S U G A R M O M M Y

By mymoonbooster

58.1K 3.8K 1K

Jeon Jung Kook (21) membutuhkan biaya kuliah dan biaya rumah sakit sang ibunda yang sedang jatuh koma. Hingga... More

Pengantar
CAST
Hutang Keluarga
Tergoda [M]
Nama Lain [M]
Kartu Nama
Remuk Redam
Membutuhkan Waktu
Peliharaan
Ingin Bertemu
Bom Waktu
Menjual Harga Diri [M]
Ancaman Tersukarela [M]
Ciuman Berbeda [M]
Tidak Tahu Diri
Obsesi Seok Jin
Lelah [M]
Posisi Bercinta[M]
Terhina
Bayi yang Merajuk [M]
Kabur
Sesuatu yang Berharga
Pengakuan
Menantang [M]
Protektif
Gertakan
Melampaui Batas
Siput Laut [M]

Goyah

143 11 0
By mymoonbooster

𝓂𝓎𝓂𝑜𝑜𝓃𝒷𝑜𝑜𝓈𝓉𝑒𝓇 𝓅𝓇𝑒𝓈𝑒𝓃𝓉,

【S】【U】【G】【A】【R】

【M】【O】【M】【M】【Y】




Ruang meeting Bae Collection memiliki desain kontemporer yang modis. Dindingnya warna putih bersih, dengan meja konferensi kayu dilengkapi detail sutra dan beludru terletak di tengah ruangan. Meja itu dikelilingi kursi berlapis linen berkualitas tinggi serta lampu-langit-langit modern yang tampak cantik.

Di atas meja dipenuhi dengan berkas-berkas dan laptop yang menyala, menandakan bahwa agenda meeting sedang berlangsung. Di sisi ujung Joo Hyun duduk dengan sikap tegap, memimpin pertemuan dengan penuh percaya diri. Sementara Seulgi duduk di sebelahnya, sibuk  mencatat setiap detail meeting ke dalam tab.

Salah seorang wanita selaku pemimpin tim kreatif, berdiri dengan antusias di hadapan layar. Ia menjelaskan detail konsep yang timnya rancang dengan cermat.

"Kami telah mengembangkan konsep yang menekankan pada kesan yang berkelas namun tetap santai," ujarnya dengan suara penuh semangat. "Koleksi kali ini akan menampilkan busana-busana yang chic dan tetap nyaman menyesuaikan gaya hidup anak muda yang aktif dan dinamis. Saat ini Idol K-pop tengah menjadi sorotan tren fashion di kalangan anak muda. Kita bisa memanfaatkan tren ini dengan menggandeng Idol K-pop populer sebagai duta merek untuk Bae Collection. Bagaimana menurut Anda?"

Joo Hyun menimbang ide tersebut dalam pikirannya. Ia akui bahwa melibatkan publik figur sebagai duta merek adalah langkah yang cerdas. Akan tetapi ia merasa ada sesuatu yang kurang dari rencana tersebut. Sesuatu yang belum sepenuhnya sesuai nilai-nilai dari Bae Collection yang ia bangun.

"Bae Collection bukan hanya tentang menciptakan busana mewah. Aku ingin menciptakan image yang istimewa. Menggunakan wajah idol selebriti mungkin menarik perhatian, tetapi apakah itu benar-benar menciptakan citra eksklusif? Saya pikir kita perlu mempertimbangkan pendekatan yang lebih halus dan lebih elegan" ucap Joo Hyun dengan penuh keyakinan. 

Suasana ruangan menjadi hening saat semua orang merenungkan kata-kata Joo Hyun. Beberapa anggota tim terlihat ragu.

Seorang anggota tim akhirnya mengangkat tangan. "Maaf, tetapi bagaimana kita bisa mencapai eksposur yang kita butuh kan tanpa mengandalkan wajah-wajah terkenal?"

Joo Hyun tersenyum tipis sebelum menjawab. Nampak yakin dengan pendapatnya.

"Kita juga harus ingat bahwa desain kita harus memiliki rasa ketulusan yang dapat dirasakan oleh pasar. Bae Collection harus menjadi simbol kualitas, keindahan, dan keunikan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Menggunakan orang-orang terkenal sebagai model akan membuat Bae Collection terlihat seperti merk baju lainnya di pasaran. Kita harus mencari cara yang lebih unik dan berbeda untuk menonjolkan desain kita. Kita harus menciptakan citra yang menarik dan misterius, yang membuat konsumen ingin tahu lebih banyak tentang produk kita. "

Joo Hyun memandang para karyawan di sekitarnya, "Saya ingin kalian mengumpulkan profil calon-calon model yang menurut kalian dapat membawa citra tersebut. Tidak hanya memiliki penampilan yang menarik, tetapi juga memiliki karakter yang dapat mengkomunikasikan rasa ketulusan dan eksklusif."

Para karyawan di ruang rapat itu mengangguk serius, mengerti pentingnya tugas yang diberikan oleh Joo Hyun. Mereka sibuk mencatat setiap detail perkataan Joo Hyun.

Seul Gi kemudian mendekati Joo Hyun dengan wajah serius. "Anda memiliki agenda makan siang bersama suami Anda. Setelah itu, ke pabrik kain untuk mengecek kualitas bahan baku." 

Joo Hyun mengangguk, menyerap informasi tersebut. "Kita akhiri rapat ini dan segera lanjutkan ke pertemuan selanjutnya." Suara Joo Hyun terdengar tegas saat ia mengakhiri rapat dengan percaya diri.





Makan siang suami istri itu tampak elegan dan diidam-idamkan banyak orang. Sejoli yang indah untuk dipandang layaknya adegan drama di televisi. Di tengah kemilau restoran bintang lima yang Seok Jin pilih untuk makan siang, Joo Hyun terlihat cantik dengan setelan blouse warna pastel. Sedangkan Seok Jin, dengan gaya khas setelan jasnya yang mahal, menikmati setiap hidangan yang disajikan dengan menerapkan etika makan yang sangat rapi seolah-olah ia tengah menghadiri jamuan kenegaraan. 

Joo Hyun mencoba untuk menyesuaikan diri dari ruang privasi di restoran yang glamor ini, namun sesuatu di dalam dirinya meronta ingin kabur. Setiap suapan makanan yang dia coba membuat pikirannya terlempar kembali ke meja makan Nenek Lim yang sederhana. 

Meja dengan taplak sutra di restoran itu begitu kontras dengan meja makan Nenek Lim yang sempit. Di rumah Nenek Lim, tidak ada piring yang dihias dengan garnis bunga atau saus yang dituangkan dengan teknik khusus. Yang ada hanya mangkuk besar sup yang menguarkan uap, ikan goreng yang gurih, dan sayur yang dimasak dengan sentuhan kasih sayang. Rasanya, walau tidak dibuat oleh Chef bergelar Michelin Star namun tidak dapat ditandingi oleh restoran mana pun di dunia ini. Ada tawa, ada cerita dan kehangatan yang tidak bisa tergantikan oleh uang sebanyak apa pun.

Joo Hyun menyadari bahwa kemewahan tidak selalu datang dalam bentuk kristal dan sutra, melainkan dapat berupa kesederhanaan. Makan di restoran mahal seperti ini, bersama orang yang melukai hati, bagi Joo Hyun, seolah-olah seperti menari dengan sepatu kaca yang ukurannya terlalu sempit: indah dipandang, namun menyakitkan.

Seok Jin melihat kekakuan di wajah Joo Hyun. "Joo Hyun, apakah kau baik-baik saja?" tanya Seok Jin dengan lembut, mencoba menembus dinding yang menyekat hati istrinya.

Joo Hyun mengangkat pandangannya dari piringnya, matanya mencari-cari sesuatu di wajah Seok Jin. Kekhawatiran dan kepedulian Seok Jin itu adalah hal yang ia idam-idamkan. Namun kini mendengar semua kalimat itu justru menyakitkan baginya. Joo Hyun pun kembali menyantap dagingnya, kemudian menjawab dengan singkat, "Aku baik. Hanya sedikit lelah."

"Bagaimana pekerjaanmu, sayang?" tanya Seok Jin dengan senyum tipisnya, mencoba memulai percakapan. "Kudengar akan ada peluncuran desain baru?"

Joo Hyun menatap suaminya sebentar sebelum memalingkan pandangannya kembali ke piringnya. "Biasa saja," jawabnya singkat.

Seok Jin menelan ludahnya, merasa sedikit putus asa dengan tanggapan dingin istrinya. Sedari tadi, ia memperhatikan bagaimana Joo Hyun hanya menatap sebentar setiap ia menjawab. Itu adalah cara Joo Hyun untuk menyembunyikan emosi yang sebenarnya. Jika dia merasa tertekan, lelah, dan bahkan tidak puas dengan sesuatu baik di pekerjaan atau hubungan mereka.

"Katanya kau sedang mencari seorang model? Jika tidak satupun model Korea yang cocok bagaimana dengan di luar negeri?" Seok Jin mencoba melanjutkan percakapan dengan santai. Mengabaikan luka hatinya. "Aku bisa menghubungi agensi model besar di Jepang dan Amerika. Aku bisa membantumu-"

"Aku akan mengurusnya sendiri," ujar Joo Hyun, memotong Seok Jin dengan suara yang tenang namun tegas. Matahari siang yang cerah memantulkan sinarnya di bola matanya yang tajam. Seok Jin tampak agak berbeda hari ini, mungkin karena inisiatifnya untuk mengajak Joo Hyun makan siang di restoran mewah yang jarang mereka kunjungi. "Bisakah kah kau langsung ke intinya saja? Mengapa kau ingin menemuiku? Ini tidak seperti biasanya kita makan siang bersama, mengingat kesibukan kita masing-masing," lanjut Joo Hyun, mencerminkan keheranan dalam kata-katanya. 

Seok Jin mengangguk lemah. Setiap kata yang keluar dari mulut Joo Hyun terasa seperti pukulan yang menghantamnya. Ia seolah tengah berada di tepi jurang, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya pada hubungan mereka. Seok Jin pun berusaha menenangkan diri, mencari kekuatan untuk menjaga wajahnya tetap tenang meski hatinya hancur.

"Jadi, tentang bulan madu yang disiapkan oleh ibuku...," ucap Seok Jin dengan cemas, berharap untuk meraih perhatian istrinya. Suara Seok Jin terdengar ragu, menunjukkan kekhawatirannya tentang bagaimana Joo Hyun akan meresponsnya. "Apa kau punya rencana atau ada keinginan khusus untuk bulan madu kita?"

Joo Hyun memandang Seok Jin dengan tatapan hampa, tanpa ada kata yang keluar dari mulutnya. Ia hanya mengangkat bahu dengan sikap yang tampak tidak peduli, membiarkan kebisuan antara mereka berlanjut, yang membuat suasana semakin tegang bagi Seok Jin.

"Kamu tahu, ibuku sudah merencanakan semuanya. Dia ingin kita berdua memiliki waktu yang baik bersama," tambah Seok Jin. 

Namun, Joo Hyun tetap bungkam, tak menunjukkan antusiasme yang diharapkan Seok Jin. Rasa frustrasi dan kekecewaan mulai merayap di hati laki-laki itu. Ia merasa jarak antara mereka semakin terasa, dan itu membuatnya gelisah.

Seok Jin menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Aku ingin kita bisa lebih dekat lagi, Joo Hyun-ah. Kita bisa mencoba untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama, seperti dulu."

"Seperti dulu?"

Seok Jin meletakkan peralatan makannya perlahan. Dengan mata yang penuh tekad, ia menunjukkan harapannya kepada Joo Hyun. "Aku ingin berusaha lebih keras, Joo Hyun-ah. Aku ingin memperbaiki hubungan kita. Ku mohon, berikan aku kesempatan untuk membuat semuanya menjadi lebih baik."

Joo Hyun terdiam, wajahnya dipenuhi dengan keraguan. Di dalam dadanya, seakan ada pertarungan sengit antara rasa ingin kembali pada masa lalu dan ketakutan akan masa depan yang tidak pasti. Ia takut kecewa lagi. Sedangkan, Joo Hyun tidak bisa mengungkiri bahwa ia masih memiliki rasa pada Seok Jin, suaminya sendiri.

"Tapi banyak hal telah berubah. Kita tidak bisa mengembalikan masa lalu. Termasuk perasaanku padamu." Joo Hyun dengan tenang menyingkirkan serbet putih di pangkuannya. Menandakan ia ingin menyudahi santapan. "Aku tidak bisa melanjutkan makan siang kita. Ini terlalu menyesakkan bagiku." 

Seok Jin memperhatikan setiap gerakan Joo Hyun dengan hati yang bergemuruh. Dia berusaha menahan gelombang perasaan yang menggebu-gebu di dalam dada. "Joo Hyun-ah..." panggilnya lembut, mencoba menangkap perhatian wanita itu. "Aku tidak bisa menjanjikan bahwa semuanya akan menjadi lebih baik dalam sekejap, tapi aku berjanji akan berusaha. "

Namun suara lirih itu tidak menghentikan Joo Hyun untuk meraih mini tasnya dan bangkit dari kursi. Ia tidak ingin memberikan kesempatan Seok Jin untuk melanjutkan pembicaraan tersebut. Namun, pada saat ia hampir berbalik, kata-kata Seok Jin yang penuh harapan terdengar. 

"Kumohon, beri aku kesempatan satu kali lagi." 

Kaki Joo Hyun bagai membeku di tempat. Suaranya seakan-akan terperangkap di tenggorokan. Lesung pipit di matanya mulai mengembun.

Reaksi Joo Hyun itu membuat Seok Jin bisa merasakan ketidakpastian dihati sang istri bahkan tanpa melihat wajah. Seok Jin yakin bahwa kata-katanya yang tulus tadi mulai membuat Joo Hyun goyah. Meskipun Joo Hyun mencoba untuk pergi, namun Seok Jin merasa hati wanita itu masih berada di sisinya.

Joo Hyun berupaya melangkah lagi. Kali ini langkah Joo Hyun lebih cepat. Tangannya mengepal erat. Ia menahan kuat-kuat agar tak sebulir air mata pun jatuh di hadapan Seok Jin. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan laki-laki itu. 

Sedangkan manik Seok Jin terpaku pada punggung sang istri yang perlahan menjauh, meninggalkan dirinya dalam kehampaan yang tak terucapkan.


♡ 𝓉𝑜 𝒷𝑒 𝒸𝑜𝓃𝓉𝒾𝓃𝓊𝑒𝒹 ♡



Jika hati Joo Hyun mulai goyah, apakah ia akan kembali kepada suaminya?



Jangan lupa vote dan komen ya dear!

Makasi atas semua support kalian. >.<


Continue Reading

You'll Also Like

17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
3.6M 38.6K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
5K 595 22
seorang gadis yang berasal dari keluarga berkecukupan dan memilih untuk mandiri dengan bekerja paruh waktu. gadis itu memiliki bos yang bersifat ding...
1.9M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...