CINTA DALAM DO'A

By Liana652

4.3M 255K 23.5K

[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan... More

prolog
1. Perkenalan
2. Pasaran
3. Kabar Kepulangan
4. Pertemuan Pertama
5. Kitab
6. Belanja Bulanan
7. Sendal Milik Gus Syafiq
8. Ndalem
9. Rencana Boyong
10. Zia Boyong
11. Merasa Bersalah
12. Cincin Yang Hilang
13. Barirah Dan Mughtis
14. Kecelakaan
15. Rahasia Yang Terbongkar
16. Berpisah
17. Rumah Sakit
18. Pulang
19. Sakit Perut
20. Khawatir Berujung Salah
21. Jakarta
22. Humaira
23. Kesabaran Gus Syafiq
24. Gus Syafiq Salting
25.Kesedihan Zia
26. Sisi Lain Gus Syafiq
27. Gus Syafiq Manja
28. Sakit
29. Ngambek
30.Penjelasan
31. Modus
32. Kesiangan
33. Pergi
34.Ketakutan Gus Syafiq
35. Di lamar
36. Bayi besar
37. Do'a yang bersautan
38. Zia Marah
39. Awal mula berjodoh
40. Wisuda alfiyah
41. Amarah Gus Syafiq
42. Terungkap
43. Nasihat Gus Syafiq
44. Jealous
45.Gus Syafiq vs Gus Abi
46. Zia gengsi
47. Rumah
48. Khadijah dan Muhammad
50. Pengakuan
51. Salting
52. Salah paham
53. Perdebatan
54. Koma
55. Kekuatan do'a
56. Amnesia
57. Sensitif
INFO
58. Kembali
59. Hadiah

49. Terluka

57.5K 4.5K 317
By Liana652

"Sholawat lebih utama dari istigfar, jika engkau memperbanyak sholawat maka ALLAH mengampuni dosa dosa mu dan ke dua orangtuamu lebih cepat dari air yang memadapkan api"

[Habib Umar Bin Hafidz]

اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد


HAPPY READING❤️

•••

Mendapat izin dari suami untuk main ke asramanya Zia sampai lupa waktu karna keasikan ngobrol dengan teman-temannya, sudah lama Zia tidak berkumpul dengan mereka.

Gus Syafiq mengizinkan karna beliau sadar setelah Zia tinggal dengan dirinya di rumah Zia jadi jarang bermain dengan teman-temannya, lagi pula Gus Syafiq tadi ada urusan makanya beliau mengizinkan Zia. Sampai Gus Syafiq kembali ke rumah ternyata Zia belum pulang juga padahal sudah jam 2 lebih.

Gus Syafiq mengirim pesan keZia namun ternyata Hpnya tidak di bawa, terpaksa beliau menyusul istrinya di asrama. Saat ingin memasuki area santri putri Gus Syafiq teringat dengan peraturan yang berlaku, laki-laki sangat di larang pergi ke asrama putri begitupun sebaliknya.

"Mba," panggil Gus Syafiq ke salah satu santri yang kebetulan sedang lewat.

Karna merasa terpanggil santri tersebut pun menghentikan langkahnya seraya menunduk "Nggih Gus ada yang bisa di bantu,"

"Tolong panggilkan istri saya di kamar asramanya," ucap Gus Syafiq tanpa melihat ke santri tersebut.

"Maaf Gus, nama kamarnya apa kalo boleh tau,"

"Maryam nomor 4,"

Santri tersebut mengangguk "Kalo begitu saya permisi Gus, Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam," jawab Gus Syafiq menunggu di depan lorong asrama santri putri.

Santri tersebut tau istri dari Gusnya, sebelum menikah dengan Gus Syafiq Zia memang cukup di kenal banyak santri,  karna dulu Zia sempat jadi keamanan pastinya Zia sering bertemu dengan santriwati untuk mengontrol.

Sampai di depan kamar Maryam nomor 4 santri tersebut mengetok pintu dan mengucapkan salam.

"Maaf Mba di dalem ada Ning Zia?" Tanyanya.

"Ada," jawab Hani yang memang membuka pintunya.

"Ning ada yang nyariin nih," ucap Hani.

Zia mengerutkan keningnya, siapa yang mencarinya, batinya berkata. Namun tak urung Zia memakai sendalnya dan berjalan ke pintu.

"Siapa?" Tanyanya ke Hani yang di bales hendikan bahu.

Zia melihat ke arah luar "Iya Mba ada apa?" Tanyanya.

"Ning lagi di tunggu Gus Syafiq di depan," ucapnya memberi tau.

Zia melihat jam yang tergantung di kamar, jam setengah tiga itu berarti dirinya sudah sangat lama di sini.

"Iya Mba makasih yah,"

"Sama-sama Ning, kalo gitu saya permisi,"

"Aku pulang yah, Assalamualaikum," pamitnya yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban salam dari teman-temannya.

Zia berjalan dengan cepat takutnya Gus Syafiq marah dan malah ngga memperbolehkan dirinya untuk main ke asrama lagi.

Zia yang memang dasarnya ceroboh terpeleset sendal yang di pakainya.

Gus Syafiq melihat istrinya yang jalan dengan sangat cepat sampai tidak memperhatikan sekitarnya, saat melihat istrinya terpleset dan hampir jatuh dengan cepat Gus Syafiq menarik tangan Zia hingga.

Hap.

Zia yang kaget langsung melihat siapa yang menarik tangannya hingga wajahnya membentur dadanya yang sangat keras.

"Mas," pekiknya. Dia sudah sangat kaget Zia kira tadi bukan Gus Syafiq.

"Croboh," omel Gus Syafiq.

Zia menyengir menunjukkan deretan giginya "Hehe, Aku ngga tau kalo mau kepleset,"

"Makanya kalo jalan hati-hati,"

"Iya maaf," ucap Zia.

"Mas udah lama nunggu Aku?" Tanya Zia mengalihkan topik supaya tidak tambah di marahin.

Gus Syafiq menggeleng "Engga," jawabnya "Ayo pulang," ajak Gus Syafiq yang langsung berjalan.

Zia berusaha menyamakan langkah Gus Syafiq dengan memegang ujung belakang baju yang di pakai Gus Syafiq.

Gus Syafiq menengok ke belakang istrinya seperti anak kecil berjalan menunduk dengan memegang sarung yang di pakainya supaya tidak ke injek.

Duk.

"Aduh,"

Gus Syafiq terkekeh.

"Mas kenapa berenti mendadak si," ucapnya sambil mengelus keningnya yang menabrak punggung Gus Syafiq.

"Kamu kenapa jalannya di belakang? Udah gitu megang baju Mas,"

"Biar ngga ketinggalan, lagian Mas langkahnya lebar-lebar banget,"

"Padahal tadi Mas jalannya udah paling pelan,"

"Pelan dari mana, Mas satu langkah Aku dua langkah,"

Gus Syafiq terkekeh "Makanya tinggi biar kalo jalan langkahnya lebar,"

Zia memanyunkan bibirnya "Aku udah tinggi,"

"Tinggi dari mana sama Mas aja kamu cuman sepundak Mas,"

"Ck, pokonya Aku udah tinggi Mas aja yang tingginya ngga umum," ucap Zia dengan ngegas.

"Emang tinggi yang umum itu segimana?" Tanya Gus Syafiq menarik tangan Zia untuk di genggam.

"Se Aku," jawabnya sambil berjalan pelan.

Gus Syafiq tertawa.

"Ko ketawa si," ucap Zia.

"Kamu tingginya berapa?" Tanya Gus Syafiq dengan kekehanya.

"165," jawab Zia "Mas berapa?" Tanya balik Zia.

"178," jawab Gus Syafiq dengan nada mengejek.

Zia tidak menjawab, raut wajahnya sperti sedang berfikir "Tapi kan umur Aku masih 19 berarti masih bisa ninggiin,"

"Iya kalo rajin olahraga,"

"Okeh mulai besok Aku mau olahraga," ucapnya dengan semangat.

"Olahraga apa?"

"Nge-gym," ucapnya.

Gus Syafiq melebarkan matanya "Ngga-ngga ngapain olahraga kaya gitu, udah nggapapa pendek juga, Mas tetep suka ko,"

"Dih, orang Aku mau,"

"Ngga boleh,"

Padahal Zia hanya bercanda, jangankan nge-gym lari aja Zia malas.

Zia hanya mengendikan bahunya acuh dan membuka pintu rumah karna memang mereka sudah sampai.

Zia masuk dan langsung berjalan ke dapur di susul Gus Syafiq "Sayang Kamu beneran mau nge-gym?" Tanya Gus Syafiq memastikan.

Zia yang sedang mengambil air untuk dirinya minum hanya mengangguk.

"Mas ngga izinin loh,"

"Kenapa emang,"

"Ya pokonya Mas ngga izinin,"

"Iya alesannya apa?"

"Nge-gym kan buat membentuk otot bukan meininggikan badan, nanti kalo Kamu ngga kuat terus jatoh terus ketindihan alat-alat besinya gimana? Lagian di tempat kaya gitu banyak cowo-cowo, Kamu juga pasti nanti pakaianya ketat. Di dalam islam kan ngga boleh pake pakaian yang membentuk tubuh," ucap Gus Syafiq panjang lebar.

"Makanya itu Aku pengin cuci mata,"

"Cuci mata? Kan bisa pake air,"

Zia menepuk jidatnya pelan "Nasib nikah sama om-om," batinya.

"Maksudnya liat cowo-cowo ganteng Mas, kan biasanya di tempat gym banyak cowo-cowo ganteng apalagi perutnya kotak-kotak,"

Gus Syafiq meraup wajah Zia "Istigfar udah punya suami, kalo mau liat perut kotak-kotak Mas juga punya. Nih," ucapnya sambil menperlihatkan perutnya.

Zia tau perut Gus Syafiq kotak-kotak, tangannya juga berotot walaupun beliau tidak nge-gym tapi tubuhnya atletis.

"Tapi kan Aku mau punya juga kotak-kotak biar keren,"

"Ngga ada kotak-kotakan, pokonya Mas ngga ngizinin. Kalo mau tinggi lompat-lompat aja,"

Wajah Zia berubah menjadi murung "Aku mau nge-gym Mas,"

Gus Syafiq menarik nafasnya "Oke besok nge-gym,"

Wajah Zia langsung berseri "Tapi berdua sama Mas di rumah," lanjut Gus Syafiq.

Zia mengerutkan keningnya "emang Mas punya alat-alatnya,"

"Punya," jawab Gus Syafiq.

"Mana ko Aku ngga pernah liat,"

"Ada, di belakang,"

Zia yang mendengar itu langsung berlari ke belakang untuk mengecek, setau Zia di belakang tidak ada alat-alat nge-gym.

"Mana Mas ko ngga ada, ini adanya sapu, kemoceng, pelan sama serokan," teriak Zia.

Gus Syafiq tertawa istrinya mau saja di bodoh-bodohin "Iya itu pake itu aja, kan ada bebanya,"

"Ya udah Mas aja yang pake,"

"Kan Kamu yang mau nge-gym,"

"Aku maunya di tempat gym nya langsung biar bisa liat cowo-cowo keren,"

Gus Syafiq menatap Zia datar "Yaudah,"ucapnya langsung berjalan ke atas.

Seketika Zia langsung panik mendengar suara Gus Syafiq yang berubah ngambek "Mas Aku bercanda," ucapnya mengejar Gus Syafiq

Gus Syafiq tidak mengubris dia tetep jalan sampai kamar, saat ingin menutup pintu kamar Zia langsung menahannya dengan jari tangannya.

"Aww," pekik Zia karna jarinya terjepit.

Gus Syafiq langsung membuka pintunya kembali dan melihat jari-jari tangan Zia yang merah.

Tidak memperdulikan rasa sakitnya Zia langsung memegang lengan tangan Gus Syafiq dengan tangannya "Jangan marah Aku minta maaf," ucap Gus Syafiq.

"Aku cuman bercanda Mas, ngga beneran,"

Tanpa membalas ucapan Zia, Gus Syafiq  mengambil tangan Zia yang terjepit. Tiga jarinya memerah ungu pasti rasanya sangat sakit, secara tadi dirinya memang cukup kencang saat ingin menutup pintu.

Gus Syafiq berjalan masuk di ikuti Zia, di bukanya laci meja rias yang ada di kamarnya lalu mengambil salep.

"Mas," panggil Zia.

Gus Syafiq duduk di pingiran ranjang di susul Zia ikut mendudukan di samping Gus Syafiq. Tanpa berbicara Gus Syafiq mengambil tangan Zia dan menyalepi jarinya yang tadi terjepit.

Sejujurnya Zia sangat amat merasakan sakit, namun dia tahan.

"Mas Aku minta maaf," ucap Zia yang masih belum di gubris Gus Syafiq.

Selesai memakaikan salep Gus Syafiq langsung berdiri dan pergi ke kamar mandi.

"Mas," panggil Zia yang tidak di hiraukan Gus Syafiq.

Zia melihat jarinya, sakit tapi lebih sakit di cuekin suami ternyata. Apa tadi Zia sudah klewatan ya padahal dia hanya bercanda tidak beneran.

Menunggu Gus Syafiq keluar dari kamar mandi Zia menyiapkan baju ganti untuk suaminya pakai. Pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan Gus Syafiq yang keluar hanya memakai handuk di pinggangnya seperti biasa.

"Aku pakein minyak telonnya ya," ucap Zia.

Gus Syafiq langsung mundur menghindar "Ngga usah, udah wudhu," jawabnya.

Walaupun Gus Syafiq marah beliau masih menghargai Zia yang menyiapkan baju ganti untuknya, beliau mengambil dan memakainya di kamar mandi.

Setelah bersiap-siap Gus Syafiq pergi ke mushola karna memang sudah masuk waktu asar.

"Ngga sholat di sini aja?" Tanya Zia.

Gus Syafiq membalikan badanya "Lebih baik berjama'ah" jawabnya dan langsung membuka pintu.

Zia tidak sholat karna memang sedang halangan, mungkin itu juga alasan Gus Syafiq sholat di mushola kalo saja Zia tidak sedang halangan pasti Gus Syafiq lebih milih sholat di rumah jama'ah dengan dirinya.

Zia duduk di tepi ranjang dan merenung sambil melihat jarinya yang bekas terjepit.

Gus Syafiq sendiri tidak benar-benar marah beliau hanya memberi pelajaran ke Zia karna sudah berani bilang ingin melihat cowo-cowo keren, padahal dirinya juga tidak kalah keren. Jujur saja tadi saat tangan Zia terjepit Gus Syafiq sangat merasa bersalah dan khawatir apalagi sampai membekas dan sedikit keunguan.

Gus Syafiq lebih memilih sholat di mushola karna ingin berjam'ah bukan menghindari Zia, lagian setelah sholat asar Gus Syafiq ada keperluan yang harus di urus.

Zia menunggu Gus Syafiq pulang namun tidak pulang-pulang, sampai dia sudah masak dan mandi Gus Syafiq belum pulang juga. Sampai segitunya kah Gus Syafiq marah dengan dirinya hanya perkara kecil saja tapi beliau sampai marah besar, sampai di bela-belain Zia tidak ikut mengaji karna ingin menunggu suaminya tapi yang di tunggu malah ikut menunggu juga.

Zia mengambil Hpnya berniat ingin menelpon bundanya sudah lama Zia tidak menanyakan kabar sang bunda.

"Assalamualaikum Bun," salam Zia saat sudah tersambung.

"Waalaikumussalam, apa kabar Sayang?"

"Alhamdulillah baik, Bunda, Ayah, sama Bang Ezra apa kabar?"

"Alhamdulillah baik juga de. Tumben telpon ada apa Nak?" Tanya Bunda.

"Ade kangen Bun, pengin pulang ke jakarta deh,"

"Ya udah sini main ajak suamimu, Bunda juga kangen,"

"Ngomong-ngomong mana Syafiq?"

"Tadi sholat di mushola tapi belum pulang-pulang, mungkin ada urusan,"

"Kamu ngga sholat?"

Zia menggeleng "Aku lagi halangan Bun,"

"Bunda kira Kamu tiba-tiba telpon mau ngasih kabar bahagia,"

Zia mengerutkan keningnya "Kabar bahagia apa Bun?"

"Ya misalkan Kamu hamil gitu eh tapi ternyata belum yah," ucap Bunda.

Zia terdiam cukup lama "Do'ain ya Bun,"

"Aamiin Sayang Bunda selalu do'ain buat anak-anak Bunda,"

"Makasih Bun,"

Mereka mengobrol banyak hal, sampai Zia melupakan kesedihanya karna Gus Syafiq yang mendiami dirinya.

"Tapi De, kalo Bunda boleh tau. Kamu sudah jadi istri yang sesungguhnya kan De?"

"Maksudnya gimana Bun?" tanya Zia bingung.

"Kamu sudah menyerahkan diri Kamu ke Syafiq? memang punya anak tuh ngga harus cepat-cepat, tapi Kamu kan udah lama nikah sama Syafiq De masa belum isi juga,"

Zia diam tidak menjawab pertanyaan Bundanya, dia takut kalau jujur nanti malah di marahin abis-abisan.

"Pasti udah kan De, ngga mungkin belum kalian nikah udah lama tinggal serumah, tidur juga seranjang. Coba Kamu sama Syafiq cek ke dokter apa ada sesuatu dengan kalian berdua, apa salah satunya. Tapi Bunda kepikaran sama Kamu si De, Kamu kan kalo halangan selalu sakit perutnya mungkin itu ngaruh juga ke rahim Kamu,"

"Rahim Aku insyaallah baik-baik aja Bun, emang Aku belum kasih hak ke Mas Syafiq," ucap Zia, yang tentu saja hanya di dalama hatinya.

"Kamu denger Bunda Sayang?"

"Iya Bun Aku denger,"

"Maaf yah kalo Bunda bawel, jujur Bunda pengin gendong cucu, tapi Bunda juga ngga maksa Kamu buat cepet-cepet hamil Sayang. Bunda ngomong kaya gitu cuman khawatir sama anak prempuan Bunda, takutnya Kamu di omongin sama keluarga dari Syafiq Bunda bayangingnya ngga tega,"

Zia meneteskan air matanya, itu juga menjadi salah satu ketakutan Zia. Umi dan Abah memang ngga pernah menanyakan soal kapan Zia hamil tapi pasti beliau juga mengharapkan keturunan dari Mas Syafiq, Zia sudah siap jika Gus Syafiq ingin mengambil haknya namun jawaban Gus Syafiq kemaren Zia merasa Gus Syafiq tidak mau menyentuhnya.

Apa Zia harus berpakaian seksi supaya Gus Syafiq tergoda dan mau menyentuhnya. Tapi nanti kalau Gus Syafiq tidak tergoda mau taro di mana mukanya, pasti malu.

"Kamu sekarang hubungannya lagi baik-baik aja kan sama Syafiq?"

Zia mengangguk walaupun Bunda tidak melihatnya "Baik Bun, Alhamdulillah baik," jawab Zia sebisa mungkin suaranya tetap tenang.

"Alhamdulillah, akur-akur ya Nak, jadi istri sholehah yang manut sama Suami. Nanti kalo Kamu ngga berani bilang sama Syafiq soal yang tadi Bunda bilang cek ke dokter, nggapap nanti biar Bunda aja yang bilangin,"

Dengan cepat Zia menjawab "Ngga usah Bun biar Ade aja yang ngomong,"

"Ya sudah kalau begitu,"

"Mas Syafiq udah pulang, Ade tutup telponya ya Bun,"

"Iya Nak, salam Buat Syafiq,"

"Nanti ade salamin. Assalamualikum,"

"Waalaikumussalam,"

Zia berbohong kalau Gus Syafiq pulang, dia hanya takut nanti pembicaraanya semakin membuat hatinya sakit dan tangisanya pecah.

Saat Zia sedang menangis tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, dengan cepat Zia menghapus air matanya dan berpura-pura membreskan buku supaya Gus Syafiq tidak curiga.

"Assalamualaikum," salam Gus Syafiq.

"Waalaikumussalam," jawab Zia berbalik dan mengambil tangan Gus Syafiq untuk di salimi.

"Ko lama Mas?" Tanya Zia.

"Ada urusan," jawabnya singkat.

"Aku udah masak Mas mau makan?" Tawarnya.

"Nanti aja, Mas mau ngecek pekerjaan dulu,"

Zia mengangguk paham. Melihat Gus Syafiq yang sibuk dengan laptopnya Zia memilih untuk keluar kamar saja, Gus Syafiq sempat melirik Zia saat membuka pintu dan keluar.

•••

Malam hari setelah Zia membaca ulang kitabnya dia mendekati Gus Syafiq yang sedang membaca buku di ranjang.

"Mas," panggil Zia yang duduk di samping Gus Syafiq.

"Hm," jawab Gus Syafiq tanpa melepas pandanganya dari buku.

"Kamu masih marah?" Tanya Zia.

"Mas ngga marah,"

"Tapi Mas dari tadi cuekin Aku,"

"Biasa aja, Kamu nanya Mas jawab,"

Memang sih Gus Syafiq menjawab kalau di tanya tapi singkat, biasanya Gus Syafiq selalu merengek manja tapi hari ini semenjak kejadian tadi sore beliau biasa aja. Biasanya Gus Syafiq juga jadi orang yang paling khawatir kalau dirinya terluka tapi ini melihat tangan Zia yang terjepit biasa aja seperti tidak khawatir sama sekali padahal itukan karna dirinya.

Zia beranjak turun ingin memasak air untuk dirinya minum. Biasanya Zia kalau lagi halangan selalu minum air hangat sebelum tidur, dan biasanya Gus Syafiqlah yang menyediakan untuk Zia malam ini mungkin Gus Syafiq lupa pikir Zia positif.

"Aw," pekik Zia saat tanganya tersiram air panas.

"Astagfirullah, YaAllah," ucapnya mengibas-ngibaskan tangannya.

Karna jari tangan yang satunya masih terasa sakit dan tidak kuat saat ingin menuangkan air ke dalam gelas al hasil bukannya masuk ke dalam gelas malah menyiram tangannya.

Zia mengambil kotak p3k yang ada di laci dan mencari-cari salep untuk dirinya pakai supaya tidak terlalu melepuh.

Zia manangis menahan sakit dan perih yang bersamaan, ingin mengadu ke Gus Syafiq Zia merasa takut. Takut kalau Gus Syafiq tidak perduli.

Gus Syafiq sendiri sudah merebahkan tubuhnya di ranjang, beliau tidak curiga atau penasaran Zia yang masih di bawah sedang apa padahal biasanya beliau kalau di tinggal Zia sebentar saja langsung triak-triak kaya anak kecil yang di tinggal ibunya.

Zia di bawah masih menangis tangannya dua-duanya sakit yang kanan 3 jari-jarinya unggu karna terjepit, yang kiri melepuh karna kesiram air panas.

Sudah lebih 1 jam Zia di bawah dan menangis, dia membereskan kotak p3knya dan di taroh di tempat semula baru dia naik ke atas untuk tidur karna mengantuk setelah menangis.

Saat membuka pintu ternyata lampunya sudah mati hanya lampu tidur saja yang menyala. Syukurlah Gus Syafiq sudah tidur jadi beliau tidak melihat mata Zia yang mungkin bengkak.

Zia langsung merebahkan badanya di samping Gus Syafiq, Zia miring menghadap Gus Syafiq yang tidur terlentang.

Tengah malam Gus Syafiq terbangun karna ingin buang air kecil, beliau melihat kesamping istrinya sudah tidur beliau tadi tidur duluan karna merasa sangat ngantuk.

Zia yang tidurnya tidak pulas, matanya terbuka saat Gus Syafiq beranjak dari tidurnya. Tangannya yang sakit membuat Zia tidak bisa leluasa untuk bergerak, karna sedikit saja gerak tangannya langsung terasa nyut-nyutan dan sakit.

Zia langsung menutup kembali matanya saat Gus Syafiq keluar dari kamar mandi. Gus Syafiq merebahkan kembali badannya namun tidak sengaja sikutnya menyenggol tangan Zia.

"Shh," ringis Zia yang langsung mengangkat tangannya.

Gus Syafiq langsung menengok ke samping, karna ada cahaya dari lampu tidur jadi tidak begitu gelap Gus Syafiq bisa melihat Zia yang membuka matanya dan raut wajahnya seperti menahan rasa sakit dan kaget.

Dengan gerakkan refleks Gus Syafiq memencet saklar lampu yang ada di samping ranjang tempat dirinya tidur.

"Kenapa?" Tanya Gus Syafiq.

Zia menatap Gus Syafiq "Nggapapa cuman kaget," jawabnya dengan menyembunyikkan tangannya di balik selimut.

Merasa tidak puas dengan jawaban yang Zia katakan Gus Syafiq menatap Zia lama. Zia yang di tatap seperti itu menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya berusaha untuk tidur kembali.

Tapi entah dorongan dari mana Gus Syafiq tiba-tiba membuka selimut Zia dan terlihat lah kedua tangan istrinya yang terluka.

Gus Syafiq melebarkan matanya.

"Mas," kegat Zia.

"Ini kenapa?" Tanya Gus Syafiq mengambil tangan Zia yang tersiram air panas.

Tidak ada jawaban dari Zia, Gus Syafiq menatap Zia dengan mata tajamnya "Jawab," dengan nada yang tidak bisa di bantahkan.

Zia berusaha menarik tangannya "Engga papa ini cuman-"

"Mas tanya ini kenapa?" Ucap Gus Syafiq sarkas.

"Ngga sengaja ke siram air panas," jawab Zia lirih.

Melihat wajah Gus Syafiq yang ingin marah dengan cepat Zia berucap "Tapi udah Aku kasih salep jadi udah nggapapa, ngga sakit juga," ucapnya dengan bohong di akhir kalimat.

"Nggapapa nggapapa ini mlepuh dan Kamu cuman diem aja, kenapa ngga manggil Saya?"

Zia menunduk takut.

"Kena air panas kapan?" Tanyanya lagi.

"Semalem,"

Jadi kenapa istrinya semalem lama di bawah karna tanganya yang tersiram air panas, kenapa dirinya malah tidur duluan harusnya ngecek ke bawah untuk memastikan Zia.

Gus Syafiq memandangi ke dua tangan Zia yang terluka dan dua-duanya terluka karna kecrobohan dirinya.

"Sakit," ucap Gus Sayafiq lembut dengan menahan tangisnya.

Zia mengangkat pandangannya dan menggeleng "Udah engga terlalu,"

"Maafin Mas, karna Mas Kamu jadi luka,"

"Ini bukan salah Mas ini karna Aku yang ngga hati-hati,"

"Engga ini salah Mas karna udah tlantarin Kamu, tangan Kamu dua-duanya luka karna Mas yang ngga bisa jaga Kamu," ucap Gus Syafiq meneteskan air matanya.

Zia yang melihat Gus Syafiq menangis kaget.

"Mas gagal buat jagian Kamu, Mas suami yang jahat. Kamu mau hukum Mas apa? Kamu mau pukul Mas, Kamu mau cubit atau Kamu mau siram tangan Mas dengan air panas Mas ikhlas biar Mas bisa ngrasain sakitnya juga,"

Zia menggeleng "Mas Kamu apa-apaan si Aku nggapapa besok juga udah sembuh, ngga mungkin Aku mau siram Kamu pake air panas,"

"Tapi ini pasti sakit kan? Tangan Kamu sampe merah mlepuh dan unggu gini karna kebodohan Mas,"

"Ini musibah Mas,"

"Ya Allah, suami macam apa Aku ini," lirih Gus Syafiq.

"Maafin Mas Sayang, maaf, maaf maaf," ucap Gus Syafiq berulang-ulang sambil mengelus lembut tangan Zia.

Gus Syafiq tidak bisa membayangkan betapa sakitnya. Beliau melihat mata Zia yang membengkang pasti semaleman istrinya menangis sendirian menahan sakit, sedangkan dirinya malah tidak perduli dan malah tidur.

Zia menteskan air matanya "Mas ngga perlu minta maaf,"

"Mas harus gimana biar bisa menebus rasa sakit yang Kamu rasain,"

"Jangan cuekin Aku," ucap Zia dengan wajah yang menahan tangis.

Gus Syafiq menarik Zia ke pelukannya "Engga Sayang Mas ngga cuekin Kamu,"

"Tapi Mas dari sore cuek,"

"Mas cemburu karna Kamu puji-puji cowo lain,"

"Aku bercanda," jawab Zia menenggelamkan wajahnya di dada Gus Syafiq.

"Iya Mas tau, maafin Mas," Zia mengangguk di pelukan Gus Syafiq.

Gus Syafiq benar-benar menyesal, kalau saja dirinya tidak ke kanak-kanakkan pasti tangan Zia tidak akan seperti ini. Kejadian ini akan membuat Gus Syafiq menyesal seumur hidupnya.

Beliau tidak tau harus gimana, kalau saja Ayahnya tau putri kesayangannya terluka Gus Syafiq pasti akan di marahin habis-habisa, dan itu tidak apa karna Gus Syafiq yang tidak becus menjaga istrinya.

Gus Syafiq tidak tertidur lagi melainkan beliau tetep memeluk Zia yang sudah tertidur di pelukanya, jangankan tidur rasa cape dan kantuknya yang sendari tadi menyerang seketika langsung hilang di ganti dengan rasa sakit di hatinya.




●●●

MINAL AIDZIN WAL FAIZIN YAH🙏🥰

MASYAALLAH SEMOGA IBADAH PUASA KITA DI TERIMA ALLAH SWT DAN SEMOGA KITA MASIH BISA MERASAKAN RAMADHAN SELANJUTNYA AAMIIN.

FOLLOW IG:
-@mochi_atn
-@syafiq_alfarizii
-@nanzia_antasya

TERIMAKASIH❤️

Continue Reading

You'll Also Like

896K 69.3K 62
Karya ini murni hasil pemikiran dan kegabutan saya sendiri! NO COPAS/PLAGIAT!!❌❗ Dimohon untuk meninggalkan jejak VOTE dan KOMEN di cerita ini 🙏🏼 T...
5.8M 246K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
42K 2.5K 24
[Sebelum membaca biasakan untuk follow terlebih dahulu] Note : Judul dan Cover di ubah ( Judul sebelumnya "THE LECTURER IS MY HUSBAND" ) *** "Kesala...
30.1K 344 2
[ Follow akun ini ya sayang sayang aku<3] [Sequel Ana Uhibbuka Fillah Imam Pilihan Abi] ⚠️Peringatan Kebaperan Tingkat Tinggi⚠ Gadis bernama Azahra P...