42. Dapat apa gue kalau berhenti ngerokok?
Dengan sangat hati-hati Elang turun dari kasur Hazel setelah istrinya benar-benar tidur. Tidak mungkin dia berada di kasur ini terus, takutnya membuat Hazel kesempitan. Elang mengenakan kembali bajunya dan memilih duduk di sofa panjang yang tersedia di ruang rawat inap Hazel.
Perutnya belum diisi apapun sejak dia tiba di Jakarta hingga malam ini. Elang lumayan lapar dan dia berniat pergi ke kantin rumah sakit.
"Ninggalin Hazel bentaran doang kayaknya nggak apa-apa," gumam Elang seraya melirik ke kasur.
Elang menutup pintu ruang rawat Hazel dan berjalan cepat menuju kantin. Dia akan membawa makanannya ke ruangan Hazel saja nanti.
"Nasi goreng sama teh hangat nya, ya, dibungkus aja," pinta Elang pada ibu kantin.
"Oke, mohon ditunggu."
Elang mengangguk, dia duduk di salah satu kursi kosong seraya menunggu pesanannya jadi. Dia baru keluar lima menit, dan dia yakin kalau Hazel masih tidur.
"Ini pesanannya," ucap ibu itu. Elang segera menerimanya dan tak lupa membayar.
Dengan langkah lebar Elang menuju ruangan Hazel.
Ceklek
Elang membuka pintu ruangan Hazel. Dia sedikit lega ketika melihat Hazel masih tertidur pulas. Sebelum dia makan, dia terlebih dulu menghampiri Hazel dan mencium kening istrinya itu.
Satu jam berlalu, Elang juga sudah selesai makan. Dia menarik kursi di samping kasur Hazel, perempuan itu masih tidur. Tangan kanan Elang terangkat menyentuh perut Hazel. Dia mengusap lembut perut buncit Hazel.
"Eugh...."
"Gue bangunin lo, ya, sorry," ucap Elang merasa bersalah.
"Kenapa Kakak di sana? Bukannya tadi tidur bareng aku?" tanya Hazel.
"Gue udah bangun dari tadi, Zel. Mending lo tidur lagi, ya," suruh Elang.
"Aku haus, Kak."
Elang segera membantu Hazel untuk duduk kemudian memberikan segelas air putih.
"Ada lagi? Mau makan? Ke kamar mandi?" tanya Elang.
"Mau...peluk."
"Kalau itu gue juga mau," ujar Elang seraya memeluk Hazel.
"Hehehe." Hazel tertawa.
"Besok aku udah dibolehin pulang, kan?" Hazel mendongak.
Elang menganggukkan kepalanya. "Tapi lo cuma boleh istirahat kalau udah pulang. Jangan aneh-aneh dulu, oke?"
"Memang nya aku pernah aneh-aneh?" Hazel menaikkan satu alisnya.
"Maksud gue itu jangan mikirin tugas kuliah, jangan bergadang juga."
"Ooo, tapi kalau besok pergi kuliah boleh, kan? Lagipula aku udah ngerasa baikan, Kak."
"Lihat besok," balas Elang.
Tok
Tok
Seseorang dari luar mengetuk pintu, mereka mengira jika itu pasti dokter jadi mereka membiarkan nya masuk. Namun, ketika seseorang itu sudah masuk, Elang merasa menyesal karena membiarkannya masuk.
"Sorry, gue ganggu lo berdua ya?" tanya Adrian.
"Kamu tahu dari mana aku di sini, Ad?" Hazel malah bertanya balik.
"Gue ke rumah lo tadi tapi kata penjaga rumah lo, lo masuk rumah sakit. Jadi gue langsung ke sini buat jenguk, gue pikirnya lo cuma sendiri doang karena suami lo pergi keluar kota. Nggak tahunya dia udah balik, ya," ujar Adrian.
"Kenapa kalau gue udah balik, lo nggak senang?" Elang melirik sinis ke arah Adrian.
"Nggak gitu, baguslah kalau lo udah di sini jadi Hazel nggak perlu nunggu jemputan buat ke kampus sampai hampir telat kayak kemarin. Untungnya ada gue waktu itu," ceritanya.
Elang mengkerutkan keningnya bingung. "Reza nggak nganterin lo ke kampus?" Elang bertanya pada Hazel.
"Kemarin Reza telat jemput aku, Kak, dan kebetulan ada Adrian jadi aku diantar sama Adrian." Mau tidak mau Hazel harus menceritakan hal ini pada Elang.
Elang beralih pada Adrian. "Thanks, udah antar istri gue kemarin. Lo mau dikasih imbalan apa?"
Adrian terkekeh pelan. "Lo nggak perlu kasih apa-apa lagipula gue sama Hazel udah kenal dari SMP jadi wajar aja kalau gue bantuin dia."
Tidak ada yang menyadari kalau kedua tangan Elang sudah mengepal kuat. Adrian seperti sengaja memancing emosinya.
"Hm, karena lo udah tahu suaminya ada di sini, jadi silahkan pergi." Elang bermaksud untuk mengusir Adrian.
"Oke. Hazel, ini gue bawain buah dimakan ya, gue pergi dulu," pamitnya seraya meletakkan buah di meja.
Setelah kepergian Adrian, raut wajah Elang jadi murung sekali.
"Kak—"
"Gue nggak marah sama lo. Gue cuma kesal aja kenapa dari banyaknya manusia di bumi harus dia yang nganter lo kemarin," ujar Elang.
Hazel menggaruk dagunya. Dia sendiri juga tidak tahu. Mungkin sudah takdir.
"Sebenarnya aku mau nolak ajakan dia, tapi disitu aku benar-benar udah telat banget, Kak."
"Gue paham. Gue udah bilang nggak akan marah sama lo." Elang mengulangi ucapannya.
"Kalau enggak marah kenapa muka Kakak masih kelihatan kesal?"
"Muka gue emang gini."
"Muka yang sering aku lihat itu ganteng, tapi kali ini jelek!"
Sontak Elang melirik Hazel. "Maksud?"
"Nih, kening Kakak mengkerut jadi kayak tua." Hazel menyentuh kening Elang.
Elang pun mengubah ekspresinya seperti biasa. "Masih tua nggak?" tanyanya.
"Nahhh baru ganteng banget!" puji Hazel.
"Ck," decak Elang.
"Ihhh kalau marah-marah malah makin jelek!"
"Gue nggak pernah jelek, ganteng setiap saat malah." Elang narsis.
"Iya sih." Hazel mengakuinya.
"Yang jelek tiap hari tuh cowok yang tadi," celetuk Elang.
"Adrian maksud Kakak?"
Elang mengangkat bahu acuh, itu tandanya yang dia maksud memanglah Adrian.
"Lagian dia ngapain segala ke sini malam-malam, sengaja banget. Untung gue udah di sini," ucap Elang.
"Aku mau tanya deh, Kak."
"Apa?"
"Kakak blokir nomor Adrian, kan?"
"Iya, kenapa? Lo ngebuka blokirannya?"
"Enggak kok. Aku cuma kaget aja pas Adrian cerita ke aku. Emang Adrian ngechat apa ke nomor aku, Kak?"
"Masa dia nyuruh lo buat pakein nama dia dengan sebutan sayang? Suami mana coba yang nggak marah kalau istrinya disuruh begitu!" seru Elang.
Pantas saja. Adrian ada-ada aja, Hazel membatin.
"Bagus deh kalau Kakak blokir nomornya lagian aku sebenarnya males banget harus ngeladeni dia."
"Lo emang harus jauh-jauh dari tuh cowok. Udah tahu lo punya suami masih aja dia deketin," desis Elang.
Hazel mengangguk paham. "Udah jangan bahas dia lagi, makin kesal entar."
Elang menyetujui ucapan Hazel, tapi meskipun begitu dia tetap masih emosi.
"Gue mau ngerokok tapi nggak mungkin di sini," ucap Elang.
"Kakak bisa berhenti ngerokok aja? Nggak baik tau," balas Hazel.
"Dapat apa gue kalau berhenti ngerokok?" Elang menatap kedua mata Hazel.
Hazel yang ditatap seperti itu tentu tidak bisa menahan salting. "D—dapat duit!"
"Duit gue udah banyak," balas Elang berbicara fakta.
Kalau memiliki banyak duit pasti Elang bisa membeli apa saja. Itu artinya tidak ada barang yang bisa Hazel berikan sebagai imbalan dong?
"Yaudah, Kakak boleh minta apa aja ke aku asalkan berhenti ngerokok."
"Lo serius bakalan kasih apa aja?" tanya Elang lebih memastikan.
"Aku janji."
"Oke, mulai hari ini gue berhenti ngerokok. Semua rokok gue bakal gue bakar," kata Elang serius.
Hazel tersenyum mendengarnya. Tapi dia sedikit was-was juga dengan permintaan Elang. Takutnya Elang meminta sesuatu yang tidak bisa dirinya berikan. Contohnya seperti membangun candi dalam satu bulan.
"Jadi.... Kakak mau apa?"
"Gue bakal minta kalau gue mau. Untuk sekarang belum bisa," jawab Elang. Membuat Hazel kepo dengan keinginan cowok ini.
"Yaudah, aku bakal kasih kalau Kakak udah minta deh."
***
Curiga berat sama permintaan Elang 😌
Jangan lupa tekan Vote dan komen juga😘
Maap kalau banyak typo 😁
4k komen untuk next 👉🏻
Sekian terima Jungkook 💍