LOUISE

Od glummzz

459K 50.1K 3K

( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecin... Více

01 - Miss Me?
02 - Adorable
04 - Baby bear
05 - Strawberry Candy
06 - Mwah!
07 - Milk
08 - Pacifer
09 - Cute Sticker
10 - Who?
11 - Hug
12 - Flying kiss
13 - Good boy
14 - Bullying
15 - Loulou
16 - Consequence
17 - Complaint
18 - Crying
19 - Baby bear & Wolf
20 - Butterfly
21 - Pinky promise
22 - Chubby Bear

03 - Mawkish

28.2K 2.4K 81
Od glummzz

dari aku publish cerita ini selalu ada yang nanya, takut aku berhenti ditengah jalan lagi.

ga akan ya, ga lagi lagi nerbitin cerita sebelum ending. jadi kalian tenang aja, akunya juga udah trauma 🫂

Happy Reading!
✦◌✦—
🤎🐻

Limousine mewah yang di kendarai oleh Chris, berhenti tepat di halaman luas depan Mansion.

Lean segera keluar tanpa menunggu Chris membukakan pintu. Bahkan para Penjaga yang hendak menghampiri, langsung kembali ketempat masing-masing dan membungkuk sopan menyambut kedatangannya.

Kaki jenjang Lean melangkah lebar, berjalan masuk kedalam Mansion seraya menyugar rambut hitam legamnya. Sedangkan Chris, bergegas mengikuti sang Tuan dari belakang.

Begitu sampai di dalam Mansion, Lean menghentikan langkah, fokus mendengarkan suara sang Papa yang seakan memperingati seseorang.

Saat Lean menoleh kearah ruang keluarga, hal pertama yang langsung tertangkap oleh netra kelamnya, adalah sosok kecil Lou yang tengah berada dalam gendongan Levan.

"Apa yang terjadi?" tanya Lean langsung. Melanjutkan langkah mendekati sang Papa tanpa melirik Yanzhi sedikitpun.

"L-Lean?" panggil Yanzhi terkejut.

Lou yang mendengar suara sang kakak pertama, langsung membenamkan wajah sembabnya pada leher jenjang sang Papa.

Jemari lentik Levan bergerak, mengusap pelan pipi chubby si bungsu yang terasa hangat. Kemudian, ia menoleh pada putra sulungnya dengan geram.

"Singkirkan gadis tidak tahu diri itu dari Mansion kita."

Mendengar ucapan sang Papa, Lean langsung menoleh pada Chris dan Felix. Keduanya sama-sama ragu untuk maju mendekati Yanzhi.

Lean menatap Chris tajam. "Apa yang kau tunggu?"

Chris langsung membungkuk. "B-baik Tuan." patuhnya menjawab, segera beranjak mendekati Yanzhi yang kini membelalak tak percaya.

"Lean! Apa yang kau lakukan?! Aku datang kesini karena merindukanmu!" teriak Yanzhi tak terima.

"Minggir! Berani sekali kau menyentuhku, huh?!" Yanzhi menepis kasar tangan Chris.

"Nona, tolong menurutlah. Ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu Tuan Muda." bujuk Chris, menjauhi Yanzhi untuk menghormatinya.

Yanzhi mengusap pergelangan tangannya kasar. Sebelum benar-benar pergi, ia sempat menoleh pada Lean yang bahkan tidak meliriknya sama sekali.

"Aku akan mengadukan perlakuan kalian pada Ayah!" gumam Yanzhi dengan nafas memburu.

Setelah kepergian Yanzhi, Lean kembali mendekati Levan yang tengah menepuk-nepuk punggung Lou pelan.

"Apa yang dia lakukan?" tanya Lean, menunjuk kearah kepergian Yanzhi dengan dagu.

Levan tidak langsung menjawab. Telapak tangan besarnya mengusap kepala Lou pelan. Memiringkan wajah sembab si bungsu yang tengah memejamkan mata, agar Lean bisa melihat kondisi sang adik.

"Dia membuat bayi besar ini menangis."

Sebelah alis Lean terangkat. Melihat pipi chubby Lou yang merona samar, dengan bibir mungil yang setia melengkung kebawah, Lean justru menampilkan senyum miring.

"Berikan si cengeng ini padaku." Tangan kekar Lean terulur, mencoba melepaskan jemari kecil Lou yang masih erat memeluk leher sang Papa.

"Tidak mau!" Lou yang tadinya mengantuk, langsung menggeleng brutal. Kaki kecil yang melingkari pinggang ramping sang Papa bahkan ikut mengerat.

Levan hanya diam, membiarkan si sulung terus berusaha melepaskan tangan kecil si bungsu dari lehernya.

"Tidak mau!" tolak Lou mulai kesal.

Saat tangan kecil Lou terangkat untuk mendorong tubuh Lean, lengannya justru ditarik hingga berhasil terlepas dari gendongan Levan.

"TIDAK MAU!" jerit Lou histeris, berusaha turun dari gendongan Lean yang langsung memeluk tubuh mungilnya erat.

"Papa!" jemari kecil Lou berusaha menggapai Levan, yang langsung mengalihkan pandangan kearah lain.

"Sstt, diamlah. Kenapa kau semakin aktif." Lean berusaha menahan Lou dalam gendongan koalanya.

"MAMA!" jerit Lou lagi. Membuat telapak tangan besar Lean langsung membungkam mulut mungilnya.

"Hmpph!"

"Astaga, apa yang sedang kalian lakukan?!" Dengan masih mengenakan apron berwarna kuning pastel, Lovisa yang datang dari arah dapur tampak terkejut melihat kehadiran putra sulungnya. "Lean? Kapan kau kembali?"

"Baru saja, Ma." jawab Lean singkat.

"Mampph!" Lou berusaha memanggil sang Mama untuk meminta pertolongan, namun mulutnya justru semakin erat dibungkam.

"Lepaskan adikmu, dia tidak bisa bernafas!"

Menghiraukan ucapan sang Mama, Lean langsung mengambil langkah lebar menuju kearah Lift. "Bayi sangat rewel saat mengantuk, Ma."

Levan memasukkan kedua tangan kedalam saku celana. Mendekati Lovisa yang menatap garang punggung tegap si sulung, yang semakin menjauh bersama si bungsu dalam gendongan koalanya.

"Memasak apa?" tanya Levan santai. Membuat Lovisa segera tersadar.

"Aku membuat cake strawberry untuk Loui."

Levan mengangguk, memegang bahu sempit sang istri dan menuntunnya berjalan kembali kearah dapur.

"Kau juga harus membuatkannya pudding." usul Levan, membuat Lovisa mengangguk setuju.

Felix dan Chris yang masih berdiri disana, saling tatap. Keduanya langsung saling merangkul bahu dan berjalan beriringan keluar dari Mansion.

✦◌✦

Klick!

Kaki jenjang Lean menendang pintu kamarnya sendiri, hingga kembali tertutup dan langsung terkunci secara otomatis.

Lou yang masih berada dalam gendongan Lean, kini hanya diam. Menyandarkan kepala pada bahu lebar sang kakak, dan menutupi wajah dengan kedua tangan kecilnya.

"Kenapa diam?" Lean melangkah kearah kasur king size disana. Mendudukkan diri didekat sandaran kasur, hingga membuat Lou beralih berada di pangkuannya.

Kini, posisi Lou telah berganti bersandar nyaman pada dada bidang sang kakak. Karena tidak mendapat jawaban, dengan meletakkan dagu diatas rambut hitam legam sang adik, kedua mata tajam Lean perlahan memejam.

"Tidurlah." bisik Lean halus. Hidung mancungnya menghirup dalam aroma manis buah strawberry yang menguar dari tubuh Lou.

Lama terdiam, kedua telapak tangan kecil Lou yang setia menutupi wajah, perlahan terbuka. Lou mengerjap, netra emasnya langsung meliar, menatap sekitar kamar mewah sang kakak yang di dominasi oleh warna hitam dan emas.

Dulu, Lou memang sering datang ke kamar kakak sulungnya ini. Walau setiap dirinya datang hanya untuk mengadu dan menceritakan banyak hal yang tidak penting, anehnya Lean tidak pernah marah dan hanya diam tanpa menanggapi.

Ditambah, hanya Lou yang tidak di tegur ataupun dilarang oleh Lean saat memasuki kamarnya. Berbeda dengan Ravel dan Lion, yang akan langsung mendapat hukuman jika ketahuan menginjakkan kaki kedalam kamar ini.

Dan kini, setelah Lou di gendong sang Papa, kakak sulungnya juga secara tiba-tiba ingin ikut menggendong bahkan mengajak dirinya berbicara.

"Tidak mengantuk?"

Deep voice Lean berhasil membuat Lou terkejut. Merasakan pergerakan, Lou kembali membenamkan wajah pada dada bidang sang kakak.

Lean menunduk, menatap Lou dengan menarik senyum miring. Menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, Lean langsung mendekap tubuh mungil Lou untuk memberi kehangatan.

"Kenapa waktu itu, kakak tidak mau makan cupcake buatan Lou." Lou bergumam dengan suara teredam.

Pendengaran Lean yang tajam, tentu bisa mendengarnya dengan jelas. Namun, karena adanya rasa gengsi yang tinggi bibir tipisnya justru terkatup rapat enggan menjawab. Ia lebih memilih menepuk-nepuk punggung kecil Lou, mencoba merangsang rasa kantuk si bayi beruang.

✦◌✦

WL High School.

Tempat Ravel dan Lion menunjang pendidikan saat ini. WL School, adalah salah satu dari sekolah elite di kota Shanghai. Yang sudah bisa kalian tebak, jika sekolah tersebut adalah milik keluarga Wang. Lou juga bersekolah disini, namun di gedung yang berbeda dari kedua kakaknya.

Lou telah libur sekolah cukup lama karena berkunjung ke Mansion kakak sang Papa. Dan besok, ia sudah harus kembali bersekolah seperti biasa.

Bel berbunyi, menandakan jika jam istirahat pertama telah tiba. Tak lama kemudian, sebagian besar murid langsung berhamburan keluar dari kelas masing-masing untuk menuju ke kantin.

Sedangkan di dalam kelas Ravel dan Lion. Kedua pemuda tampan itu justru menyandarkan tubuh dengan nyaman, enggan beranjak seperti murid yang lain. Keduanya memang sangat jarang berbaur. Selain karena malas dan tidak suka keramaian, Lovisa juga tidak pernah absen untuk membawakan bekal.

Ravel bersedekap dada, menoleh pada Lion yang memejamkan mata di sampingnya. Saat ia akan memanggil sang adik, dua orang pemuda yang duduk di kursi belakang mereka tiba-tiba datang menghampiri.

"Yo, Bro!"

Theodore Cavaliers dan Travis Cavaliers. Kakak beradik dari keluarga konglomerat Cavaliers, yang menjalin hubungan cukup baik dengan keluarga Wang. Theo, sang kakak yang memiliki kepribadian sebelas dua belas dengan Ravel. Dan Travis, sang adik yang sama dinginnya dengan Lion.

Entah kenapa, sejak awal Theo dan Travis masuk ke sekolah ini, keduanya bisa langsung akrab dengan Ravel dan Lion. Hingga hubungan persahabatan, terjalin begitu saja diantara mereka.

Theo dan Travis, sama-sama memiliki netra biru dengan tatapan mata yang terkesan sayu. Bentuk tubuh yang ideal, serta warna rambut hijau yang menjadi ciri khas keturunan keluarga Cavaliers, membuat keduanya tidak kalah populer dari Ravel dan Lion.

Memiliki visual yang tak biasa, dan selalu unggul dalam segala pelajaran. Keempatnya menjadi most wanted yang mendapat julukan 'pangeran tak tersentuh' karena jarangnya berbaur dengan murid lain.

"Yo! Bro!" balas Ravel pada Theo, yang kini telah mengambil tempat duduk dihadapannya.

Sedangkan Travis, justru melewati mereka dan berjalan kearah pintu kelas.

"Hei! kau mau kemana?" seru Theo pada sang adik.

"Kau bilang menginginkan roti." jawab Travis tanpa menoleh.

Ravel berdecak dengan menggeleng pelan. "Bro, adikmu perhatian sekali. Aku jadi iri."

Theo menyugar rambutnya sombong. "Adikku terkadang memang dingin, tapi seperti yang kau lihat, dia cukup perhatian."

Ravel tiba-tiba membenarkan duduknya, kemudian ikut menyugar rambut dengan wajah sombong.

"Aku juga memiliki adik yang perhatian, dia bahkan selalu mengomeliku setiap hari."

Wajah Theo seketika berubah datar. Sedangkan Lion, langsung memutar tubuh membiarkan keduanya berdebat.

"Bod*h! itu artinya kau menyebalkan." cerca Theo langsung. Membuat Ravel menatapnya sinis.

"Si*lan kau! Itu kenyataan! Buktinya Loulou paling sering mengomel padaku." bantah Ravel tak terima.

"Terserah, terserah." Theo mengibaskan tangannya lelah. "Loulou sangat imut, kenapa bisa memiliki kakak yang begitu menyebalkan." batin Theo berpikir keras.

TBC
✦◌✦

aku up selalu tengah malem gini, gapapa kah?
ㅤㅤ

see you readers Loulou~ 👋🏻💘

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

1M 37.5K 84
Arala. Gadis yang bisa dibilang cerewet dengan rambut sebahu mampu memikat hati seorang Arka. Siapa yang tidak kenal Arka? Lelaki dengan paras tampan...
2.6M 129K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
115K 10.7K 66
ㄴ b x b ㄱ gak ngerti lagi mereka manusia, apa manusia sedeng. warn!; bxb! homophobic go away from here. ; harsh words ; tyda menerima humor dolar. St...
LUVIUS Od -

Teenfikce

1.2M 54.2K 46
Berurusan dengan Luvius adalah hal yang tidak pernah Ametha inginkan. "Mustahil, kalau nggak ada yang jatuh cinta dengan perempuan berhati malaikat."...