To Be a Ordinary Boy as a Fig...

By 66forades

165 20 0

[ bacaan pribadi, jika di draft ditakutkan hilang ] . . - @ . brothership ꒱ - @ . brotherhood ꒱ - @ . little... More

eps. 1
eps. 2
eps. 3
eps. 4
eps. 6

eps. 5

21 3 0
By 66forades

Caleo memakan makanannya dengan tenang. Sebelumnya, Ia memesan makanan yang sama dengan Secy karena Ia tidak mengerti apa saja yang di jajakan di kantin yang luar biasa megah ini.

Setelah menunggu beberapa menit, Secy akhirnya kembali dengan nampan di tangannya. Kepulan asap panas dari atas mangkuk terasa sangat menggiurkan, dan itu membuat Caleo merasa sangat lapar. Secy memesan dua porsi ramen komplit beserta pasangannya. Juga 2 kaleng minuman dingin bersoda.

Caleo bersorak dalam hati. Dua hal itu adalah yang paling baik jika disatukan. Sudah sejak lama Caleo ingin makan ramen, sejak dirinya menonton drama yang di setel menggunakan layar proyektor oleh anak perempuan di kelasnya dulu. Dimana pemerannya memakan ramen dan minuman soda, Caleo berharap dan menjadikan itu cita-cita kecilnya.

Dan sekarang, dua hal yang menjadi cita-cita kecilnya ada di hadapannya. Caleo tidak bisa tidak tersenyum. Tangan kecilnya mengambil sumpit serta sendok perak. Menyeruput kuah menggunakan sendoknya, matanya melotot, Ia terbius dengan keenakan ramen nya.

Seolah melupakan segalanya, Caleo memulai makan nya dengan khidmat.

Begitupun Secy, melihat Caleo yang lahap. Secy mengurungkan niatnya untuk berbicara, mengobrol. Ia akan memulai mengobrol saat mereka sudah selesai makan. Karena sepertinya, Caleo sangat kelaparan.

"Aaahhh!"

Caleo mendesah lega. Minum soda setelah makan ramen memang yang terbaik.

"Cale, kamu tidak penasaran dengan kelompok Exedon?"

Oh! Caleo pikir Secy sudah melupakan yang tadi pagi. Ternyata, Ia cukup tajam dalam ingatan dan tidak mudah melupakan sesuatu yang Ia anggap penting, apalagi tadi pagi Secy sudah mengatakan dengan yakin.

"Eum, tidak. Tapi aku mendengarkan."

Secy mengangguk.

"Mereka itu anak-anak orang kaya, juga sangat tampan. Apalagi, katanya, mereka semua dari kalangan konglomerat tersohor di daerah. Tapi, aku sedikit tidak suka dengan satu pemuda yang selalu mengikuti mereka kemanapun! Itu sangat menjengkelkan! Apa-apaan dengan tampang babi polosnya itu, apakah dia kurang asupan!"

Dua ekspresi dalam sekali bercerita. Caleo mendengarkan dengan baik, meskipun Ia tidak tahu apa dan siapa itu Exedon.

"Lalu? Bukan kah mereka geng, katamu?"

Ya, terkecuali mereka adalah sekelompok geng kecil. Hanya itu yang Caleo ketahui.

"Ck, pemuda yang aku sebut tadi bukanlah bagian dari Exedon! Dia hanya menempel bagai parasit. Jika saja tidak ada pemuda itu, pasti akan sangat sempurna."

Caleo mengangguk, seakan setuju saja apa yang Secy katakan. Karena memang Ia tidak mengetahui apapun tentang apa yang Secy katakan.

"Lihat kesana, pintu masuk kantin. Mereka anggota Exedon!"

Suara riang Secy mengalihkan nya menatap pintu masuk kantin. Berdiri 4 siswa tampan, bagaikan pangeran. Mereka diteriaki dan mendapatkan pujian begitu banyak. Tapi, mereka semua adalah pemuda yang Ia menyebabkan langkahnya terhenti di tangga tadi pagi.

"Sangat tampan, kan? Yang berdiri paling depan itu Reibara K. Jeshein Weinstein. Lalu di samping kanannya, Magenta Hugo Wilk. Di, sampingnya adalah keturunan Reinhart, Degaze Joven Reinhart."

Caleo menatap mereka dengan mata yang tak lepas mengamati apa yang mereka lakukan, meski itu hanya berjalan biasa menunu meja kosong.

"Dan kamu tau, yang berada di tengah itu, Abigeil Sedim Aljaber. Dia itu yang paling manis, apakah kamu menyukai salah satu dari mereka?"

Caleo merasa hatinya tidak nyaman. Ia melihat dengan bingung pada pemuda yang paling kecil. Dengan kulit putih dan perawakan tubuh kecil, sangat kontras dengan mereka yang berbadan besar.

Secy melihat Caleo yang menatap pemuda paling kecil dengan pandangan yang sulit Secy artikan. Mungkin saja, Caleo penasaran, dengan ogah Secy menjelaskan agar Caleo tidak merasa penasaran lagi dan lagi tentanf pemuda kecil itu.

"Oh, itu adalah Dion Weinstein. Aku dengar desas-desusnya dia hanyalah anak pungut, beruntungnya babi polos itu di ambil orang kaya. Sangat menyebalkan!"

Bukankah Reibara dan Dion serumah dengannya? Ya, tidak salah lagi, itu mereka. Dan baru sekarang Caleo mengetahui nama mereka.

.
.

Setelah menghabiskan makanan dan mengobrol ringan, keduanya kembali ke kelas. Lima menit lagi pembelajaran akan dimulai. Secy membalikkan tubuhnya, menatap Caleo dengan senyum yang mengerikan.

"Hihi, apakah kamu tau, bahwa Magenta sangat sangat tampan? Wajahnya imut sekali, apalagi saat makan tadi."

Caleo memandang Secy gamblang. Ia belum tahu kemana arah pembicaraannya, akan tetapi, Caleo pastikan tidak akan jauh dari kelompok Exedon.

"Sedim juga manis, saat tersenyum ... wajahnya merekah indah, itu seperti bunga di musim semi."

"Ouh! Mereka berdua sangat sangat tampan, bagaimana ini. Aku tidak bisa memilih satu dari keduanya."

Secy terus-terusan meracau, seperti perempuan yang tengah gila karena bertemu idola favorit nya. Sedangkan Caleo hanya menatapnya dengan prihatin.

Dug. dug. dug

Papan tulis di ketuk dengan sedikit kasar oleh ketua kelas, yang Caleo ketahui namanya adalah Sion. Semua murid yang tadinya asik bercanda sendiri menjadi lebih tenang dan memperhatikan depan, begitupula Secy.

Mata tajam Sion mengamati seluruh kelas, bahkan mungkin sampai ke sudutnya.

"Madam Gre tidak dapat hadir, aku menerima pesan bahwa belajar secara mandiri tetap berlangsung, tapi itu berada di perpustakaan. Tugasnya mudah, hanya membaca novel atau buku yang tersedia, kemudian menyalin nya secara singkat."

Semuanya mengangguk. Caleo mengeluarkan buku tulis beserta pena, kemudian berjalan keluar mengikuti teman sekelasnya.

Perpustakaan nya berada di lantai 2, ada di tengah-tengah antara gedung IPS dan IPA. Perpustakaan nya besar, dengan rak-rak buku yang tinggi, adapun tangga yang disediakan agar siswa/siswi tidak kesulitan dalam mengambil buku.

"Ssstt! Cale, aku harus fokus sekarang. Madam Gre sangat menakutkan, meskipun Beliau tidak hadir, aku tidak bisa menemani mu. Kita berpisah dulu, oke?"

Secy mengambil langkah ke timur, disana banyak novel romansa yang menjadi kegemaran perempuan cantik itu. Sedangkan Caleo mengambil langkah ke barat, penuh dengan buku non-fiksi. Meskipun begitu, beberapa rak di selingi buku fiksi yang tidak terlalu berat.

Caleo memperhatikan judul bukunya satu-satu, mencoba mencari mana yang menarik. Sebetulnya, untuk tugas semacam ini memilih buku bukanlah pilihan yang sulit. Karena mau apapun bukunya tidak masalah selagi itu diambil dari perpustakaan. Namun, karena Caleo memiliki prinsip sendiri, Ia dengan sulit memilih buku yang menarik dari sekian banyak buku yang ada.

Kakinya berjinjit, dengan tangan lurus ke atas mengambil buku bersampul cokelat tua. Tidak memiliki judul. Hanya beberapa abjad acak agar sampul tidak terlalu polos. Bukunya sedikit berdebu, tidak terlihat menarik dimatanya. Tapi Caleo terlanjur penasaran, dengan cepat Ia mengambil buku lain dan membawa kedua buku itu ke tempat dimana teman-temannya berada.

.
.

Bel berdering, menandakan jam pelajaran berakhir. Sion bangkit dari duduknya, mulai menarik satu persatu buku dari anak kelasnya.

Caleo berdiri membawa buku bersampul cokelat ke bagian pustakawan berada. Niatnya untuk meminjam buku. Caleo menyodorkan bukunya, akan tetapi, sang pustakawan merasa bingung sendiri.

"Halo, apakah buku ini kamu ambil dari perpustakaan kami?"

Meski sedikit bingung, Caleo tetap menjawab, "Ya."

"Aneh, tidak ada nomor pinjaman dan cap perpustakaan kami. Ini bukan buku milik teman mu?"

"Sepertinya bukan, aku menemukan buku itu berada di rak sebelah barat. Itu ada di atas."

Sang pustakawan mengangguk. "Baiklah, tanggal peminjaman 19 Maret 20xx dengan tanggal kembali 1 April 20xx."

Sang pustakawan tidak memperpanjang. Alhasil, Ia hanya menulis apa yang ada di sampul buku tersebut. Ya, mungkin saja Ia atau rekannya yang melupakan memberi code dan cap pada buku tersebut. Kelalaian dalam bekerja lumrah terjadi, jadi Ia tidak memusingkannya.

"Terimakasih."

Caleo lantas keluar dari perpustakaan. Secy duduk di depan, menunggu Caleo. Secy pikir Caleo belum selesai mengerjakan.

"Wow, kamu meminjam buku? Buku apa itu?"

Caleo mengangkat buku nya. Gedikan bahu menandakan bahwa Ia pun tidak tahu, buku apa yang berada ditangannya. Sebelumnya, Caleo bahkan belum membaca bagian awalnya, membuka pun belum.

"Aku tidak tahu."

Continue Reading

You'll Also Like

144K 13.4K 37
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...
468K 30.7K 25
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...
73.2K 654 5
Jatuh cinta dengan keponakan sendiri? Darren William jatuh cinta dengan Aura Wilson yang sebagai keponakan saat pertama kali bertemu. Aura Wilson ju...
653K 53.8K 56
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...