ALGASYA ; STEP BROTHER

Από jiaathe

12.6M 769K 381K

Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sej... Περισσότερα

Prolog
1 || Adik Tiri
2 || SMA Langit Abadi
3 || Monster
4 || Ketua OSIS
5 || Malam Mencekam
6 || Gudang Sekolah
7 || Tragedi Ulang Tahun
8 || Mabuk
9 || Peluk
10 || Cemburu
11 || Pacar
12 || Ruang OSIS
13 || First Day
14 || UKS
15 || Berbahaya
16 || Lipbalm
17 || Sakit
18 || Rokok
19 || Saingan
20 || Kemarahan Alga
21 || Without Me
22 || Ekskul
23 || Dusk Till Down
24 || Ungkapan
25 || Ugal-Ugalan
26 || Khawatir
27 || Hadiah
28 || Hurt
29 || Scared
30 || Persaingan
31 || Gorila Mesum
32 || Obsessed
33 || He's Crazy
34 || Penjara Algara
35 || Step Brother
36 || In Her Room
37 || 99%
ALGASYA UPDATE
38 || Be careful! He's Crazy
39 || The Darkness
40 || I Kill You
41 || Benci
42 || Hukuman
43 || Penyesalan
44 || Sadar
46 || Bukan Aku
INFO PENTING
47 || Asya Kecewa
48 || Dimaafkan?
49 || Terungkap
50 || Pergi
PRE-ORDER NOVEL ALGASYA DIBUKA
51 || Dia Laki-laki Terbaik

45 || You Can't Leave Me!

122K 8.7K 3.7K
Από jiaathe

Hiiii, kangen '(

Kita masuk konflik, siap?

****

Sesampainya di rumah sakit, Asya melihat ruangan Noah sudah ramai. Gisella, Darren, Adila, serta teman-teman lainnya dan juga orang tua pemuda itu. Asya berdiri di pintu masuk dan menatap senyuman manis Noah yang sudah lama tidak ia lihat.

Noah masih tampak lemah, tapi di wajah tampannya masih terlihat senyuman yang menawan. Laki-laki itu seperti bunga yang mekar dengan indah. Orang-orang menyukainya dan selalu mengelilinginya seperti ini. Dua tahun lebih terbaring koma pun teman-temannya setia menunggu Noah.
Sekarang, mereka semua tampak bahagia melihat Noah sudah kembali membuka matanya.

Di antara semua orang ada satu yang terus menatap Asya. Pria itu adalah Ethan, ia lalu bangkit dan mendekati Asya yang sepertinya tidak berani melangkah ke dalam.

"Kak Ethan," Asya menatapnya. Sudah lama sekali sejak ia melihat Ethan dan Aji. Mereka itu sudah seperti sepasang. Di mana ada Aji di situ ada Ethan, begitupun sebaliknya. Tapi sekarang Aji tidak terlihat. Setahu Asya, Alga juga tidak bertemu dengan mereka setelah kelulusan. Mereka bertiga seperti sudah tidak sedekat dulu.

"Kenapa Kak Ethan ada di sini?" tanya Asya. Cara Ethan memandangnya seperti berbeda. Ia menatapnya lekat dengan mata elangnya.
"Noah temen gue."

Asya mengangguk mengerti meskipun Asya tidak pernah melihat mereka berbincang. Noah memang punya banyak sekali teman. Asya tidak mungkin tahu semuanya. Tidak seperti Alga, Asya sangat hapal hanya Aji dan Ethan teman laki-laki itu sejauh ini.

"Ikut gue," tiba-tiba Ethan menarik tangannya dan menyeret gadis itu pergi dari ruangan Noah.

"Sakit, Kak," ringis Asya menarik-narik tangannya. Tapi tenaga mereka tidak sebanding. Ethan baru melepaskannya saat mereka berada di lorong yang sepi.

"Gue nggak mau basa-basi," ucap Ethan menatapnya datar. "Ngeliat penampilan lo kaya gini, artinya lo masih sama Alga."

Tunggu dulu. Bagaimana Ethan tau tentang dirinya dan Alga? Selama di sekolah dulu, Asya menyembunyikan hubungannya dengan baik. Hanya Renata yang benar-benar tau ada apa antara dirinya dan Alga.

"Gue udah tau dari lama. Bahkan sebelum lo mutusin berhenti sekolah," Ethan seperti membaca pikirannya. "Lo penasaran kenapa gue dan Aji menjauh dari Alga?"

"Menjauh?" tanya Asya bingung. "Kalian menjauh? Kenapa? Aku kira Kak Alga terlalu sibuk sampai nggak pernah kelihatan ketemu kalian lagi."

Ethan seketika tertawa. "Lo bener-bener sebodoh ini?" kata laki-laki itu tidak percaya. "Ah, sial. Gue jadi yakin kalau lo bener-bener nggak tau apapun soal kakak tiri lo itu."

Asya mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Gue, Aji, dan Noah tau semuanya. Seandainya gue dan Aji nggak pernah jadi temennya. Keadaan gue dan Aji pasti nggak jauh berbeda dari Noah sekarang. Atau bisa jadi lebih parah."

Ethan tersenyum miris. "Alga ... dia nggak ragu bunuh orang tuanya sendiri demi dapetin sesuatu yang dia mau. Apalagi cuma bunuh 'mantan' temannya?"

"Ah, gue bahkan nggak yakin dia anggap gue. Di matanya gue pasti nggak terlihat, mata dia udah terbutakan oleh harta dan hal-hal besar yang dia genggam sekarang."

Asya terlalu banyak menuduh Alga dengan percaya pada perkataan siapapun yang menjelekkannya. Tapi kali ini Asya tidak akan melakukannya lagi.

"Kak Alga nggak mungkin lakuin itu," bela Asya. "Kak Ethan tau? Bukan Kak Ethan aja yang pernah ngomong gini ke aku. Aku sampai muak dengarnya. Kenapa kalian sebenci itu ke Kak Alga?"

"Bodoh, pantes Alga seneng jadiin lo mainannya."

Ethan menghela nafas lelah.

"Sekarang gue tau alasan dia tergila-gila sama lo. Lo terlalu mudah dimanipulasi. Dikasih tempat nyaman sedikit lo langsung tunduk tanpa ampun. Murahan."

"Alga bener-bener gila." Ethan maju selangkah, tak melepaskan mata darinya sedikitpun. "Lo ditipu habis-habisan."

"Lo tau alasan Alga tiba-tiba minta lo homeschooling?" tanya Ethan. "Itu karena gue dan Aji udah tau perbuatannya! Dia brengsek, dia mau nyembunyiin kejahatannya dengan jadiin lo tahanan di rumah itu. Dia nggak mau lo sampe tau kebenarannya."

"Tanpa lo sadari, selama ini lo ada di dalam penjara yang Alga ciptakan."

Ethan terkekeh. "Penjara yang manis, bukan? Cukup untuk buat cewek lugu kaya lo terjerat dan nyaman di dalamnya. Dia bersikap seperti malaikat padahal kenyataannya dia jauh lebih kejam dari seorang iblis."

"Jangan nuduh Kak Alga tanpa bukti. Aku nggak akan percaya Kak Ethan!"

"Bukti?" Ethan meraih sesuatu di saku celananya. "Apa ini cukup?"

Ethan menyetel rekaman suara Alga dua tahun lalu. Pertemuan terakhir mereka di bar waktu itu. Ketika Alga mengaku pada mereka telah membunuh orang tuanya.

"Cuma satu kali gue tau sesuatu tentang lo. Ulang tahun lo terakhir kali, beberapa jam sebelum Papa lo meninggal karena kecelakaan."

Itu suara Ethan.

"Apa yang lo tau?"

Alga, itu suara Alga

"Hadiah yang lo minta ke Papa lo."

"Jadi ... . Lo denger semuanya, hm?"

Tawa lirih Alga terdengar mengerikan.

"Papa nolak nurutin gue malam itu. Jadi, gue kasih dia sedikit hadiah. Betapa baiknya gue, kan? Bukan memisahkan mereka, gue malah buat mereka bersatu selamanya. Di akhirat."

Ethan menyimpan kembali ponselnya.

"Untung gue sempat rekam."

"Lo tenang aja, gue nggak berniat laporin dia ke polisi. Itu cuma sia-sia, karena dia bakal bebas dengan mudah."

Asya limbung dan memegang tembok di sebelahnya untuk menahan beban tubuhnya. Kedua mata gadis itu tampak kosong. Hari itu, ulang tahun Alga. Asya juga mendengar obrolan Alga dan papanya tentang hadiah. Alga meminta perceraian mereka. Lalu, Asya pergi tanpa mendengar lanjutannya. Dan malam itu juga menjadi tragedi paling menyakitkan. Bukan hanya Zayan, tapi mamanya juga meninggal dalam kecelakaan itu.

"Terserah lo mau percaya atau nggak. Gue cuma mau ngingetin, kalau lo tinggal sama pembunuh orang tua lo." Ethan terkekeh. "Gimana rasanya hidup bergelimang harta dari hasil kematian mama lo?"

Asya menggeleng kecil.

"Masih nggak percaya? Lo bisa tanya langsung ke Noah. Gue yakin ada yang terjadi antara dia dan Alga sebelum kecelakaan yang buat dia koma."

"Karena .... hari itu gue ngasih tau Noah tentang hal ini juga."

Itu sebabnya Ethan merasa sangat bersalah. Tadinya ia hanya ingin mencoba melindungi Asya, Noah dekat dengan gadis itu dan Ethan rasa Noah bisa membantunya. Tapi

Ethan tidak tau jika Alga akan menyingkirkannya dalam sekejap.

Hal itu juga yang membuat Ethan memutuskan hubungan sepenuhnya dari Alga. Sekarang bagi Noah, Alga hanyalah monster pembunuh. Monster mengerikan yang tidak layak berada di sekitar siapapun.
Ia adalah predator kejam tanpa perasaan.

Alga tidak pantas disebut sebagai manusia.

****

Di sisi lain, Alga menunggu Asya di parkiran kampus namun gadis itu tidak kunjung keluar. Alga menelponnya berkali-kali tetapi Asya tidak menjawabnya. Laki-laki itu mencengkram stirnya erat, kemana gadis itu? Ini sudah hampir tiga jam dari perjanjian mereka.

Alga keluar dan mencari Asya tapi ternyata kelasnya sudah bubar sejak tadi. Dan Alga menyadari mobil merah muda gadis itu sudah tidak ada di tempatnya.

Alga masuk ke mobilnya dan segera melajukannya pergi. Alga melirik singkat sebuah kotak kecil dengan warna hitam metalik di dashboard mobilnya. Ia membeli sepasang cincin untuk mereka.

Membayangkan raut bahagia Asya nanti, Alga mengulum tipis bibirnya.

****

"Asya?" Noah tersenyum saat melihat Asya. Gadis itu berjalan ragu-ragu masuk ke dalam ruang rawatnya. Noah beranjak duduk dengan senyuman. "Aku nggak nyangka kamu di sini."

Asya duduk di sebelah brankar Noah. Tatapan gadis itu tampak rumit dan Noah menyadarinya.

"Ada apa?"

"Kak Noah udah baikan?" tanya Asya pelan.

Noah mengangguk.

"Maaf," lirih gadis itu menundukkan kepalanya. "Maafin aku Kak Noah."

"Hei, kenapa kamu minta maaf?"

Asya tidak bisa menahan air matanya. "Kak Noah kaya gini gara-gara aku. Kak Noah kecelakaan karena aku."

"Kamu ngomong apa, Sya? Ini bukan salah kamu."

Asya menggeleng. "Kak Alga lakuin ini karena aku. Aku minta maaf."

"Alga?" suara Noah berbeda. "Asya, kamu masih tinggal dengan dia?"

Asya mengangguk.

"Asya, kamu nggak bisa menuduh Alga tanpa bukti. Hari itu aku benar-benar murni kecelakaan."

"Kak Alga bayar orang untuk nabrak Kak Noah," ucap Asya. "Kak Alga lakuin itu! Aku minta maaf."

"Seharusnya aku yang minta maaf, Sya," Noah menghela nafas. "Maaf, seharusnya aku bangun lebih awal. Harusnya aku lindungi kamu. Darren dan Ethan udah ngasih tau aku semuanya."

Asya mengangkat kepalanya. "Mereka bilang apa?"

"Darren bilang kamu dipaksa kembali terkurung di rumah. Dan Ethan bilang, dia ... " Noah tidak yakin mengatakannya. Laki-laki itu tidak jadi melanjutkan ucapannya. "Sya, aku akan bantu kamu. Kamu tau kan?"

Asya mengangguk.

"Tolong aku," gadis itu terdengar putus asa.
Air mata Asya tumpah kembali. "Kak Noah, tolong aku."

Gadis itu sesenggukan. Hatinya sakit sekali. Salama ini ia menganggap Alga pelindungnya, malaikat penyelamatnya, Asya telah menganggap Alga segalanya.Tapi ternyata, semula tipuan.

"Aku nggak mau tinggal sama pembunuh. Aku nggak mau," isaknya makin kuat. "Aku takut, Kak Noah. Aku beneran takut."

Noah menarik Asya untuk menangis di pelukannya. "Aku akan bantu kamu, Sya. Aku bangun untuk kamu."

*****

Alga sampai di rumah, tetapi mobil Asya tidak ada di sana. Artinya gadis itu belum pulang. Padahal Alga mengajarinya mengendarai mobil agar ia bisa pergi dan pulang tepat waktu. Jika seperti ini, harusnya Alga membiarkan Asya diantar jemput supir seperti biasanya.

Sebelum mencari Asya, Alga mengganti pakaiannya di walk in closed. Ia memilih pakaian yang sederhana. Sebuah kaos hitam dengan celana jeans. Hari ini ia ingin menghabiskan malam yang santai dengan Asya.

Alga menunduk, melihat arloji hitam di tangannya yang menunjukan pukul tujuh malam. Untungnya sekarang belum terlalu larut.

Bibir kemerahan laki-laki itu mengukir senyuman tipis ketika melihat sebuah kotak hitam di antara koleksi jam tangan mewahnya. Alga membukanya, ada sebuah gantungan kunci gorila berbulu yang menggemaskan dengan warna hitam pekat. Hadiah yang Asya berikan padanya di ulang terakhir yang pernah Alga rayakan. Juga ada sebuah cokelat batang dan surat permintaan maaf yang Asya tulis untuknya dua tahun lalu. Semua itu tersimpan dengan baik di dalam sana. Alga bahkan tidak berani memakan cokelat itu karena terlalu berharga.

Seminggu lagi adalah ulang tahunnya. Alga akan membuat hari itu menjadi lebih berharga lagi.

"Kak Alga."

Alga tersadar dari lamunannya. Pria itu melangkah keluar dan melihat Asya mencarinya di dalam kamar. Mata gadis itu bengkak, Alga segera mendekat karena khawatir.

"Kenapa, hmm?" tangannya secara lembut mengusap kedua pipi gadis itu penuh sayang.

Asya menggeleng kecil.

"Dari mana aja?" Alga bertanya lagi. "Kenapa pulang dengan keadaan kaya gini?"

"Aku kangen mama, aku dari makam mama," jawab gadis itu pelan. "Seminggu lagi peringatan kematian mama."

Alga mengangguk mengerti kemudian menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

"Kak Al?"

"Ya."

"Kak Alga sayang aku?"

Alga mengangguk.

"Seberapa banyak?"

Alga menjauhkan kepalanya tanpa membuat jarak dan tanpa melepaskan pelukan mereka.

"Lebih dari yang bisa kamu bayangkan," jawabnya sambil menyelipkan anak rambut Asya dengan manis.

"Kak Alga cinta aku?"

"Sangat. Lebih dari sangat."

"Kak Alga akan lakuin apapun buat aku, kan?" tanya gadis itu.

Alga mengangguk dan memeluknya kembali, dagunya bertumpu di puncak kepala gadis itu. "Apapun yang kamu minta."

"Kalau gitu hari ini Kak Alga mau ikut aku?"
Alga melepaskan pelukannya, menunduk pada gadis itu. Tatapan keduanya terkunci. Asya tampak gugup dengan aneh. Namun, Alga mengangguk padanya tanpa ragu.
Laki-laki itu tersenyum tipis, ia suka saat Asya meminta sesuatu padanya dan seolah bergantung padanya. Bagi Alga, itu adalah hal membahagiakan.

*****

Alga tidak menduga Asya akan membawanya ke sebuah bar.
Tempatnya tentu tidak asing. Ini adalah tempat yang Alga beli dulu karena Asya.

Mereka berdua duduk berhadapan. Asya tidak Alga perbolehkan minum, jadi hanya dirinya yang minum sendirian.

"Kenapa tempat ini?" tanya Alga.

"Aku pengen," jawab Asya seadanya.
Tatapan mata gadis itu agak berbeda malam ini saat menatapnya. Tidak seteduh biasanya. Dan tentu saja Alga menyadarinya.

"Kak Alga?"

"Ya, princess?" balas Alga berat. Kepalanya tiba-tiba terasa berat dan pusing.

"Aku boleh tanya?"

Alga mengangguk, menatap wajah cantiknya dengan lekat.

"Kalau seandainya mama dan papa masih ada dan mereka ngelarang perasaan Kak Alga ke aku. Apa yang Kak Alga lakuin?"

Alga terdiam lalu terkekeh pelan. "Aku nggak akan perduli sama pendapat mereka."

"Jadi ... Kak Alga bakal singkirkan mereka?"

"Kurang lebih," jawab Alga tenang.

"Pengganggu harus musnah, kan?"

Sebelah tangan Asya sudah terkepal.

"Kak akan Alga bunuh mereka?"

Alga merubah duduknya semakin tegap. Tatapannya tampak dingin. Pertanyaan gadis itu malam ini sangat aneh.

"Jangan mulai, Asya," peringatnya. "Setelah Gisella dan Noah. Lo akan nuduh gue bunuh mereka?"

"Kali ini aku punya bukti," ucap Asya dengan tatapan tidak kalah tajam.

Asya tersenyum miris, matanya menggambarkan kekecewaan yang begitu besar. "Kak Alga ternyata brengsek. Kak Alga kurung aku di rumah itu! Kak Alga manipulasi aku selama ini! Kak Alga bajingan! Pembunuh! Aku benci Kak Alga!"

Alga menunduk, mengusap kepalanya yang pening.

Seketika ia menyadari sesuatu.
"Lo ... masukin apa di minuman ini?"

"Racun."

Asya berdiri, mendekat dan duduk di sebelahnya. Lalu berbisik. "Tapi tenang aja, aku nggak sebrengsek Kak Alga. Kak Alga nggak akan mati cuma karena racun itu. Paling parah ... Kak Alga akan tidur selama tiga hari."

"Sekarat, lebih tepatnya," sambung Asya.

Setelah itu Asya bangkit dan berniat meninggalkan Alga, tetapi tangannya dicekal. Ia menunduk, melihat Alga yang mencengkram pergelangan tangannya begitu erat. Harusnya sekarang laki-laki itu sudah pingsan, kenapa tenaganya masih sekuat ini?

"Siapapun yang ngajarin lo hal ini, mereka bodoh," ucap Alga dingin lalu mengangkat kepalanya. Pemuda itu tersenyum miring. "Lo pikir bisa nipu gue dengan mudah?"

Seketika ekspresi gadis itu berubah, ia melirik ke kanan dan kiri mencari penanggung jawab club yang bekerjasama dengannya. Apa mereka lupa memasukkan racun yang Asya berikan?!

"AGHH!"

Gadis itu menjerit, Alga menariknya sampai jatuh ke pangkuan laki-laki itu. Tidak sampai di sana, Alga juga mendekap erat tubuhnya, menumpukan dagunya di sela leher gadis itu. Membuat Asya merinding setengah mati.

"Kalau kamu lupa, club ini milik aku, Sayang," bisiknya. "Apapun yang terjadi di sini selalu masuk ke aku. Termasuk, rencana gila kamu itu."

Jadi Alga berpura-pura tidak tau sejak di rumah?!

Asya ingin meminta pertolongan, tapi sialnya dia baru menyadari orang-orang yang perlahan meninggalkan tempat ini dan menyisakan mereka berdua saja. Asya ketakutan, apalagi saat Alga semakin menenggelamkan kepalanya di cerukan lehernya.

"Siapa yang nyuruh lo?" tanya Alga tajam.

"Nggak ada. Aku sendiri yang lakuin ini," suara Asya tidak gentar.

"Siapa?" suaranya lebih menuntut.

"Aku bilang nggak ada! Aku sendiri yang berniat racunin Kak Alga supaya aku bisa pergi ninggalin Kak Alga tanpa banyak hambatan!"

Alga terkekeh rendah. "Noah?" tebaknya. "Laki-laki itu siuman beberapa jam lalu tapi udah berani buat lo racunin gue?"

"Kak Noah nggak lakuin itu!"

"Lalu siapa? Jawab selagi gue masih minta baik-baik."

"Aku bilang nggak ada! Ini emang rencana aku sendiri!"

"GUE TANYA, SIAPA ORANGNYA?!" bentak Alga keras sampai membuat Asya berjengkit takut.

Gadis itu mengalihkan tatapannya, menyembunyikan kedua matanya yang berair. Hal mustahil tidak ketakutan di saat Alga seperti ini. Tapi Asya tidak mau memperlihatkannya pada pembunuh sang mama.

"Kak, kamu nggak punya hati?" lirih Asya tanpa memandangnya.

"Bukan hanya satu orang. Kenapa kamu tega celakain mereka?"

"Gisella, Kak Noah, bahkan orang tua kita. Kamu segila ini? Aku nggak nyangka selama ini berlindung ke orang yang kejam dan nggak punya perasaan kaya kamu," kecewa gadis itu.

"Aku sepenuhnya percaya Kak Alga. Aku sepenuhnya anggap Kak Alga tempat aku untuk bersandar, untuk pulang, aku sepenuhnya anggap Kak Alga adalah malaikat. Tapi lihat sekarang, Kak Alga nggak lebih dari monster berdarah dingin. Kak Alga iblis!" caci maki Asya. "Aku benci Kak Alga!"

Alga menarik nafas dalam.

"Gue kehilangan dua temen gue demi lo. Jadi ... gue nggak akan kehilangan lo juga, Asya."

Alga lalu mengangkat paksa gadis itu ke gendongannya. Langkahnya yang lebar membawa mereka menaiki anak tangga.

Asya berontak karena ia tau arah tujuan Alga. Gadis itu melawan sebisanya tapi tidak mungkin berhasil, bahkan mustahil. Tenaga mereka berbanding jauh, Alga sangat kuat. Dan Asya begitu lemah. Itu sebabnya ia memilih meracuni Alga, karena Asya tau ia tidak sanggup melawan Alga sama sekali.

Sedikitpun, Asya tidak mampu.

Alga menendang keras sebuah pintu sampai terbuka lebar kemudian masuk dan melempar tubuh kecil itu ke atas ranjang besar. Setelahnya Alga menuju pintu kembali dan menguncinya rapat. Ia melempar asal kunci itu lalu mendatangi Asya yang berusaha bangkit. Sayangnya Alga lebih cepat dan mengunci tubuh gadis itu di bawahnya.

"Kak Alga mau apa?" tanya Asya dengan tangis. Kedua tangannya diikat ke atas dengan dasi laki-laki itu dan kini Alga melepaskan kancing pakaiannya sampai tubuh bagian atasnya terlihat jelas. Sempurna, dengan otot mengerikan dan bekas luka mengerikan yang turut membalutnya.

Laki-laki ini, gila. Asya percaya sekarang.

"Mau apa?" ulang Alga dengan mata intens pada tubuhnya. "Gue akan buat lo nggak bisa ninggalin gue seperti rencana lo. You can't leave me! You're mine!"

TBC

MAU BILANG APA SETELAH BACA BAB INI?

TERIMAKASIH SUDAH BACA ❣️

VOTE JANGAN LUPA.

Follow aku di Instagram untuk info penerbitan ALGASYA @jiaathe.

Di wattpad juga tetep update sampai tamat. Jangan ngamuk-ngamuk tanpa info yg jelas. Aku nggak pernah bilang berhenti update di wattpad. Lain kali mungkin boleh diperhalus kalimatnya ya, aku baca semua DM kalian soalnya:)

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

CINTA DALAM DO'A Από alyanzyh

Εφηβική Φαντασία

4.3M 253K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
1.4M 68.8K 114
Hidup dalam kemewahan tak serta merta membuat sang pewaris tunggal perusahaan Minyak L'louch Co. merasa bahagia. kurang perhatian dan keinginan yang...
14M 1.4M 53
[Part Lengkap] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Reinkarnasi #01] Aurellia mati dibunuh oleh Dion, cowok yang ia cintai karena mencoba menabrak Jihan, cewek...