Internship with Benefit

Von RSOEMARNO

657K 7.5K 285

Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara... Mehr

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Additional Part
Sebelas
Dua Belas
Additional Part Waktu yang Singkat
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Additional Part I'll Treat You Better
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
End
Promotions
Extras 1
Extras End
Give Me Your Love
Additional Part Ny. Kaila Budi Sudjatmiko

Enam

40.6K 388 11
Von RSOEMARNO

Halooo, aku update panjang nih. Boleh dong vote nya dikencengin lagi hehe.

Oiya mau cek ombak seberapa banyak sih yang nungguin cerita ini?

Kalian bisa unjuk gigi di komen ya. Nanti kalau komennya banyak, aku lanjut update secepatnya meskipun harus curi-curi waktu buat nulis.

Happy Reading!





Kaila saat ini sedang sibuk membantu para tim dokumentasi pak Singgih. Dia diajak oleh pak Singgih datang ke acara sosialisasi yang diadakan oleh Kementerian Lingkungah Hidup. Sebagai tim media informasi sudah menjadi tugas Kaila untuk meliput segala kegiatan pak Singgih.

"Ya ampun, capek banget gue la. Mana ini acara kayak nggak kelar-kelar." Dewi menguncir asal rambut panjangnya.

"Palingan juga bentar lagi kelar. Udah jam 12 juga, masa iya nggak ishoma?" Kaila menutup lensa kamera yang dipegangnya.

Dia dan Dewi kenal sejak masuk menjadi anak magang. Dewi merupakan staff ahli pak Singgih yang paling muda dan friendly. Semua staff pak Singgih memang ramah, tapi tidak semua dekat dengan Kaila.

"Lo, kemarin kemana? Kok yang izinin pak Budi?" Dewi menyeruput es yang ada di gelasnya.

Saat ini mereka tengah beristirahat dan duduk di salah satu meja paling belakang. Berbagai makanan sudah tersedia di meja. Jadi mereka tinggal menikmati. Karena setelah ini akan ada jumpa pers dan mereka harus ikut meliput.

"Emangnya pak Budi izinin gue apa?" Kaila bertanya pelan.

"Gatau, cuma bilang lo izin karena beliau ajak dinas gitu. Tapi kok beliau nya masih ngantor dan lo enggak?" Dewi menyendok kue lapis di piringnya.

"Eum, gue capek jadi manfaatin jatah cuti aja. 1 bulan kan gue nggak pernah izin." Kaila mencari jawaban aman.

Dewi ini suka sekali ikut campur urusan orang. Kaila sendiri maklum. Dia tau bagaimana sifat anak komunikasi. Suka sekali menjalin hubungan baik dengan orang lain.

"Ooh, gue kira lo habis check in sama si bapak." Dewi berkata ringan.

Kaila tersedak minumannya. Dia menatap horor Dewi. Bagaimana wanita itu bisa memiliki tebakan yang sangat tepat.

"Kok lo bisa bilang gitu? Emang bapak sering check in ya?" Kaila bertanya penasaran.

Dewi memundurkan kepala saat menatap Kaila. Dia menggeleng dramatis.

"Ya ampun, lo kemana aja 1 bulan ini Kaila? Siapa sih yang gak kenal pak Budi sang Pangeran Senayan itu?" Dewi berbicara dramatis.

"Gue anak magang ya, senayan itu gedhe. Isinya banyak orang, yakali gue mau tanyain satu-satu gosip apa yang lagi hot di tiap komisi." Kaila ngeles dan menurunkan bahunya lemah.

"Tapi emang beneran ya si bapak suka main cewek?" Kaila memburu Dewi karena wanita itu belum menjawab.

"Ya lo pikir kenapa bisa 1 senayan ngasih label 'pangeran senayan' ke beliau? Lo paham kan gimana tingkah pangeran?" Dewi kembali memakan hidangan di meja.

"Tapi kan beliau udah punya istri." Kaila masih bertahan dengan argumennya.

Kalau di pikir memang logis jika Budi suka bermain wanita. Secara mudah sekali pria itu menangkap godaan Kaila. Dan bodohnya Kaila percaya bahwa pria itu tidak pernah gonta ganti pasangan.

Kaila jadi merinding sendiri. Banyak pikiran negatif hinggap di kepalanya. Bagaimana jika pria itu mengidap HIV atau Aids.

"Emang pangeran itu cukup dengan 1 istri ya? Dan pernikahan pak Budi kan politik. Yakin gue beliau nggak pernah nyentuh istrinya. Palingan juga cuma sekali dua kali buat program anak. Itupun kalau istrinya masih mau punya anak lagi." Dewi mengambil tisu dalam tas nya.

Kaila terdiam. Dia merasa ditipu habis-habis an oleh Budi. Tapi juga salahnya sendiri menggoda pria itu.

"Pokoknya ya, la. Lo kudu hati-hati sama pak Budi ini. Apalagi lo udah sering dicariin gitu. Kalau modelan pak Singgih mah beliau beneran cuma haha-hihi. Gue udah kenal soalnya. Tapi yang bahaya itu ya modelan pak Budi ini. Apalagi kuasa nya diatas pak Singgih." Dewi menggeleng dramatis.

Dering di ponsel Kaila menghentikan obrolan keduanya. Dia melirik nomor tanpa nama yang sudah 3 kali ini menghubunginya. Kaila tidak pernah menjawab nomor asing karena dia pikir palingan hanya penipuan.

"Angkat gih, la. Kayaknya penting itu, nomornya masih sama gitu." Dewi meminta Kaila mengangkat panggilan itu.

Akhirnya dengan pasrah Kaila menekan tombol hijau di layar ponselnya. Tidak terdengar suara apapun disana. Kaila masih diam.

"Halo, Kaila?" Budi berkata sembari langkahnya menuju mobil.

"Bapak?" Kaila sedikit terkejut mendengar suara pria itu.

"Kamu dimana Kaila?" Budi menyerahkan map pada Taksa.

"Saya di hotel Park Hyatt, pak." Kaila berdiri dari duduknya.

Dewi menatap Kaila bingung. Dengan isyarat mulut Kaila izin ke belakang karena suara yang tidak jelas.

"Saya jemput kamu sekarang." Budi menutup panggilan sebelum Kaila berbicara lagi.

Kaila kebingungan. Untuk apa pria itu menjemputnya. Dia masih berada di jam kerja.

Tetapi bukannya menolak malah Kaila sekarang berpamitan pada Dewi. Dia membereskan barangnya dan meminta maaf karena harus pergi sekarang. Dewi sendiri maklum, biasa kalau habis acara seperti ini anak magang diberi kebebasan apakah akan kembali ke kantor atau pulang. Dan biasanya Kaila akan ikut ke kantor sampai jam pulang tiba. Mungkin acaranya mendesak sampai dia memilih pulang sekarang.

"Dew, gue pulang duluan ya. Sorry gak bisa bantuin buat jumpa pers nya. Izinin ke pak Singgih ya?" Kaila berbicara ditengah tangannya memasukkan barang.

"Lo mau kemana?" Dewi bertanya bingung.

"Eng, sepupu gue disini masuk rumah sakit. Keluarga gue minta buat mastiin karena dia juga sendiri disini." Kaila berkata asal.

"Oh yaudah, ati-ati ya." Dewi mempersilahkan Kaila pergi.

Saat tiba di lobi, Kaila sudah melihat mobil Budi parkir dengan rapi di depan gedung. Kemudian mobil itu mulai bergerak untuk menjemput Kaila.

Kaila masuk setelah pintu mobil dibuka oleh ajudan Budi. Dia merasa sangat canggung.

"Kita mau kemana, pak?" Kaila membuka suara.

"Balikpapan." Budi tidak mengalihkan pandangannya dari iPad.

"Ngapain ke Balikpapan? Saya ini kerja bukan bersama bapak ya. Bapak nggak bisa bawa saya seenaknya gini. Udah jemput paksa. Sekarang malah mau dibawa ke luar kota." Kaila menumpahkan emosinya.

Budi meletakkan iPad nya. Dia mengubah posisi jadi berhadapan dengan Kaila. Wanita itu memperlihatkan kilatan emosi di mata cantiknya.

Pria itu memegang rahang Kaila dan mulai mencium bibir mungil yang menjadi candunya. Kaila menolak dan berusaha memberontak. Tapi kekuatan Budi jauh diatasnya. Sehingga hal yang bisa dilakukan Kaila adalah menggigit keras mulut pria itu hingga mengeluarkan darah segar.

Budi memundurkan tubuhnya. Dia memegang mulutnya yang berdarah terasa sangat perih.

Kaila kebingungan. Dia tidak tau mulut pria itu akan berdarah jika digigit olehnya.

"P-pak maafkan saya." Tangan Kaila terulur memegang mulut Budi.

Pria itu menepis tangan Kaila. Dia sibuk mengambil kapas di dalam mobil untuk mengobati luka di mulutnya yang dibuat oleh Kaila.

"Biar saya aja pak." Kaila meraih sekotak P3K yang dipegang Budi.

Budi diam saja. Dia membiarkan wanita itu mengobati luka di bibirnya.

Kaila sedikit salah tingkah di tatap intens seperti itu. Akhirnya setelah selesai dia membuang muka. Dan tidak ada percakapan apapun diantara keduanya.

Mereka telah sampai di bandara. Kaila mengekori langkah lebar Budi. Waktu boarding sudah habis. Mereka langsung masuk ke kabin pesawat.

Beruntung first class maskapai penerbangan mereka sangat sepi. Hanya ada Budi, Kaila dan para ajudan mereka. Mungkin memang di booking semua oleh Taksa mengingat Budi membawa serta Kaila.

Wanita itu duduk di samping jendela pesawat. Pandangannya terus menatap ke luar jendela, dia tidak berani melirik pria itu yang duduk bersebrangan dengannya.

"Misi mbak. Aku mau ke toilet." Kaila berdiri melewati Anggi yang duduk di sebelahnya.

Sampai di toilet wanita itu membuang napasnya kasar. Bagaimana dia bisa sebodoh itu. Kaila itu menyukai Budi tapi dia juga tidak mau jika di kontrol seperti itu.

"Sumpah lo sembrono banget sih la. Gimana kalau luka bapak dalem dan sampai harus di jahit? Gimana kalau habis ini bapak nggak bisa makan. Duh, goblok banget sih gue." Kaila bermonolog di cermin toilet.

Kegiatannya terganggu kala ada suara ketukan di pintu. Pelakunya adalah Budi. Pria itu akan menggunakan kamar mandi.

Kaila keluar dengan sedikit canggung. Dia tau itu Budi saat pria itu bersuara.

Kembali ke tempat duduk, Kaila menikmati hidangan yang sudah disajikan. Dia tidak memakan semua karena perutnya masih penuh.

Kaila merasa bosan. Perjalanan 2 jam 15 menit terasa sangat lama. Apalagi dengan sikap dingin Budi, membuat dia menjadi seperti orang asing diantara sekumpulan orang yang ikut Budi.

Akhirnya wanita itu memutuskan tidur untuk membunuh waktu. Dia selalu tidur saat dalam perjalanan. Karena jika tidak tidur dia akan merasa pusing dan mual.

Saat membuka mata mereka telah sampai tujuan. Kaila sedikit meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Kemudian dia mengekori segerombol orang Budi untuk pergi menuju hotel.

Sampai di kamar pria itu pamit untuk pergi ke acara. Kaila bingung apa yang harus dilakukan.

Akhirnya dia memilih berendam di bathub untuk mengurangi rasa capek. Kaila berendam hampir 2 jam. Saat dia keluar dari air waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore.

Kaila lupa dia tidak membawa pakaian. Akhirnya dia menggunakan bathrobe saja sembari menunggu Anggi membawakan pakaian untuknya.

Wanita itu duduk termenung di powder room. Terdengar suara pintu dibuka. Kaila melihat sosok Budi dari pantulan cermin.

Kaila tidak bergerak sedikitpun. Dia mengikuti pergerakan Budi.

Pria itu tidak mengeluarkan suara sama sekali. Budi membuka pakaiannya dengan tenang dan masuk ke bawah shower untuk membasahi tubuhnya.

Kaila menundukkan pandangannya saat bertemu tatap dengan netra Budi. Dia malu ketahuan menatap pria itu yang tanpa busana.

Wanita itu kemudian berdiri dari duduknya. Dia duduk bersimpuh didepan kamar mandi yang pintunya tidak ditutup oleh Budi.

Pandangannya menatap ke lantai. Kaila tidak berani menatap Budi yang saat ini sudah bingung dengan tingkahnya.

"Apa yang kamu lakukan?" Budi bertanya didepan Kaila.

"Saya mohon maafkan saya pak. Saya tidak bermaksud melukai bapak. Tolong maafkan saya pak." Kaila semakin menundukkan dirinya.

Wanita itu hampir bersujud ketika tangannya dipegang oleh Budi. Pria itu menegakkan tubuh Kaila. Dia memegang rahang wanita itu mengarahkan pandangannya untuk sejajar dengannya.

"Saya nggak bermaksud seperti itu pak. Saya tau saya salah. Seharusnya saya bilang aja kalau saya nggak mau dicium bapak. Tapi saya malah melukai bapak. Mohon ampuni saya pak. Bapak jangan mendiamkan saya seperti ini. Saya tidak tau harus berbuat apa. Saya-saya. Hiks saya." Kaila tidak bisa menahan tangisnya.

Budi membawa wanita itu menuju pelukannya. Tangis Kaila pecah di dada terbuka pria itu. Air matanya jatuh membaur dengan air yang masih menetes dari tubuh Budi.

"Saya nggak bermaksud mendiamkan kamu. Tetapi kamu sudah keterlaluan melakukan hal seperti itu. Saya tau kamu hanya berusaha melakukan pembelaan. Kenapa kamu tidak bilang saja, hm?" Budi berbicara diatas kepala Kaila.

"Bapak menahan tangan saya. Saya tidak bisa berbicara karena dibungkam mulut bapak. Jujur saya nggak suka hubungan profesional dicampur dengan hubungan pribadi, pak. Saya memang menyukai bapak. Saya juga dengan sukarela menjalani hubungan gelap dengan bapak. Tapi bukan berarti bapak memiliki kehidupan saya sepenuhnya. Saya ini anak magang. Saya nggak bisa seenaknya meninggalkan pekerjaan seperti itu. Insiden izin kemarin saja sudah membuat satu kantor saya heboh. Apalagi sekarang bapak malah membawa saya pergi seperti ini. Tolong pak, saya ini nggak pernah nolak bapak. Tapi bapak juga tolong hargai saya. Saya harus menyelesaikan magang saya dengan baik. Karena saya masih punya impian besar." Kaila menumpahkan seluruh emosinya.

Dada wanita itu naik turun seirama dengan emosi yang meluap. Setelah mengungkapkan seluruhnya, bebannya terasa berkurang. Dia merasa dadanya lebih plong.

"Sayang, saya nggak bermaksud memonopoli kamu. Apalagi sampai membuat kamu berpikir kamu adalah submissive saya. Saya nggak bermaksud seperti itu. Maafkan saya kalau terlalu berlebihan. Tapi saya ini juga ingin melindungi kamu. Kamu itu udah jadi milik saya." Budi mengusap lembut rambut Kaila.

Mata Kaila berkaca mendengar penjelasan Budi. Dia tidak tau kenapa dia secengeng itu dihadapan Budi.

"Kenapa kamu tidak berpakaian? Anggi belum membawakannya?" Budi bertanya.

Kaila menggeleng pelan. Suara nya hilang akibat tangis yang tidak kunjung berhenti.

Budi berjalan melewati Kaila untuk mengambil handuk. Pria itu mengeringkan tubuhnya dan menggunakan pakaiannya.

Kemudian setelah berpakaian Budi menggendong Kaila keluar kamar mandi. Dia mendudukan Kaila di ranjang. Dan mengambil ponsel untuk menghubungi Anggi.

Setelah menunggu tidak lama, Anggi datang membawa pakaian untuk Kaila. Budi menyerahkan paperbag tersebut pada Kaila. Tetapi wanita itu menolak.

"Nanti masuk angin kalau nggak pakai baju." Budi duduk di sebelah Kaila.

"Bapak nggak mau have sex dulu sama saya?" Kaila bertanya pelan.

"Memangnya luka kamu sudah tidak sakit?" Budi membenarkan rambut Kaila yang berjatuhan kedepan.

Kaila menggeleng pelan. Lukanya memang sudah tidak sesakit kemarin, tapi masih ada rasa perih. Dan dia sedang menginginkan milik pria itu didalam dirinya.

Budi membelai rambut Kaila. Tangannya turun menyusuri tubuh Kaila.

Wanita itu menutup mata dan mendongak menikmati setiap sentuhan Budi. Tangan pria itu membuka kaitan tali bathrobe Kaila. Dan memainkan titik sensitif wanita itu.

Kaila mengigit bibirnya menahan desahan. Budi tidak menciumnya sama sekali. Dan itu menyiksa dirinya.

"Jangan digigit, nanti berdarah lagi. Keluarkan saja desahan sexy kamu itu." Budi menggerakan tangannya naik turun diantara payudara Kaila.

Satu desahan lolos dari bibir Kaila saat tangan dingin Budi menyentuh putingnya. Tiba-tiba pria itu berdiri dan membuka lemari es. Membuat Kaila bingung.

Budi mengambil 1 botol wine yang ada di lemari es. Dia membuka tutupnya dengan mudah.

Kemudian Budi menidurkan Kaila. Dia mengikat tangan wanita itu dengan dasi yang berada di sofa kamar.

Kaila diam saja menurut. Tangannya diikat diatas kepala. Dan saat ini pria itu tengah menuangkan wine diatas tubuhnya. Membuat wanita itu tidak berhenti bergerak saat dinginnya cairan merah itu menyentuh tubuh telanjangnya.

Setelah habis 1 botol, Budi mulai menjilat jejak wine ditubuh Kaila. Wanita itu tidak dapat menahan desahannya lagi. Bahkan kini dia menjerit kala lidah pria itu masuk ke lubang kewanitaannya.

"Ahh, pakh Budi saya mohon." Kaila membusungkan tubuhnya.

Wanita itu merapatkan pahanya menjepit kepala Budi yang sibuk di lubang kewanitaanya.

Saat akan mencapai pelepasan, pria itu melepaskan diri. Dia kembali naik menuju payudara Kaila.

"Pakh, please." Kaila sudah merem melek akibat permainan Budi.

"Apa yang kamu mohonkan Kaila?" Budi berpindah dari dada menuju ceruk leher wanita itu.

"Kiss me, pakh. Kiss me everywhere." Kaila menatap sayu kepada Budi.

Pria itu tersenyum diatas Kaila. Dia menuruti keinginan wanita itu. Mencium mulai dari leher turun ke bahu dan berakhir di tengah dada.

Tangannya memainkan puting Kaila. Membuat wanita itu membusungkan dada meminta lebih.

Budi tidak kuat menahan godaan payudara Kaila yang ranum. Dia melahap puting wanita itu yang sudah menegang akibat ulahnya. Satu tangannya dia gunakan untuk memainkan payudara yang lainnya.

Begitu dia lakukan secara bergantian. Setelah dirasa cukup siap, Budi melepaskan pakaiannya. Dia memposisikan penisnya di lubang Kaila.

Sebelum masuk, Budi menggesekkan penisnya menggoda Kaila. Wanita itu sudah memohon berkali-kali. Dan hal itu semakin membuat Budi semangat menggoda.

Akhirnya setelah cukup puas menggoda, pria itu mulai memasukkan penisnya ke lubang vagina Kaila. Wanita itu menutup mata merasakan perutnya terasa penuh oleh penis Budi.

Budi menarik kedua kaki Kaila untuk melingkar di tubuhnya. Dia mulai menggerakkan miliknya didalam lubang Kaila.

Tangannya memegang pinggul Kaila dan membimbing wanita itu untuk bergerak bersama. Tatapan Budi mengarah pada 2 payudara Kaila yang bergerak seirama dengan genjotannya. Dia juga melihat wajah wanita itu yang menutup mata keenakan.

Dua hal ini membuat Budi semakin bergairah. Apalagi mendengar suara wanita itu yang meneriakkan namanya dengan merdu. Sungguh Kaila benar-benar candu yang tidak bisa dia hentikan.

Budi merasakan milik Kaila semakin sempit. Dia mempercepat gerakannya. Mereka harus mencapai pelepasan bersama.

Dan tidak lama kemudian mereka mencapai pelepasan. Tubuh keduanya bergetar hebat. Budi memeluk erat tubuh telanjang Kaila.

Nafas keduanya memburu. Keringat membasahi dahi masing-masing. Dan Kaila bisa merasakan cairan hangat Budi memenuhi rahimnya.

Cukup lama mereka dalam keadaan seperti itu. Sebelum akhirnya Budi melepaskan miliknya dan pergi menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.

Setelah selesai urusan kamar mandinya, Budi melepaskan kaitan tali di tangan Kaila. Kemudian pria itu menggendong Kaila ke kamar mandi. Dia membantu Kaila bersih-bersih dan berpakaian.

Kemudian mereka pergi keluar kamar untuk mencari makan. Budi menuruti keinginan Kaila untuk mencari makan keluar hotel. Wanita itu ingin menjelajah kota Balikpapan di malam hari sekalipun dia kesulitan bergerak karena rasa tidak nyaman di perutnya.

Di tengah perjalanan Kaila membuka tas dan mencari pil yang selalu dia bawa. Dia meminta air putih pada Budi. Pria itu memberikan air yang sudah dia buka tutupnya.

"Besok-besok saya tidak akan lupa menggunakan pengaman." Budi berbicara setelah menerima botol dari Kaila.

Kaila menganggukkan kepala. Kemudian wanita itu menatap keluar jendela. Pemandangan Balikpapan di malam hari membuatnya terkagum.

Tidak lama mereka telah sampai resto tujuan. Pria itu mengajak Kaila menikmati nasi bakar seafood dan pisang gapit yang menjadi makanan khas Balikpapan.

Kaila menutup mata menikmati makanan yang baru saja dia coba rasakan. Budi melihat wanita itu dan tersenyum lembut. Dia sangat menyukai ekspresi keenakan Kaila.

Setelah selesai makan mereka kembali ke hotel. Kaila sudah tidak memiliki tenaga. Tadi perjalanan mendadak kemudian bermain dengan Budi yang semakin hari semakin panas membuatnya kehilangan seluruh energi.

Jadi saat sampai dia langsung menidurkan dirinya di ranjang. Bahkan Budi yang menggantikan pakaian dan melakukan ritual skincarenya malam ini. Pria itu dengan telaten mengganti pakaian Kaila menjadi piyama tidur yang biasa digunakan wanita itu.

Dia sudah hapal dengan kebiasaan Kaila yang hanya menggunakan dress pendek tali spaghetti tanpa dalaman apapun. Sungguh Budi harus menahan dirinya untuk tidak menerkam wanita itu lagi.

Selesai dengan Kaila, Budi juga mengganti pakaiannya. Kemudian pria itu menyusul Kaila di ranjang. Dia menarik tubuh Kaila ke pelukannya.

"Pak, saya mau tanya tapi tolong dijawab jujur ya?" Kaila membuka obrolan.

"Apa?" Budi mematikan lampu kamar.

"Kenapa bapak bisa dijuluki 'pangeran senayan'? Bapak punya berapa wanita? Kaila memainkan tangannya di kancing baju Budi.

"Wanita saya cuma kamu dan istri saya. Pangeran senayan itu karena saya masuk senayan saat usia masih muda." Budi mempererat pelukannya.

Pria itu menikmati gesekan puting Kaila di tubuhnya. Dia bahkan dengan sengaja mengetatkan pelukannya hingga wanita itu merasa sesak. Tetapi Kaila tidak menolak, wanita itu juga menikmati sensasi tubuhnya bergesekan dengan tubuh Budi.

"Tapi rumornya bapak punya banyak cewek lho. Kan saya jadi takut, gimana kalau bapak mengidap HIV atau Aids?" Kaila bertanya dengan polos.

"Saya jamin 100% kalau saya sehat Kaila. Bahkan ada dokumen hasil pemeriksaan saya sebelum menikah kemarin. Dan kalau kamu tidak percaya disitu ada kontak dokternya. Kamu bisa hubungi dokter dan bertanya langsung." Budi mengelus rambut Kaila.

"Kalau gitu besok tunjukin ke saya setelah sampai Jakarta." Kaila masih memainkan kancing baju Budi.

"Iyaa, besok saya lihatkan. Sekarang tidur ya? Saya udah capek banget." Budi memejamkan mata.

Kaila menyusul Budi. Dan keduanya tidur dalam keadaan saling berpelukan.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

3.7M 81.3K 51
"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya ray...
Hostium (END) Von Keila

Aktuelle Literatur

1.2M 58.1K 47
Reanka adalah gadis pendiam dengan sejuta rahasia, yang hidup di keluarga broken home. Di sekolahnya ia sering ditindas oleh Darion Xaverius. Reanka...
11.9K 1.2K 26
Joanna dan Teressa sudah berteman baik sejak TK hingga usia berkepala tiga. Keduanya begitu dekat meski kerap tinggal berjauhan. Bahkan, akan saling...
STRANGER Von yanjah

Aktuelle Literatur

228K 26K 33
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...