All About Love (Cinta Rahasia)

By rere_nurlie

9.2K 424 46

"Ku Cinta padamu, Namun kau milik sahabatku, Dilema. Hatiku... Andai Ku Bisa berkata... Sejujurnya." More

Cinta dan Rahasia (Sinopsis)
How Could an Angel Break My Heart (2)
Hidin' My Heart - Ending.

We All Have Secret

2.2K 113 5
By rere_nurlie

"Gimana kabar kakak lo, Lea?" Alex menoleh, memperhatikan ekspresi Lea yang bertopang dagu dengan tatapan kosong kearah jendela. ia tahu ada yang mengganggu pikiran sahabat mungilnya itu.

'sahabat' rasanya terlalu ganjal baginya saat ini.

"Lea, Halooo.." Lea kaget tubuhnya diguncang pelan. Ia menatap Alex yang tersenyum dengan ekspresi khawatir. "Kenapa, mungil? Lo sakit, yah?" tanpa peringatan tangan hangat itu memegang dahinya, membuat Lea tertawa untuk menutupi perasaan malu. "Gak kok. By the way, tadi nanya apaan?"

"Frans gimana kabarnya, sehat?"

"Lebih dari sehat."

"Kalo lo?" Ia menghela napas. 'jangan ditanya.' "seperti yang lo liat saat ini, Alex. Gue sangat sehat."

Mobil terparkir sempurna di area parkir apartemen mereka, Alex memutar tubuh untuk menatap Lea dalam, dan membuatnya ingin seperti siput yang bisa menyembunyikan diri dalam cangkang bila ada bahaya. "Lo pembohong paling buruk yang pernah gue kenal, mungil." "Apa yang harus gue bohongin dari lo, Alex?"

"Lo nyembunyiin semuanya dari gue, Lea. Kenapa?"

"Gak ada yang gue sembunyiin dari lo, Alex." Tatapan Alex semakin menyipit curiga, membuatnya gelisah dan memainkan jari - jari tangan tanda gugup. "Gue ketemu Madam Bertha kemaren, Show lo sebenarnya Cuma seminggu aja, kenapa jadi sebulan? Dan beliau juga bilang lo ingin nambah jadwal konser lagi untuk beberapa bulan kedepan, khususnya pernikahan gue..." Alex menelan ludah ketika menyebut itu, dan wajah Lea semakin menunduk dalam. " dan harus full. Lo gak cerita soal ini ama gue, Lea. Kenapa? Lo melarikan diri dari siapa?"

Skakmat! Dia lupa untuk ce'esan dengan pelatih balet cantik dan seksi itu agar tak mengucapkan sepatah katapun kalau Alex menginterogasinya. Entah pesona apa yang digunakan hingga beliau sangat lancar membeberkan rahasia hidup matinya itu. "Gue capek, Alex. Bisa bahas lain kali?"

Lea turun dari mobil dan tersentak ketika Alex membanting pintu sangat keras. "Alex? Ap...?" Ucapannya terputus ketika cowok itu berdiri tepat dihadapannya dengan amarah tak ditahan - tahan lagi. "please, Lea! Lo jangan bersembunyi dari gue sekali lagi! Gue gak suka!"

"Gue capek, Alex. 20 jam di atas langit dengan ruangan terbatas yang sangat gue benci, dan lo bukannya nenangin sisa hari gue malah ngajak ribut! Gue gak sembunyi, hanya saja..." ia merasa deru napas Alex yang semakin pendek, tatapan lembut itu sangat memaksa dan terlihat menyakitkan. "apa, Lea?"

Feelingnya mengatakan, jujur dengan Tuhan jauh lebih baik daripada dengan Alex saat ini. "Nothing." Ia berbalik, namun tangannya ditahan Alex. Spontan ia menutup mata. "Gue ingin seperti dulu, Lea. Tak ada rahasia, cerita tentang apapun yang terjadi dalam hidup lo, gue pun begitu. Ini serasa bukan kita lagi."

Ia menghela napas. Alex baru saja lupa status baru yang disandang sekarang. Yang membuatnya menangis setiap malam kalau mengingat itu. "We all have secret now, Alex. Semua berubah. Kita tetap sahabatan seperti, dulu, hanya perlu sedikit penyesuaian. Terkadang, sedikit rahasia bikin gue stabil, Alex."

"Tidak ada yang perlu disesuaikan, Lea." 'ada. Yaitu gue yang harus terlihat bahagia setiap kalian bermesraan tepat di ujung hidung.' Ia mendesah dan mengangkat bahu. "Lo gak tau, Alex."

"Gue gak akan pernah tau kalau lo gak cerita, mungil." Tatapan Alex sangat lembut ketika memanggilnya, dan ia menunduk. "tapi sayangnya, gue lebih suka bikin lo penasaran. By the way, Gue capek, Alex. Ingin istirahat, boleh 'kan?"

Alex menghela napas. "Silahkan." Dia menyerah ketika melihat ekspresi Lea yang sangat kelelahan. Dengan senyum ia mengambil koper ditangan Lea dan menyeretnya, sedangkan tangan kiri merangkul pundak sahabatnya yang kini menunduk malu sambil berjalan menuju lift di ujung parkir sana.

.҈¸҈ "

"Leaaaa... Tu me manques (aku merindukanmu)" belum sempat mereka mengetuk, tau - tau pintu sudah terbuka dan Lea langsung disambut pelukan hangat serta segukan yang membuata panik. Rangkulan tangan Alex hilang karna hal ini dan hatinya serasa nelangsa.

"moi aussi (aku juga) Mira, udah jangan nangis. Gue tinggal sebulan lo mewek kayak ditinggal setahun." Ia menghapus air mata Mira dan tersenyum. sungguh sahabatnya satu ini, Almira Rudieva, blasteran Indo -Rusia yang memiliki rambut pirang keemasan dengan warna mata langka, ungu terang berbentuk oval. Pipi merona merah dan profil wajah yang unik, sanggup membuatnya minder bila berdekatan. Cenderung melankolis yang terkadang lebay membuat siapapun mengenal Mira, takkan pernah sanggup menyakiti hatinya.

Termasuk dirinya.

Senyum Mira kini beralih ke Alex yang berdiri disampingnya. Tak butuh konsultan ekspresi wajah untuk menjelaskan bagaimana isi hatinya pada Alex. mereka saling berpelukan didepan pintu dan berciuman tepat dihadapannya. '

Tuhan... sampai kapan dia harus begini?'

"Guys, get a room, please. Gue baru datang, jomblo tulen, dan kalian ciuman tepat didepan hidung gue? Hebat.." Mira melepas pelukannya dan tersipu malu. Tapi tidak dengan Alex, ia menatap dingin sembari mengecup pipi tunangannya itu. "Sorry, mungil. Gue terkadang lupa kalau sudah bersama Mira. Seolah masih tak nyangka bahwa perasaan gue akhirnya terbalas." Ia menekan kalimat terakhir dengan tatapan menusuk ke arah Lea yang menarik napas seolah ada sebongkah batu menghalangi paru - parunya.

"Gue bersyukur akhirnya Mira membalas cinta lo, sehingga lo tak perlu merasakan yang namanya sakit hati karna ditolak." '

please, Alex. jangan lo ungkit lagi soal ini, gue gak sanggup.'

Mira menatap bingung ke arah mereka. seolah ada perselisihan dimana dia tak terlibat. Tatapan lelah Lea membuatnya menarik Alex agar minggir. "Lo keliatan capek banget, Lea. Istirahat deh ntar sakit. Dan kamu ...," Oh Tuhan, dia sungguh sangat mencintai Alex, tak menyangka bahwa sahabatnya satu ini juga mencintainya. Selamanya ia berhutang budi kepada Lea yang menjadi makcomblang hingga akhirnya mereka siap menikah beberapa bulan lagi. "Biarkan Lea istirahat. Kamu jangan nyerang dia terus, kasian sahabatku."

Lea menatap mereka berdua dan berpaling ketika Alex mulai membisikkan kata - kata mesra hingga membuat Mira terkikik geli dan mencubit manja pinggangnya. Alex menyadari tatapan Lea yang menajam. "Kenapa?" suaranya terdengar sangat dingin. Ia melihat ekspresi terkejut Lea yang berdiri tak jauh darinya kini menegakkan dagu, tatapan hangat itu menjadi dingin dan misterius, gesture tubuh berubah kaku seolah ia siap diserang dan menyerang kapan saja. "Senang lihat kalian bahagia, khususnya lo, pada akhirnya."

Alex mengangkat alis dan Lea bergegas masuk kamar setelah mengucapkan itu. dia tak ingin mendengar apapun balasan Alex, karna tau itu pasti akan menyakitkan. Dia mengunci pintu, merosot pelan ke lantai dan menangis sepuasnya. Tuhan.. dia tak menyangka akan sesakit dan sengilu ini tinggal bersama orang yang kita cintai, namun mencintai orang lain dan parahnya, berada satu atap dengannya.

"Lea, kenapa?" suara lembut Mira dibelakang pintu membuat ia menutup mulut agar tangisnya tak berubah menjadi jeritan memilukan. "Gue gak papa, Mira. Hanya ingin istirahat. Maaf."

"Lea..." Suara Mira terdengar khawatir. "kalau lo butuh gue, cerita saja, oke?"

"Selalu, Mira."

Ia mendengar teriakan manja Mira di balik pintu kamarnya, dan berubah menjadi jeritan kaget karna Alex - mungkin sedang menggendong Mira - dan kini suara pintu kamar Alex terdengar setengah dibanting dengan suara lembut Mira samar - samar mengiringi. Mengetahui apa yang akan dilakukan kedua sahabatnya itu di seberang kamarnya, membuat ia bersedekap dan membiarkan air mata membasahi wajahnya.

◌●◌

Alex terbangun tengah malam karena alunan musik yang tak dikenalnya seperti menyayat hening malam. Ia mendorong pelan tubuh polos Mira yang bergelung dipelukannya, mengecup pipi dan bibirnya sembari mengenakan baju kaos dan celana jins lalu keluar dari kamar.

ia melihat Lea berdiri di balkon dengan gelas berbentuk setengah hati - gelas unik hasil buatannya saat kelas seni rupa, dan ia juga memiliki setengah hatinya lagi. "Lea?" ia sentuh pundak yang gemetar itu, menahan diri untuk memutar balik badan Lea dan memeluknya.

Ia bisa rasakan tarikan napas cewek itu sebelum berputar menatapnya, tersenyum, namun dia tau Lea paling jago menyembunyikan semuanya sendiri. "Ya Alex?" dia menduga - duga, sudah berapa lama Lea menangis mengingat suaranya kini terdengar sangat serak, mata dan ujung hidung mungil itu memerah.

Alunan musik piano itu terdengar semakin menyakitkan. Ia menekan tombol off dan Lea merengut. "Gue gak mau tetangga kita nangis darah dengar alunan musik ini, Lea. Ini udah tengah malam, dingin lagi. ayo masuk." Ia merangkul pundaknya, tapi Lea menggeleng. "Gue gak ngantuk."dan ia menekan tombol play, alunan itu kembali terdengar.

Lagu ini sangat asing ditelinganya. Lea sangat mencintai musik instrumental dan selama 3 tahun bersama membuatnya hapal. Perdengarkan saja satu lagu maka ia bisa menebak judul lagu itu. tapi ini, dia angkat tangan. "Yiruma. When The Love Falls." Lea menatapnya. Tau bahwa ia mulai menerka - nerka apa judul lagu ini.

Lea kini menutup mata mengkhayati setiap dentingan nada yang terdengar menyusuk ketika ia pergi menuju lemari penyimpanan kaset, menemukan satu, lalu menghampiri Lea lagi dan menekan tombol off, kemudian mengganti kaset itu dengan pilihannya. Ia biarkan Lea mendengus.

"Time, I'll be passing time,
watching trains go byall of my life.
Lying on the sand, watching sea birds fly,
wishing there could be,

someone waitin' home for me.

"mau berdansa?" ia mengulurkan tangan dan Lea menatap ragu. "Ayolah... udah lama kita gak dansa, mungil." Ia tersenyum ketika cewek itu menyambut ulurannya. Ia elus punggung Lea yang tak sadar menyandarkan kepala di dadanya. Tangan mereka saling menggenggam. Dan anehnya, ia merasa sangat damai. Seolah - olah inilah yang ia ingin lakukan setiap hari. kalau saja diberi kesempatan.

"Something' tellin me it might be you,
it's tellin' me it might be you.
all of my life.

"Ini lagu pernikahan lo, Alex."

"Ya. Pilihan lo yang akhirnya gue bisa setujui."

"Senang mendengarnya." Entah perasaannya atau bagaimana, tapi kalimat itu terdengar tak ikhlas diucapkan. Ia menatap Lea yang kini menatap dibawah mereka penuh minat. Dan ia mengikuti tatapan itu.

"Looking back as lovers go walking fastall of my life,
wondering how they meet and what makes it last.

"Gue gak pernah pacaran." Tau - tau Lea meringis malu. Ia mendengarkan. "Bila melihat mereka seperti dibawah kita tadi," Ia melirik kebawah dan pasangan yang menjadi perhatian kini berjalan melewati mereka sambil berpegangan tangan. "Gue terkadang mikir, bagaimana cara dua orang asing seperti mereka itu bertemu, kemudian jatuh cinta dan membuat komitmen untuk bersama, lalu mempertahankannya. Nurut gue, itu ajaib. Kalau nurut lo, Lex?"

"kalau gue analogikan, mungil. Anggap aja seperti lo mencari rumah, kemudian lo menemukannya dan merasa aman serta terlindungi. Apa yang lo lakuin selanjutnya? Berkomitmen untuk memiliki sembari mempertahankannya, kan? Jadi anggap saja mereka sudah menemukan rumah dalam diri pasangan masing - masing."

Lea terlihat merenung. Jujur, dia sangat ingin menyibak rahasia apapun dalam tatapan coklat terang yang selalu memancarkan aura misterius itu. Seolah selama apapun dia mengenal Lea, pasti ada saja yang terlewat.sebaliknya, cewek itu mengetahui setiap sisi dirinya.

"If i found a place, would i recognize the face?
something's tellin' me it might be you,
yeah, it's tellin' me it might be you.

"gue berharap, suatu saat nanti menemukan rumah gue sendiri, Alex. dan apabila gue menemukannya, dia adalah orang yang gue kenal. Dan akan gue nyanyikan lagu cinta dan pengantar tidur setiap malam yang selama ini gue simpan, Alex. yang tak pernah orang lain dengar. Sama seperti lo dengan Mira."

"i've been savin' love songs and lullabies,
and there're so much no one's ever heard before.

"Lo sudah pernah menemukannya, Lea." Cewek itu menatapnya penuh terkejut dan bertanya - tanya.

"Cuma lo buang dan serahkan ke orang lain." Lea menegang dipelukannya. Ia bisa rasakan itu.

"Jangan, Alex."

"truth or dare. Bagaimana perasaan lo ke gue, Lea?" Ia bersumpah, ketika Lea melepas pelukannya, ia seperti melempar belati ke dadanya, "Gue ngantuk, Alex. makasih udah nemenin." Tanpa menunggu jawabannya Lea pergi meninggalkannya. mengabaikan sebait lagu yang mungkin, memang khusus untuknya.

"somethin's tellin' me it might be you,
yeah, it's tellin' me it might be you,
And, I'm feelin' it i'll just be youall of my life."

Dave Koz ft India Arie - It Might be You.

P.S : Kalian wajib deh dengerin lagu ini, manis banget. ini lagu paling favorit pokoknya buatku :D dan diatas cast untuk Alex yah :)

Continue Reading

You'll Also Like

13.2M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
642K 41.8K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...