S U G A R M O M M Y

By mymoonbooster

58.1K 3.8K 1K

Jeon Jung Kook (21) membutuhkan biaya kuliah dan biaya rumah sakit sang ibunda yang sedang jatuh koma. Hingga... More

Pengantar
CAST
Hutang Keluarga
Tergoda [M]
Nama Lain [M]
Kartu Nama
Remuk Redam
Membutuhkan Waktu
Peliharaan
Ingin Bertemu
Bom Waktu
Menjual Harga Diri [M]
Ancaman Tersukarela [M]
Ciuman Berbeda [M]
Tidak Tahu Diri
Obsesi Seok Jin
Lelah [M]
Posisi Bercinta[M]
Terhina
Bayi yang Merajuk [M]
Kabur
Sesuatu yang Berharga
Pengakuan
Menantang [M]
Protektif
Goyah
Melampaui Batas
Siput Laut [M]

Gertakan

328 35 9
By mymoonbooster

𝓂𝓎𝓂𝑜𝑜𝓃𝒷𝑜𝑜𝓈𝓉𝑒𝓇 𝓅𝓇𝑒𝓈𝑒𝓃𝓉,

【S】【U】【G】【A】【R】

【M】【O】【M】【M】【Y】



Makan malam di rumah keluarga Kim diselenggarakan terasa begitu berkelas, tak lain karena kehadiran Nyonya Kim sendiri. Orang nomor satu di keluarga Kim itu baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya di luar negeri dan menginginkan makan malam mewah di rumah.

Cahaya lembut dari lilin-lilin tersusun rapi di tengah-tengah meja memantulkan keindahan piring-piring porselen mahal berhias emas. Meja makan terbuat dari kayu mahoni karya seniman pemahat terkenal itu dilapisi taplak sutra menambah kemegahan ruang makan.

Setiap sudut ruangan dirancang dengan detail yang elegan. Dinding-dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan indah, dan di pojok-pojoknya berdiri vas bunga segar yang menambah pesona. Pelayan-pelayan yang berpakaian rapi dengan penuh keanggunan pun menghidangkan hidangan-hidangan lezat. 

Meskipun ruangan dipenuhi dengan kemewahan, bagi Joo Hyun, atmosfer makan malam itu terasa dingin. Gemerlapnya lilin, keharuman bunga, hingga hidangan lezat yang tersaji tak mampu menggugah selera Joo Hyun. Rasa lapar Joo Hyun tak lebih dari kesepian yang memenuhi hatinya.

Seok Jin duduk di ujung meja dengan sikap yang tenang, sementara Joo Hyun duduk di sebelahnya dengan senyum palsu yang terukir di wajah.

Nyonya Kim, ibu Seok Jin, duduk di seberang mereka dengan ekspresi dingin. "Kalian tahukan kita tidak dapat menundanya lagi?"

Suara denting sendok lantas terhenti. Seok Jin berusaha menelan irisan daging, rasanya begitu sulit untuk ditelan. Ia tahu betul apa yang dimaksud Eomma-nya. Nyonya Kim tengah membahas perihal seorang pewaris keluarga Kim. Seok Jin dan Joo Hyun sudah menikah sekian tahun namun belum diberi karuniai seorang anak.

Percakapan tentang keturunan yang diangkat Nyonya Kim membuat suasana makan malam semakin tegang. Seok Jin merasakan beban berat di pundaknya, ada tanggung jawab sebagai penerus keluarga Kim yang belum terpenuhi. Ia mencoba menyembunyikan rasa gelisahnya di balik senyum kaku, namun Joo Hyun dapat merasakan getaran kegelisahan suaminya.

Nyonya Kim memandang tajam ke arah Joo Hyun. "Kau tahu, Joo Hyun, seorang istri yang sehat seharusnya membawa keturunan bagi keluarga. Kau telah menikahi anakku, tapi belum juga memberinya keturunan. Apakah kau tidak merasa bersalah?"

Joo Hyun menahan diri untuk tidak menanggap dengan nada yang sama tajam. "Eomeoni, aku berusaha," ujarnya dengan suara lembut, meskipun hatinya terasa teriris oleh kata-kata yang menusuk itu. 

Sesungguhnya Joo Hyun tak menginginkannya. Ia tidak ingin mengusahakan seorang anak. Ia tak menyukai seorang keturunan keluarga Kim harus lahir dari rahimnya. Lagipula, memberikan keturunan pada keluarga Kim sama saja dengan mencekik lehernya sendiri. Ia hanya akan terpenjara di keluarga itu.

"Berusaha?" Nyonya Kim menggertakkan gigi. "Apa gunanya berusaha jika kau tidak dapat memberikan anak untuk keluarga Kim? Bukankah kesehatanmu sebagai seorang wanita harusnya sudah cukup untuk itu? Seok Jin-ah apa kau sudah benar-benar memeriksa istrimu? Kau yakin dia tidak mandul?"

Seok Jin menatap ibunya dengan ekspresi campur aduk. "Eomma, Joo Hyun telah berkonsultasi dengan dokter-dokter terbaik. Mereka mengatakan bahwa... bahwa kami harus bersabar."

Nyonya Kim mengerutkan keningnya, tidak terkesan dengan penjelasan itu. "Bersabar? Bersabar tidak akan membawa keturunan untuk keluarga Kim. Kita butuh seorang pewaris, Seok Jin."

Joo Hyun terdiam. Ia bahkan tidak memiliki tenaga untuk mengiris daging di atas piringnya. Setiap kalimat yang diucapkan oleh ibu mertuanya itu terasa menusuk-nusuk, merobek hatinya bagai belati yang menusuk perlahan-lahan.

Joo Hyun menatap ke arah Nyonya Kim, mengendapkan keberaniannya. "Saya tidak ingin dijadikan alat untuk memperkuat garis keturunan keluarga Kim."

"Bae Joo Hyun!" tegur Seok Jin merasa kesal dengan kelancangan Joo Hyun berkata seperti itu kepada Eomma-nya. 

"Kamu sepertinya lupa peranmu di sini, Joo Hyun." Nyonya Kim menyunggingkan senyum remeh, bibirnya yang tebal terangkat sedikit, namun matanya yang tajam menatap Joo Hyun dengan dingin. "Kau sungguh naif." Gelombang tawa keluar dari bibirnya terdengar sinis. Sorot matanya mengisyaratkan keangkuhan yang melekat pada status dan kekuasaannya. "Jika kau bersikeras untuk menentang, aku tidak akan ragu untuk menghancurkan keluarga mu.  Keluargamu tidak akan mampu bertahan jika kau memutuskan untuk melawan. Kau dan keluargamu akan hancur. Kau pikir kau siapa? Kau bukanlah apa-apa, Joo Hyun. Aku merestui Seok Jin menikah dengan mu karena Ayahku menuliskan persyaratan ini di warisannya."

Joo Hyun merasa tertekan oleh ancaman Nyonya Kim. Perasaannya campur aduk antara ketakutan dan kemarahan karena dipaksa untuk memenuhi harapan keluarga suaminya. Juga merasa terjebak dengan skenario yang di lakukan Seok Jin dan ibunya. 

Nyonya Kim menatap tajam Joo Hyun, kata-katanya meluncur tajam seperti silet. "Aku memberikanmu kesempatan, Joo Hyun. Tapi jika kau tidak dapat memenuhi harapan keluarga ini, aku tak ragu untuk menyingkirkanmu. Mengerti?"

"Baik, Eomeoni"

Joo Hyun mulai menebak-nebak kemungkinan-kemungkinan yang mengerikan. Ia yakin keluarga Kim tidak akan setuju jika menceraikannya secara hukum karena menganggap perceraian sebagai hal yang memalukan. Lalu apa maksud mertuanya itu dengan kata 'menyingkirkan'? Apakah Nyonya Kim akan melakukan tindakan ekstrem untuk menyingkirkan dirinya secara permanen? Ia akan membunuhnya? Kenapa tidak mungkin? Wanita itu bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan hal yang diinginkannya.

 "Ah, Ayahmu sedang dalam perawatan di Jerman, bukan? Apakah kau sudah menghubunginya?"

Joo Hyun merasa cemas saat Nyonya Kim menyebut tentang Ayahnya yang sedang berada di luar negeri untuk perawatan. Ia mengingat betapa rapuhnya kondisi kesehatan sang Ayah. Ayahnya telah berjuang melawan sebuah penyakit yang mematikan dalam beberapa tahun terakhir. 

Kenapa tiba-tiba menanyakan soal Ayah Joo Hyun. Apa motif sebenarnya di balik pertanyaan itu? Apakah Nyonya Kim memiliki rencana tersembunyi yang melibatkan Ayahnya?

"Ayah baik-baik saja" jelas Joo Hyun. "Terima kasih atas perhatianmu"

Sebenarnya, hubungan Joo Hyun dan keluarganya tidak terlalu baik. Ia begitu sakit hati karena keluarganya begitu membela Seok Jin dan Nyonya Kim. Terutama bagaimana mereka memperlakukan keluarga Kim layaknya 'tuan' bagi mereka. 

Setiap kali Joo Hyun melihat keluarganya, ada kekecewaan menghantam dadanya. Mereka dengan mudahnya menempatkan kepentingan keluarga Kim di atasnya. Kekayaan dan kuasa yang dimiliki keluarga Kim adalah sokongan terbesar dalam bisnis keluar Bae. Meskipun Joo Hyun berkeluh kesah ingin bercerai, orangtua Joo Hyun tidak setuju. Sebab perceraian sama saja artinya dengan kehancuran perusahaan Bae.

Meskipun Joo Hyun mengerti pentingnya keberlanjutan perusahaan keluarga, beban yang ia rasakan dalam pernikahannya bukanlah ringan. Ia merasa tercekik dan terbelenggu. Ia tidak bahagia.

"Aku sudah merencanakannya. Kalian akan pergi ke tempat yang indah, di mana kalian dapat menghabiskan waktu berkualitas bersama," ujar Nyonya Kim dengan nada yang tak terbantahkan. "Aku sudah mengatur semuanya. Sekretaris kalian akan memberikan detailnya."

Seok Jin tersenyum mendengarnya. "Terima kasih, Eomma". Tentu saja ini yang ia harapkan. Ia akan memperbaiki hubungannya dengan Joo Hyun.

"Joo Hyun-ah, kau harus melakukan tugasmu dengan baik kali ini" 

Joo Hyun menelan ludah mendengar perintah Nyonya Kim yang terdengar dingin itu. "Baik,  Eomeoni"

Namun, pandangan Joo Hyun tak sepenuhnya terpancar kegembiraan. Ia merasa tidak nyaman dengan rencana tersebut. Ia ragu jika bulan madu kedua ini benar-benar akan mengubah sesuatu. Terlebih lagi, ia tidak bisa membayangkan jika harus menghabiskan hari-harinya dengan bercinta dengan Seok Jin. Ia tidak yakin apakah bisa melakukan hal itu dan mengabaikan rasa sakit dihatinya. 

Joo Hyun ingin menolak perintah Nyonya Kim, tetapi ia tahu bahwa menentang keinginan sang nyonya besar adalah hal yang sangat sulit dilakukan.


♡ 𝓉𝑜 𝒷𝑒 𝒸𝑜𝓃𝓉𝒾𝓃𝓊𝑒𝒹 ♡


Wahh, bulan madu kemana ini? 

Bagaimana nasib Jung Kook?


Jangan lupa vote dan komen ya dear!

Makasi atas semua support kalian. >.<

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 37.6K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
40.3K 3.8K 37
Gadis manis bermata kucing dan memiliki gummy smile yang menawan itu tiba untuk pertama kalinya dibawah langit Seoul. Udara yang terasa asing mulai m...
58.4K 7.3K 49
Highest Rank : : #02 On Tzukook #02 On Marriege #02 On BangtanTwice #05 On MinatozakiSana #07 On ChaEunwoo #18 On ChouTzuyu [15+] __________________...
39.4K 5.6K 34
menikahi seorang duda dengan dua anak tentu bukan perkara mudah apalagi jika kau tak mencintai pria itu, hari-hari Irene terasa berat ia masih muda i...