Putra Bajingan Duke Adalah Se...

By 00lyan00

144K 19.4K 926

Ketika ia datang ke desa, seorang penduduk memujinya, "Bagaimana bisa Anda tahu apa yang dipikirkan para krim... More

Prolog
BAB 1 JADI SEBUTANNYA REGRESI ATAU TRANSMIGRASI?
BAB 2 CASIUS DAN PEDANG
Bab 3 ALTER
BAB 4 RAHASIA CASIUS
BAB 5 RAHASIA CASIUS (2)
BAB 6 ELFREDA
BAB 8 MAKAN DENGAN TENANG (?)
BAB 9 JALAN-JALAN
BAB 10 YUSHE (1)
BAB 11 YUSHE (2)
BAB 12 YUSHE (3)
BAB 13 DEEP TALK
BAB 14 MALAM BULAN BARU
BAB 15 BULAN DAN SERIGALA (1)
BAB 16 BUKA MULUT! AAAA~
BAB 17 KISAH SEORANG CASIUS (1)
BAB 18 KISAH SEORANG CASIUS (2)
BAB 19 ANJAY, CASIUS BISA SENYUM^^
BAB 20 BAJINGAN ELEGAN
PILIH MANA???

BAB 7 CUMA UNDANGAN MAKAN, TAPI MENCURIGAKAN

6.6K 901 26
By 00lyan00

Hm, maap kemarin nggak up. Entah kenapa hawanya pengen tidur mulu... TT

Vote, comment, and follow!

Typo tandai!

.

.

"Hm, hm hm~ hm hm~ hm hm~"

"... Anda sepertinya sedang senang, nona?" celetuk seorang maid yang menyisir rambut Elfreda. Tidak tahu saja dia bahwa Elfreda menunggu pertanyaan itu darinya.

"Benarkaahhh~?"

Maid, Lilian, mengangguk mantab.

"Anda bahkan memanggil saya untuk mendandani Anda pagi-pagi sekali. Apa ada seseorang yang akan Anda temui?" tanya Lilian.

"Hihi. Jangan bilang siapa-siapa yaaa!" Elfreda melambaikan tangannya, meminta Lilian untuk mendekatkan telinga. Ketika Lilian menunduk, Elfreda membisikkan sesuatu dengan semangat.

"Sebenarnya~ aku berencana untuk mengejutkan kakak!"

Lilian yang mendengar itu mengangguk dengan mata penasaran.

"Apakah itu Tuan Muda Ferron?" Hanya dia yang saat ini ada di kediaman karena tuan muda pertama sedang menjalanlan tugas di wilayah Barat.

Tentu saja jawaban Lilian membuat Elfreda kesal. Kenapa pula dia harus repot-repot menemui si kutil cerewet itu?

"Lili, kau sudah tahu kan? Aku tidak suka bersama Kak Ferron!" rengek Elfreda tidak terima.

Lilian pun bingung. Jika bukan tuan muda keduanya, lalu siapa?

Seolah bisa membaca pikiran Lilian, Elfreda berteriak dengan kesal.

"Iiiiihhhh! Lili kok bingung sih?! Yang mau aku kagetin itu Kak Casius!!" Elfreda menyedekapkan tangannya dan memalingkan muka dari Lilian. Ia marah sekarang.

"Hah?"

Lilian bingung. Bukankah itu nama tuan muda ketiganya yang dipanggil 'bajingan'? Kenapa nonanya malah ingin menemui orang itu?

"Udah, jangan banyak tanya! Kakak sekarang pasti ada di aula latihan pada prajurit. Kita harus cepat sebelum kakak pergi dari sana!"

Elfreda bangun dari tempat riasnya dengan buru-buru. Tepat ketika tangannya menyentuh gagang pintu, Elfreda menoleh lagi.

"Oh iya! Lili, jangan lupa siapkan handuk dan air minum untuk kakak ya! Cepatt!" burunya sebelum keluar dari kamar.

***

Berlari kecil, lalu lompat. Lari lagi, lalu lompat. Elfreda terus melakukan itu sambil bersenandung, sementara Lilian mengikuti dari belakang.

"Hm~ hm~ Hihihi-"

Lilian memperhatikan nona mudanya yang tampak bahagia dengan seksama. Padahal nonanya itu sangat jarang tersenyum. Elfreda yang ia tahu adalah anak yang hanya tersenyum pada keluarganya, itupun tidak pernah secerah sekarang. Selain keluarganya, Elfreda hanya akan menunjukkan wajah cemberut, sinis, dan dingin.

Itulah mengapa Lilian, sebagai pelayan pribadi Elfreda, penasaran.

"Nona, bisakah saya bertanya?"

"Hm? Apa?" balas Elfreda tanpa menoleh.

"Kenapa... Anda sangat senang ketika akan bertemu Tuan Muda Ketiga? Bukankah Anda membencinya selama ini?"

Pertanyaan Lilian membuat langkah Elfreda terhenti. Gadis kecil itu berbalik, menatap dayangnya dingin.

"Lilian. Ingat ini baik-baik!"

Lilian meneguk ludahnya. Saat itu, ia baru saja menyadari...

"Tak pernah sekalipun aku membenci Kak Casius."

...bahwa dia tidak mengenal nona mudanya dengan baik.

Setelah itu, tak ada lagi percakapan antara Lilian dengan Elfreda. Keduanya melanjutkan perjalanan dalam kesunyian hingga mereka sampai ke aula latihan.

Elfreda yang melihat siluet Casius langsung berlari dengan raut bahagia. Anak itu melambaikan tangannya dan berteriak, "Kakak- ?!"

Teriakan Elfreda terhenti. Itulah saat dimana ia menyaksikan pemandangan surgawi yang sangat langka.

Manik merah darah yang bersinar redup. Surai hitam yang setengah basah dan keringat yang masih mengalir hingga ke bawah leher.

Tubuh pemuda itu tampak lebih berisi dibandingkan sebulan yang lalu, tinggi Casius juga bertambah karena latihan fisik yang rutin. Dengan penampilan itu, Casius akan dengan mudah membuat kaum hawa terkesima.

Masih dalam kondisi tercengang, Elfreda melihat Casius menarik kerah pakaiannya untuk mengusap peluh yang mengalir di dagu dan lehernya. Gerakan Casius otomatis membuat kain yang menutup bagian perutnya ikut terangkat.

"Wooow..."

Elfreda kagum sekaligus bingung. Sejak kapan kakaknya memiliki delapan kotak legendaris di sana? Gadis kecil itu berdecak kagum.

Elfreda yang sibuk mengagumi keindahan itu tiba-tiba membulatkan matanya.

"ASTAGA-!!"

Casius yang mendengar teriakan itu langsung menoleh dan melihat Elfreda yang berlari ke arahnya dengan raut khawatir.

"Kakak, buka pakaianmu!"

"?!"

Tanpa menunggu ijin Casius, Elfreda menyibak pakaian yang Casius kenakan. Terpampanglah otot-otot terlatih Casius yang dibalut kulit gandumnya. Ada beberapa bekas luka yang tidak hilang seperti sayatan dan bekas cambuk yang samar-samat terlihat di punggungnya, namun hal itu tidak membuatnya buruk. Malah membuat Casius tampak lebih... LIAR.

Lilian si pelayan juga tidak bisa menampik keindahan itu, ia menutup wajahnya yang memerah. Berbeda dengan Elfreda yang masih menelisik tubuh Casius.

Di saat yang sama, Elfreda bingung.

"Loh?"

Elfreda yakin dirinya melihat sesuatu berwarna hitam melilit tubuh Casius tadi. Apa hanya halusinasinya?

"... El, apa yang kamu cari di tubuhku?" tanya Casius yang mulai tidak nyaman. Apalagi ia menyadari Lilian, walau tampak seperti menutupi matanya dengan tangan, Casius masih bisa melihat sepasang mata yang menatapnya seksama dari sela-sela jari pelayan itu.

Elfreda yang mendengar pertanyaan –atau lebih tepatnya peringatan- dari Casius pun langsung melepaskan cengkramannya pada baju Casius.

"Umm... Maaf, kakak." Elfreda melirik takut-takut pada Casius yang tengah merapikan pakaiannya.

Pemuda itu menatap adiknya yang menunduk. Ia menepuk kepala Elfreda sekali dan berujar, "Tidak masalah. Jadi, bisakah kamu beritahu aku apa yang kamu cari?"

Elfreda ragu-ragu, namun ia tetap menjawab karena itu pertanyaan dari Casius.

"Itu... sepertinya tadi aku lihat sesuatu, tapi kurasa hanya salah lihat. Maaf, Kak Casius," sesal Elfreda. Kakaknya pasti tidak nyaman karena tindakannya yang tidak sopan itu.

"Hmm."

Casius memikirkan sesuatu. Tepatnya ia fokus mendengarkan Alter yang memberikan peringatan aneh.

'Berhati-hatilah! Hari ini malam bulan baru.'

'Apa artinya?' tanya Casius.

Tak ada balasan dari Alter membuat Casius mengerutkan kening. Keheningan tak berlangsung lama karena Elfreda yang mengingat tujuan awalnya.

"Oh, benar! Kak, apa kakak lelah? Aku membawakan handuk dan minuman untuk kakak. Lilian, tolong!"

Gadis kecil itu berseru penuh semangat dan meminta pelayannya, Lilian, untuk memberikan barang-barang yang ia minta tadi pada Casius. Lilian yang paham segera menyerahkan handuk kecil dan air di tangannya pada Casius.

"Terimakasih, El."

Walau ia sudah membawa minuman sendiri, tidak mungkin Casius akan menolak pemberian adiknya. Bukankah ini salah satu usaha adiknya untuk berubah? Ia tidak bisa menyia-nyiakannya dan membuat Elfreda kecewa.

Dua saudara itu berbincang ringan untuk sementara waktu. Lebih tepatnya Elfreda menceritakan banyak hal yang terjadi beberapa waktu terakhir sementara Casius hanya berperan sebagai pendengar yang baik dan sesekali akan membalas Elfreda dengan gumaman atau pertanyaan singkat.

Hubungan mereka memang banyak meningkat dalam sebulan ini. Tidak ada seorangpun yang tahu karena Elfreda lebih sering mengunjungi Casius secara diam-diam tanpa pengawalan. Lebih menyenangkan jika hanya berdua katanya.

Jadi kenapa Elfreda mengajak pelayannya, Lilian, kali ini? Jawabannya adalah untuk menegaskan bahwa dia ada dipihak Casius.

Lilian tidak bodoh. Setelah melihat interaksi nonanya dengan tuan muda ketiganya untuk beberapa saat, iapun sadar akan tujuan Elfreda membawanya. Itu untuk melihat kesetiaannya.

Lilian memejamkan matanya. 'Apapun yang terjadi, saya akan tetap mengikuti Anda, nona,' batin Lilian mantab.

Ketika dua saudara sibuk menikmati waktu mereka, seseorang mendekat. Seorang pria tua dengan seragam pelayan, namun mengenakan bros emas di dada kirinya.

Casius melirik sosok itu dingin.

"James."

Itu adalah kepala pelayan yang bekerja langsung dibawah Duke Vanca, Arsland Le Vanca.

"Selamat pagi, tuan muda ketiga dan nona muda!" sapanya formal. Namun bagi Elfreda yang sejak awal tampak tidak menyukai James, itu sangat menyebalkan.

"Apa?! Langsung saja katakan apa tujuanmu! Jangan buang-buang waktu kami!"

Lontaran kalimat tajam itu sama sekali tak berpengaruh bagi James yang setia dengan senyum formalnya. Hal itu membuat Elfreda semakin jengkel.

"Yang Mulia memanggil tuan dan nona muda untuk sarapan bersama. Beliau memerintahkan Anda berdua untuk segera bersiap."

Casius langsung mengerutkan keningnya.

'Sarapan... bersama?' Apakah ada kejadian semacam ini dalam ingatan kehidupan pertamanya? Sepertinya tidak?

'Ngapain si orang tua kolot itu ngundang makan? Tanda-tanda mau mokad ya?' Lihat? Bahkan Alter sama bingungnya.

Casius segera memikirkan alasan paling logis dan masuk akal yang mungkin tengah direncanakan 'ayahnya' itu.

Kemungkinan pertama, berdasarkan kejadian yang baru-baru ini terjadi –apalagi kalau bukan tentang segel keluarga?- Arsland memanggilnya untuk memberikan 'kompensasi'. Namun Casius lebih suka menyebutnya 'uang tutup mulut'.

Kemungkinan kedua, mereka ingin merundungnya seperti biasa. Memojokkan Casius dengan memanfaatkan kekurangan dan kesalahan yang pernah ia lakukan. Menghina dan merendahkannya seperti kotoran, lalu endingnya Casius dihukum entah bagaimana.

Kemungkinan ketiga, mereka hanya ingin pamer keharmonisan di depan Casius. Sementara dirinya akan tetap diabaikan seperti debu di meja makan.

Kemungkinan terakhir lagi-lagi berkaitan dengan segel keluarga, bisa jadi Arsland sungguh ingin minta maaf karena telah menuduhnya. Diakan orang yang cukup menjunjung tinggi 'kehormatannya'. Yah, walau kemungkinannya itu saaaaaangat kecil. Sekecil upil kutu.

Casius merenung. Apapun yang terjadi, sepertinya itu tidak akan terlalu berbahaya. Pemuda itu memejamkan mata, lalu membukanya kembali.

"Baiklah-"

.

.

TBC

~Pojok cerita (spoiler tipis)~

Cakra : "Kenapa kamu selalu menggunakan bahasa gaul? Juga, bagaimana kamu bisa tahu itu?"

Casius : "Hah? YA TAULAH! Gue kan selalu 'ngikut' elu kemanapun!"


Continue Reading

You'll Also Like

41.2K 1.5K 13
She transmigrated into a new world at an unexpected moment. Became a character that never even mentioned in the story. And live a life so differently...
557K 28.5K 31
Mia Evian has to piece together the mystery of Zack Maddox, the bad boy whose life she saved, while simultaneously keeping her own crumbling life tog...
627K 21.8K 60
"Don't do that." I mumble. "Why not?" His husky voice cracks as he speaks softly into my ear. Blood rushes to various places in my body. "You're m...
13.8K 1K 24
Cerita ini milik orang lain, mimi hanya menerjemahkannya. Tidak diedit kalau suka baca kalau ga suka jangan dibaca. Judul asli: Seluruh keluarga tela...