Ending [Vmin] ✔

由 Keripikpisang__

6.2K 392 23

❛❛ Jimin dikutuk untuk menerima karma orang tuanya ❜❜ __Vmin;Brothersip. || SELESAI ✔|| #7 Jimin... 更多

PROLOG
1|| Tentang luka Jimin
2|| you're name
3 || Tempat misteri
4|| Andai aku ikut mati
5|| Taehyung dan dendamnya
6|| Jimin pantas dihukum
7|| Tawanan Tampan
8|| Aeri si guru lukis
9|| Penyupus ruangan
10|| Dalang peristiwa
11|| Perasaan yang hilang
12|| Perubahan Taehyung
13|| something wrong
14 || You'll be fine
15|| Pria asing
16 || Siapa dia?
17|| Sesuatu yang baru
18|| Mantan kekasih
19|| Gulungan kertas lagi
20|| Sekilas masa lalu
22 || Dunia dan lukanya
23 ||Something missing
24 || Misi penyelamatan
25 || Tetaplah hidup
26 || Kasus terungkap
27 || Rona merah jambu
28 || Stay Together
29 || Ajakan kencan
30 || Lebih lama didunia
31 || Tertangkapnya pelaku
32 || Senja Terakhir
33 || Dia yang pergi [END]
EPILOG

21 || Anggota baru mereka

121 7 2
由 Keripikpisang__


***

Pernikahan ibu Taehyung tak lama lagi, bahkan kini undangan sudah mulai dicetak. Tema pernikahan juga sudah ditentukan oleh dua calon mempelai, tapi sayangnya Taehyung sama sekali belum menyetujui pernikahan tersebut. Begitupun dengan jungwoo selalu anak dari Hyunwoo.

Kini Taehyung, pemuda itu sudah kembali masuk sekolah setelah sekian lama tak masuk. Sementara Jimin masih dirawat di rumah sakit. Pemuda itu rasanya juga bingung, karena Jimin belum di keluarkan dari rumah sakit padahal katanya hanya kecapean.

Di pagi yang cerah ini, Taehyung tetap saja memang muka songong dan datarnya. Kalau kata warga sekolah, Taehyung ini tuan muka menyebalkan, tapi lebih ke versi premium nya.

Pemuda itu berjalan di Koridor sekolah setelah bel istirahat berbunyi dengan kedua tangannya disaku celana. Pandangannya hanya lurus kedepan, tak tertarik dengan keadaan Koridor yang ramai bukan main.

"Taehyung!"

Suara seperti kaset rusak itu, Taehyung tau betul dan hapal dengan suara itu.

"Kenapa?" Dengan wajah datarnya, dia menatap jiwoo yang kini sudah berada didepan mata.

Jiwoo mengatur nafasnya yang tak beraturan,"kemarin kau temui, Jimin?"

Taehyung mengangguk, "Tentu saja. Tidak mungkin mau menemui dirimu." Menurutnya itu pertanyaan yang sungguh tak penting sama sekali di tanyakan.

"Kenapa?"

Taehyung menaikkan alis kirinya, "Apanya yang kenapa?"

"Kenapa menjenguknya?"

"Lagi mood."

Jiwoo baru saja ingin bertanya lagi, tapi pemuda dihadapannya itu sudah berjalan meninggalkan nya yang sudah bersiap-siap mengeluarkan kalimat lagi.

Entah apa maksud dari jiwoo bertanya begitu, Taehyung juga tak tau. Pertanyaan tak penting dan sangat membuang waktu Taehyung yang mungkin saja bisa dia pergunakan untuk main game.

"Taehyung aku belum selesai."

"Jangan tanyakan omong kosong begitu. Buang waktu."

Tapi tangan pemuda itu sudah diraih oleh jiwoo saat dirinya ingin melangkah lebih jauh, "kenapa kita tidak berteman saja?"

Langkah Taehyung terhenti. Bukan karena dia tidak mengerti apa maksud berteman yang di bicarakan Jiwoo, tapi kurang mengerti maksud dirinya diajak berteman oleh pemuda itu.

"Kenapa?"

"Taehyung, kau juga sudah tau kasus yang kami selidiki bukan? Dengan begitu kau juga bisa membantu kami menyelidiki kasus ini."

Taehyung jadi teringat bagaimana dirinya melihat sang ibu di rumah kumuh waktu itu dengan pria asing. Lalu teringat pula dengan anting ibu yang kenapa di buang oleh wanita itu.

Dirinya kalau boleh jujur, tentu saja sebenarnya penasaran apa mungkin ibunya ada keterlibatan dengan kasus yang Jimin dan kedua temannya itu selidiki.

"Jimin kemarin menyuruh ku untuk memberi tahumu. Apalagi dirinya sedang sakit, mungkin kau bisa gantikan dia untuk menyelidiki kasus ini."

Taehyung menatap datar pemuda itu, "Apa untung nya untuk ku?"

Jiwoo nampak berfikir. Oh iya, dia lupa memikirkan apa yang akan menjadi keuntungan pemuda tersebut. Dia tau pasti, pemuda didepannya ini tidak akan mau bekerja sama kalau dia tidak di untungkan.

Dulu saja, Taehyung ini terpaksa karena ketahuan menyusup di apartemen Aeri, kalau tidak pasti dirinya tidak akan ingin ikut.

"Sudahlah tak penting. Itu urusan kalian." Taehyung langsung berlalu dengan santai disamping Jiwoo.

Jiwoo segera kembali menarik tangan pemuda itu, "Ayolah! Jangan keras kepala begitu. Jimin hanya ingin dibantu, dia saudara mu bukan?"

Taehyung kini mulai geram. Dirinya menatap Jiwoo dengan tajam, membuat nyali pemuda itu ciut begitu saja dengan tatapan elang milik Taehyung.

Kemudian setelah Taehyung kembali mencoba melangkah pergi, Jiwoo sudha tidak berani menghadang kepergian pemuda itu lagi. Dia takut siapa tau saja dia dibuat babak belur lagi seperti yang preman itu lakukan kepada nya, tentu saja Jungwoo tidak akan ada lagi dan menolong dirinya.

Baru saja memikirkan pemuda itu, kini tiba-tiba saja muka itu ada dibelakang Jiwoo dengan wajah yang tak kalah datarnya dengan Taehyung. Tentu saja itu membuat jantung jiwoo hampir saja melompat keluar. Siapa yang tak terkejut saat kita mengingat seseorang, dengan tiba-tiba seseorang itu langsung nongol di depan kita.

Apalagi dengan ekspresi begitu. Jiwoo rasanya ingin membuat komunitas, muka tanpa ekspresi lalu memasukkan jungwoo dan Taehyung.

"Kenapa diam?" Tanya Jungwoo.

Jiwoo menggeleng kecil, "Sedikit terkejut, kau tiba-tiba ada disini."

"Oh."

"Aku akan membantu."

"Ha?"

Mata jiwoo berkedip kecil. Memangnya sejak kapan pemuda itu ada disana dan menguping pembicaraan dirinya dengan Taehyung?

Jungwoo menghela nafas pelan, "Aku akan membantu menyelidiki kasus kalian... "

"... Ada yang perlu aku ketahui."

***

Rumah sakit hari ini nampak ramai. Bahkan banyak sekali pasien gawat darurat yang dimasukkan di sana. Jimin rasanya tak begitu suka dengan keadaan rumah sakit itu, apalagi kalau dirinya berjalan-jalan disekitar rumah sakit dia hanya akan menemui banyak keluarga yang terlihat begitu cemas tengah menunggu kabar dari dokter.

Bahkan tak jarang dirinya mendapati pasien yang meninggal dengan keluarga yang menangisi jasad itu disekeliling ruangan. Pandangan seperti itu yang jimin tak suka. Dia jadi teringat orang tuanya.

Akhir-akhir ini, Jimin juga tak melihat Mina. Gadis itu biasanya akan berada disekitar rumah sakit dengan segerombolan anak-anak, tapi 2 hari ini dirinya tak menemui gadis itu lagi. Sebenarnya Jimin ingin pergi ke ruangan Mina, tapi rasanya juga tak enak.

Pintu rumah ruangannya tiba-tiba terbuka membuat lamunan Jimin buyar seketika. Di ambang pintu, terlihat Jiwoo dan Aeri disana. Keduanya masuk kedalam dengan senyum tipis dikedua wajah mereka.

"Bagaimana keadaan mu, Jim?"

"Sudah lebih baik. Katanya aku hanya kecapean, lalu kenapa sampai di rawat selama ini?"

Aeri dan jiwoo hanya diam. Keduanya tak tau harus menjawab apa, mereka merasa belum waktunya memberi tahu yang sebenarnya.

"Sebentar lagi, jim. Sabar."

Jimin lagi-lagi hanya bisa mengangguk pasrah. Kata-kata itu sudah sering kali Aeri ataupun Jiwoo katakan kepadanya. Entah kenapa, tapi dia merasa kata-kata itu hanya penenang yang Jimin tak tau penenang apa.

"Oh iya aku punya kejutan."

Jimin mengerutkan keningnya bingung, "Kejutan apa?"

Tiba-tiba saja, seorang pemuda masuk  dari luar ruang rawat. Jimin mengalihkan pandangannya kearah pemuda yang tak asing itu, lantas memasang senyum manisnya.

"Jungwoo?"

"Bagaimana keadaan mu Jimin? Maaf baru bisa menjenguk."

"Tak apa. Aku sudah merasa lebih baik."

Jimin langsung kembali mengalihkan pandangannya kearah Kedua sahabatnya, "ini kejutannya?"

Jiwoo mengangguk antusias, "Tapi ada yang lebih mengejutkan tentang Jungwoo."

"Apa?"

"Aku akan membantu mu untuk menyelidiki kasus kematian orang tuamu. Apa boleh?"

Jimin cukup terkejut tentang hal itu. Dia tak tau kalau jungwoo tau kalau mereka sedang mencari kebenaran tentang kasus kematian orang tua mereka.

Lantas tatapan sinis itu Jimin alihkan kepada Jiwoo yang sudah tersenyum kecut, "Maafkan aku. Dia mendengar percakapan ku dengan Taehyung tadi pagi."

Jimin hanya bisa pasrah. Anak itu memang selalu ceroboh. Hanya saja, dia tidak ingin kasus ini tersebar begitu jauh sampai-sampai Jungwoo saja yang orang asing sampai mengetahuinya.

"Tenang saja, aku ingin membantu karena ayahku dengan ibu Taehyung kini menjalin asmara."

Sekali lagi kabar ini membuat Jimin terkejut, kini bukan hanya Jimin tapi Aeri dan Jiwoo ikut terkejut.

"Jadi calon suami ibu adalah ayahmu?"

Jungwoo mengangguk. Kini Aeri yang berfikir ke belakang. Waktu dia memergoki Taehyung menangis sesenggukan kala itu, kini dia tau apa apa alasan pemuda itu melakukan hal itu.

"Aku yakin, mereka berdua jelas ada hubungannya dengan kematian orang tua mu, Jimin."

Jimin hanya diam. Dia tak menyangka kasus ini membawa dia bertemu dengan orang-orang yang ternyata berhubungan dengan hidupnya namun baru dia ketahui saat dirinya menyelidiki kasus ini.

Ternyata benar kalimat yang mengatakan, Bumi begitu sempit.

Jiwoo menepuk pelan pundak Jimin lalu menatapnya penuh keyakinan, "Kau percaya dengan  jungwoo, dia bukan orang yang jahat. Dia bisa dipercaya. "  ucapnya meyakinkan.

"Lalu bagiamana dengan, Taehyung?"

"Dia tidak mau membantu."

"Kata siapa?"

Suara serak itu mengalihkan pandangan keempatnya kearah pintu. taehyung lagi-lagi dengan wajah songong hanya menatap mereka dengan tatapan tajamnya. Tatapan yang membuat bulu kuduk Jiwoo berdiri sangking tajamnya.

Taehyung berjalan menuju mereka berempat kemudian menatap Jungwoo. Tentu saja mereka ini bisa di bilang musuh bebuyutan, walau hanya Taehyung yang menganggap demikian padahal Jungwoo biasa-biasa saja. Ini masih tentang mereka bedua yang bersiteru dilapangan waktu itu. Sejak saat itu, Taehyung jadi tak suka dengan pemuda yang dia tatap itu.

"Urusan mu disini apa?"

"Kepo."

Taehyung langsung menatap geram pemuda itu, "Aku serius."

"Aku yang menyuruhnya."

Taehyung langsung menatap sinis Jiwoo, yang ditatap langsung gelagapan bukan main tapi tetap berusaha berbicara lagi, "salah mu sendiri, kukira tidak mau membantu."

"Apa aku mengatakan tidak mau?"

Jiwoo hanya menggeleng, lalu mengalihkan tatapannya kearah lain. Tentu saja lama-lama ditatap Taehyung, ternyata membuat jantung nya tak aman. Entah apa yang membuat Jiwoo takut kepada pemuda itu. Padahal disisi lain Aeri malah menatap pemuda itu dengan tatapan yang sama.

"Kau tidak usah buat onar."

Taehyung dapat melihat tatapan perempuan disamping nya itu sinis bukan main. Lalu kembali teringat bahwa perempuan itu masih menyimpan sisi memalukan dirinya, jadi dia memilih tak ingin berdebat.

"Aku ingin bantu, bukan buat onar." Jawab Taehyung seadanya.

"Sudah, sudah, jangan ada lagi pertengkaran. mending kalian sekarang saling bekerja sama semua."

Semuanya diam saat Jimin mulai angkat bicara. Jimin rasa tak salah menerima semua untuk membantu, malah mungkin lebih baik, apalagi semuanya punya informasi yang berbeda.

"Benar. Mulai bsk, sepulang sekolah, kalian berkumpul diruang rawat Jimin." Ujar Jiwoo.

Semuanya mengiyakan perkataaan Aeri tersebut. Namun tanpa mereka ketahui, Aeri memendam begitu banyak kekhawatiran didalam hatinya. Apalagi dia dua kali mendapatkan surat ancaman dari seseorang yang tak dikenal.

Walau begitu, dengan mengumpulkan semua rasa beraninya, dia akan terus membantu Jimin menyelesaikan kasus ini. Apapun resikonya, Aeri akan menghadapi semuanya, dan akan lebih hati-hati.

Aeri harus berani, demi Jimin.


TBC

Maaf apabila banyak typo, Terima kasih yang sudah mau membaca dan meninggalkan vote serta komen.

繼續閱讀

You'll Also Like

786 63 13
tentang seorang park jimin si anak indigo yang mempunyai kekuatan tersembunyi Tapi di cerita ini jimin itu bisa ganteng,cantik,imut,ceriah,savega pen...
361K 37.9K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
32.4K 2.9K 9
Bangtan akan pergi camping untuk merayakan ulang tahun Jimin, tetapi tiga hari sebelum rencana mereka terlaksana, Taehyung dan Jimin malah bertengkar...
66.2K 8.8K 60
Jangan baca kalau anda tidak tegaan.