seul Gi menghela nafas lega, "Terima kasih." Ia mematikan teleponnya dan memberitahu sopir, "Silakan kita berangkat."

Mobil pun berjalan meninggalkan cafe. Di perjalanan Seul Gi tampak pura-pura sibuk dengan tabnya, meskipun sebenarnya dia diam-diam memberi pesan singkat pada Joo Hyun.

Ketika mobil berhenti di depan butik, Seul Gi dengan penuh ketenangan berbicara kepada sopir. "Pak, saya baru saja mendapatkan pesan. Selain dokumen, Sajangnim bilang ada yang perlu saya cek terkait bahan dan desain. Maaf akan sedikit lebih lama."

Sopir mengangguk, "Baik, Bu. Saya tunggu di mobil."

Seul Gi tersenyum, "Terima kasih."

Dengan langkah cepat Seul Gi memasuki butik dan berjalan lurus ke arah pintu belakang, bersembunyi sejenak di gang sempit di sampingnya. Dari sana, Seul Gi dengan cepat menepikan taksi yang sudah dia pesan dan pergi dari tempat itu.


.

.

-𝒔̲̅𝒖̲̅𝒈̲̅𝒂̲̅𝒓̲̅𝒎̲̅𝒐̲̅𝒎̲̅𝒎̲̅𝒚̲̅-

.

.

.

Untuk kesekian-kalinya ranjang tua itu berderak seirama dengan gerakan tubuh dua insan yang menyatu. Kulit mereka berkilat oleh keringat. Sedangkan intim selatan keduanya bertaut dalam basah. Tembok yang lembap dan sedikit berjamur menjadi saksi desah yang menguar di antara perbuatan senonoh mereka.

Jung Kook, pemuda berbadan atletis itu memandangi seorang dewi yang berada di bawah kungkungannya. Cahaya temaram dari remang lampu tidur tak mampu menutupi kesempurnaan yang terpancar dari tubuh wanita itu. 

Entah sudah berapa kali Jung Kook melihat tubuh telanjang Joo Hyun. Entah berapa kali ia menyentuh kulit putih nan mulus itu. Dan entah berapa kali pula ia menghunjam muara surga yang membuatnya ketagihan. Namun tak pernah ada rasa bosan ataupun lelah ada padanya. Yang ada rasa cinta pemuda itu justru meluap-luap semakin dalam. Ia sungguh tergila-gila oleh kenikmatan yang tercipta.

"Noonha, cantik. Cantik sekali." Jung Kook tahu Joo Hyun mungkin sudah bosan dengan segala pujian yang terlontar dari mulutnya, namun tidak ada daya yang mampu menahan desiran gairah yang melonjak pada dirinya kala terbenam penuh dalam tubuh agung sang dewi. Wanita yang telah menawan hati dan membuatnya tergila-gila.

Joo Hyun menatap wajah Jung Kook dengan penuh hikmat. Tatap penuh nafsu kala keringat mengembun di dahi. Pipinya yang memerah seperti mentari senja yang terbenam di ufuk barat. Seiring nafas yang tersengal karena sibuk memuja. Joo Hyun merasa berdebar kala melihat raut wajah Jung Kook yang begitu mengingini dan di saat yang sama memenuhi dirinya dengan begitu besar dan hangat. 

Jung Kook mendapati jantungnya berdegup makin kencang oleh tatapan Joo Hyun yang berhasrat. Ia merasa dicintai. Perasaan cintanya seakan bersambut. Belaian lembut wanita itu membuatnya semakin bersemangat di antara penetrasi yang ia pimpin.

"Oh, Noona, jangan menatapku seperti itu. Aku semakin..." suara Jung Kook tersendat. Lalu ia mendesah pelan sambil menenggelamkan wajahnya di leher Joo Hyun. "...menggilaimu."

Joo Hyun mengerang saat Jung Kook mulai mengakselerasi ritme asmara di dalam tubuhnya. Menciptakan gelombang getaran hebat di ranjang tua itu. Pemuda itu mengerahkan seluruh tenaga untuk menekan dan menghantam dalam-dalam.

Mereka mencapai titik puncak beriringan dengan semburan cairan birahi terlepas diantar keduanya. Nafas berangsur melambat memberi mereka waktu Jung Kook menarik wajahnya dari leher Joo Hyun. Ia mengamati wajah ayu Joo Hyun yang masih memburu udara.

Joo Hyun rasa pandangannya sedikit kabur. Mata wanita itu sedikit berair oleh air mata. Sebab mendapati gairah yang luar biasa dan menahan sakit pinggang di saat yang sama. Jung Kook terlalu cepat dan terlalu kuat. Ia bahkan tidak sanggup berkata-kata oleh gempuran pemuda itu.

"Noona, maaf aku tidak bisa menahannya" engah Jung Kook. Ia akan mengeluarkan miliknya, namun reaksi tubuh Joo Hyun membuat pemuda itu enggan untuk beranjak.

Joo Hyun menggeleng perlahan. Ia tidak tahu kenapa Jung Kook harus meminta maaf. Ia yang meminta permainan yang kasar dimalam itu. Toh Joo Hyun juga terlalu lelah untuk mengeluarkan suara. Tenggorokannya terasa kering karena terengah-engah. 

Di bawah sana, Joo Hyun merasakan otot-otot di antara pahanya berkedut-kedut kencang, sebagai tanda dari rangsangan seksual yang baru saja dialaminya. Walaupun tubuhnya merasa kelelahan, pinggulnya masih sibuk mengejang, bergoyang dengan sendirinya melampaui kendali keinginan. Seakan-akan ototnya merekam memori gerakan erotis mereka dan bergerak secara otodidak.

"Noonha, aku masih di dalam," bisik Jung Kook. Ia merasa tubuhnya sensitif oleh gerakan pinggul Joo Hyun yang tengah merangsangnya. "Noona, mau lagi?" tanyanya mencari jawaban dari ekspresi Joo Hyun yang terlihat lelah namun juga menggoda.

Joo Hyun menggeleng lemah, menandakan bahwa ia tidak ingin melanjutkan lagi. Lebih tepatnya ia sudah terlalu lelah dengan permainan maut Jung Kook itu.

"Bunny," bisik Joo Hyun dengan lembut, tatapannya penuh dengan keinginan. "Cium aku."

Jung Kook terkejut oleh permintaan itu namun segera menanggapinya dengan penuh kasih. "Noona, tentu saja," jawabnya sambil melirik ke bibir Joo Hyun yang merona.

Jung Kook memuja bibir indah itu. Ia melumat, menghisap, menggigitnya. Mencumbu seakan tak ada hari esok. Seiring kedua tangan Joo Hyun mengalung di leher Jung Kook. Merambat naik, meremas perlahan rambut pria itu.

"Kook-ah, aku bilang tak mau lagi" bisik Joo Hyun di antara jeda ciuman mereka. Ia merasakan Jung Kook tiba-tiba menegang lagi di dalam perutnya.

Jung Kook tersenyum kecil, mencuri kecup bibir Joo Hyun lagi sebelum menjawab, "iya, aku tahu". Jung Kook mulai membelai hasrat pinggul wanita itu.

"Tapi, kenapa- engh.." Joo Hyun terengah saat pemuda itu mulai bergerak di bawah sana. "Ke-napa kau mulai lagi?" Joo Hyun berusaha meraih tangan Jung Kook yang sekarang sedang meremas nafsu buah dadanya.

"Aku tidak tahan, Noona." Jung Kook mendekap tubuh mungil Joo Hyun. Mengangkatnya naik ke atas pangkuan tanpa melepas miliknya, sehingga kaki Joo Hyun kini otomatis melingkar di pinggang Jung Kook. Wanita itu merasakan pusara Jung Kook terdesak jauh, seakan ikut menikam paru-parunya. Posisi ini terlalu dalam.

"Aku janji kali ini lebih pelan. Boleh ya, Noona?" mohon Jung Kook sembari tangannya memberi salam ke labia Joo Hyun yang dipenuhi cairan lengket akibat perbuatan laknat mereka tadi. Jung Kook semakin tidak sabar saat merasakan dinding kemaluan Joo Hyun mulai menyempit, rasanya seperti memeras-meras kejantanan sang pemuda di dalam sana.

Oh! Lihatlah pemuda ini. Sekarang lihai dalam menggoda! Sejak kapan jemari Jung Kook bahkan bisa begitu nakal merangsang klitorisnya? Sungguh Joo Hyun sangat menyukainya! 


.

.

-𝒔̲̅𝒖̲̅𝒈̲̅𝒂̲̅𝒓̲̅𝒎̲̅𝒐̲̅𝒎̲̅𝒎̲̅𝒚̲̅-

.

.



Klub itu bercahaya dengan lampu LED berkedip. Musik yang kental dengan dengungan bass menggema di udara. Dekap asap tipis mengambang di atas, memberi kesan misterius. Api dari tarian penari di tengah lantai dansa memantulkan cahaya, memperkaya suasana klub yang sedang membara.

Di tengah keramaian, Jimin melintasi kerumunan menuju tempat duduk area VIP. Ia duduk di sofa kulit yang nyaman, bergabung dengan kawan-kawannya yang sudah menunggu. Mereka menyambut Jimin dengan tawa, berusaha mengalihkan perhatian Jimin dari wajahnya yang tampak murung.

"Kenapa mukanya begitu masam, Jimin-ah?" tanya salah satu temannya.

Jimin menghela nafas dalam-dalam, mengingat telepon dari Seok Jin, atasannya. Joo Hyun tidak pulang lagi, dan Seok Jin menyuruh Jimin untuk mencari. "Biasa lah urusan kerja" ujarnya dengan nada kesal.

"Tidak bisa bergabung dengan kita malam ini, Jimin?" goda salah seorang yang lain sambil mengedipkan mata.

"Ah, Jimin-ah, malam ini kita punya beberapa cewek cantik, tapi sayangnya kau harus kerja. Tidak bisa pesta malam ini ya?" gurau yang lainnya.

"Bukankah ini malam yang sempurna untuk berpesta? "

Jimin hanya menggelengkan kepala dengan sedikit kesal, "Ini urusan kantor, guys. Atasanku cukup serius tentang ini."

Jimin memutuskan untuk meninggalkan klub malam setelah mengucapkan selamat tinggal pada temannya. Ketika ia melangkah keluar, suara ribut yang keras di lorong menarik perhatiannya. Jimin, yang hendak meninggalkan klub itu, namun terjebak di tengah-tengah kekacauan. 

"Seul Gi?" Matanya terpaku pada sosok Seul Gi, bingung dan terheran-heran akan apa yang tengah terjadi.

"Sudahlah, aku tak mau mendengar lagi omong kosongmu!" Seul Gi berteriak. Tatapannya menusuk tajam ke arah laki-laki bertubuh jangkung itu, sepertinya pacarnya.

"Maaf, sayang, aku bisa jelaskan—"

"Jangan panggil aku sayang!" potong Seul Gi, suaranya penuh dengan keputusasaan. "Kita berdua sudah selesai!" 

Tiba-tiba pandangan tajam Seul Gi jatuh pada Jimin. Sorot mata Seul Gi bagaikan kilat yang menyambar langsung ke dalam jiwa Jimin, membuat laki-laki itu membeku di tempat.  Jimin merasa seolah-olah sebuah beban besar telah ditumpahkan di atas pundaknya. 

Benar saja. Kemudian, Seul Gi mendekat. Langkahnya mantap, dan tangan Seul Gi menarik Jimin dengan tegas. Jimin merasakan sentuhan hangat dari genggaman tangan Seul Gi, tetapi di balik hangat itu, ada kebingungan dan kepanikan yang merayap di dalam hatinya. Jimin terperanjat, tak menyangka dirinya menjadi sasaran tiba-tiba.

Seul Gi menatap mantan pacarnya dengan tajam, kemudian bergelayut manja di tubuh Jimin "Dia pacarku baruku," ujarnya dengan suara yang jelas dan tegas. "Oppa, dia menggangguku terus. Cepat marahi dia." 

"Hah?" Apa wanita itu bilang? Oppa? Jimin tidak salah dengar kan? Wanita yang begitu kasar dan kapan lalu menendang selangkangannya kini begitu mesra memeluk pingganggnya dan memanggilnya Oppa? Apakah matahari baru saja terbit di sebelah Barat?

Seul Gi menusuk-nusuk pinggang Jimin dengan telunjuknya. Seakan memberikan pertanda bahwa Jimin harus segera bertindak, atau semua sandiwara ini akan kacau. 

Jimin mengerutkan kening, berusaha untuk menjaga konsentrasinya di tengah situasi yang di luar dugaan. Dia memandang mantan pacar Seul Gi dengan tatapan yang mencoba menampilkan kepercayaan diri. Dengan suara yang mencoba terdengar lugas, dia mulai berbicara.

"Oh, jadi ini mantan yang kau bilang itu ya, sayang?" ujarnya sambil berusaha untuk menampilkan ekspresi yang sedikit mengejek. "Kau bilang apa waktu itu?" Jimin memutar otaknya untuk mencari kata-kata yang tepat, sementara sebenarnya dia tidak ingat apa-apa tentang mantan Seul Gi. Ia saja baru tahu kalau wanita kasar itu bisa punya pacar!

"Ah benar, aku ingat! Kau pernah bilang punya dia kecil kan ya? Seperti siput laut!"

Orang-orang di sekitar lorong klub malam itu, tidak bisa menahan senyum ketika mendengar lelucon yang dilontarkan Jimin. Suara tawa kecil mulai terdengar di antara mereka, seperti riak kecil yang melintasi lautan kegaduhan. Beberapa dari mereka bahkan menutupi mulut mereka dengan tangan, mencoba menahan tawa agar tidak terdengar terlalu keras. Tak terkecuali Seul Gi, ia berusaha menutupi meskipun akhirnya ia pun terkekeh ringan.

"Brengsek!" lelucon Jimin itu bagi sebuah pukulan yang menghantam dada sang mantan pacar. Wajahnya merah padam, dan matanya mendelik. Tangan-tangannya mengepal erat-erat, menandakan betapa besar kemarahannya.

"Sudahlah, " ujar Jimin dengan suara yang berusaha keras untuk terdengar yakin. "Jangan ganggu pacarku lagi, dasar siput laut!"

Mantan pacar Seul Gi pun tampak malu. Ia merasakan mata orang-orang menatapnya dengan penuh prasangka dan ejekan. Maka dengan langkah-langkah yang cepat dan tajam, ia meninggalkan lorong klub malam itu. Meninggalkan Jimin dan Seul Gi yang sebenarnya tengah bersandiwara.

Jimin melihat kepergian laki-laki itu dengan senyum penuh kemenangan. Namun, tatkala matanya beralih ke arah Seul Gi, dia melihat bahwa wajah wanita itu masih terpaku pada arah perginya sang mantan. Mungkin di dalam hati wanita itu masih ada rasa kehilangan. Membuat wanita itu agaknya lupa kalau telah memeluk pinggang Jimin sedari tadi.

"Sampai kapan akan memelukku, sayang?" ucap Jimin dengan nada setengah menyindir. "Nyaman ya, sayang?"

Kata-kata Jimin itu seperti sentilan kecil yang menyadarkan kesedihan Seul Gi. Dia tersadar dari lamunan panjangnya dan melihat Jimin dengan tatapan sinis. Dia cepat-cepat menjauhkan diri dari Jimin. Seul Gi mengutuk dirinya sendiri dalam diam, bertanya-tanya mengapa dia harus menarik tangan Jimin dari semua pria yang ada di klub malam itu.

"Oh, oh, lihat tatapan menyeramkan itu. Ke mana perginya kekasihku yang tadi memelukku mesra?" ucap Jimin dengan nada heran, menunjuk pada ekspresi wajah Seul Gi.

"Makasih" ucap Seul Gi singkat. 

"Hanya makasih?" tanya Jimin tidak terima.

"Iya. Hanya makasih" lalu Seul Gi pergi dari sana. Seakan-akan tidak ada yang terjadi di antara mereka. 

Jimin memandang kepergian Seul Gi dengan perasaan tidak percaya. "Kenapa dia harus membantu wanita tak tahu budi itu?" gumam Jimin dalam hati, rasa frustrasinya semakin memuncak. Namun, sebelum dia bisa mengendalikan emosinya, kata-kata kasar meluncur dari bibirnya.

"Dasar wanita gila!" teriak Jimin dengan suara yang penuh kemarahan. 

Jimin bersumpah dalam hati bahwa dia tidak akan pernah mau bertemu dengan wanita sinting itu lagi, apalagi membantu atau terlibat dalam masalah Seul Gi. "Jangan harap!" pikirnya dengan tegas, keputusannya bulat.

Namun, sebelum dia bisa melangkah pergi, pikiran Jimin tiba-tiba melayang ke fakta bahwa Seul Gi adalah sekretaris Joo Hyun. Tuas-tuas yang terkait di pikirannya langsung bergerak berhubungan. Seul Gi mungkin tahu keberadaan Joo Hyun saat ini. Pikiran itu memunculkan keraguan baru di benak Jimin.

Jimin menyadari bahwa jika dia ingin menemukan Joo Hyun, Seul Gi mungkin adalah satu-satunya kunci untuk melakukannya.

"Aduh, kenapa sih aku harus begini? Sumpah, wanita-wanita ini bikin pusing!" Jimin menggerutu dalam hati karena dia merasa terpaksa untuk menarik sumpahnya lagi. 

Jimin pun memutar tubuhnya. Dengan langkah yang agak canggung dan gerutan kecil di bibirnya, Jimin mengikuti jejak Seul Gi masuk ke dalam klub.


♡ 𝓉𝑜 𝒷𝑒 𝒸𝑜𝓃𝓉𝒾𝓃𝓊𝑒𝒹 ♡



Jangan lupa vote dan komen ya dear!

Makasi atas semua support kalian. >.<

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 336K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
1M 148K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
28K 3.4K 30
Sama-sama menjabat sebagai Direktur, ternyata membuat kehidupan rumah tangga Jungkook dan Ji Eun jauh dari kata damai. "Setahuku dulu waktu pacaran d...
1.9M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...