Make Them Fall in Love with Y...

Від sirhayani

36.4K 4.1K 233

Aylin Naira tepat berumur 22 tahun saat akan mendapatkan gaji pertamanya sebagai calon budak korporat. Namun... Більше

Make Them Fall in Love with You
Prolog
1
3
4
5
6
7
8
9.a
9.b
9.c
9.d|
10.a
10.b
10.c|
11.a
11.b
11.c|
12
13
14
15
Two Times (Perpindahan Jiwa Lainnya)

2

1.7K 207 17
Від sirhayani

happy reading!

love,

sirhayani

PART 2

Gila. Gila. Gila. Semoga saja rumor bahwa Luca penyuka sesama jenis itu hanyalah rumor palsu. Aku selalu mendengar di masa dewasaku kalimat ini; si ganteng milik si tampan. Ketertarikan seksual tak dilihat dari seberapa gemulainya cowok itu. Bahkan yang terlihat sangat maskulin justru banyak yang tertarik pada sesama jenis mereka.

Ini membuatku frustrasi. Yah, aku harus membuktikan bahwa Luca tidak seperti rumor yang beredar. Jika dia benar-benar homo, maka aku akan membuatnya kembali ke kodratnya sebagai laki-laki dengan menggunakan cara apa pun!

Aku bangun dan melihat-lihat sekitar kamar Zoey. Pandanganku berhenti di sebuah rak. Ada beberapa bingkai foto Zoey dan Mahardika. Dari semua foto mereka, hanya Zoey yang terlihat bahagia. Sedangkan Mahardika, jika tidak menatap dengan tatapan datar, maka dia terlihat ogah-ogahan.

Namun, setelah melihat lebih lama lagi wajah Mahardika di foto itu, aku merasa Mahardika memiliki aura seorang alpha. Tatapannya itu seperti tatapan seseorang yang memiliki sifat dominan.

Aku menoleh pada suara ponsel Zoey yang berbunyi dan segera berlari meraihnya. Sebuah nomor tanpa nama dengan foto profil Noah sedang melakukan panggilan video.

Aku harus menerimanya agar aku bisa mencari tahu lebih dalam seperti apa sikap Noah Kahil pada Zoey, kan?

Aku menggeser ikon terima panggilan setelah berbaring di posisi nyaman di atas tempat tidur. Wajah Noah yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya dan terlihat tidak mengenakan baju muncul di layar ponsel. Sementara aku menatapnya dengan membelalak.

Dia tertawa dengan suaranya yang nge-bas dan tersenyum dengan mata yang menyipit sepertinya karena bangun tidur. "Haha. Tumben lo mau angkat VC dari gue?" Dia menggeram pelan. "Gue habis begadang karena mikirin lo semaleman."

Dia sedang menggombal Zoey, ya? Aku kesal. Dia tak mungkin tak tahu tentang hubungan Zoey dengan sahabatnya. Cowok ini ingin jadi perebut tunangan sahabatnya sendiri?

"Kok ngambek gitu, sih? Lagi nggak mood? Mahardika lagi?"

Dia tahu! "Iya," balasku. "Lo tahu dia di mana sekarang?"

Noah tertawa renyah. "Dia di rumahnya. Katanya semalam habis pergi club bareng Kiara."

Aku terdiam sebentar. "Kiara? Siapa, tuh?" Aku harus mencari tahu secara halus.

"Masa lo lupa? Ah, wajar, sih. Lo enggak mau inget namanya. Dia itu pelacurnya Mahardika."

APA?! Oh, iya, di percakapan Zoey dan Mahardika ada pesan Zoey yang membahas pelacur. Bagaimana bisa Zoey bertaham di hubungan yang seperti ini?

"Gue an udah bilang, Zoooey. Ngapain lo bertahan sama dia? Kan ada gue yang cuma mikirin satu cewek, yaitu lo."

Dia ini tukang gombal, ya? "Lo temennya Mahardika, tapi malah ngegodain ceweknya."

"Baru kali ini gue denger lo manggil dia dengan nama Mahardika. Biasanya Dika. Baru kali ini juga lo nanya hal ginian, biasanya cuek aja," katanya, membuatku berusaha mengatur ekspresi agar tidak terlihat terkejut. "Yah, kita temenan sih. Tapi karena Dika ngebiarin gue deketin lo, gue langsung gas aja. Zoey, gue kan udah bilang berulang kali, Dika itu enggak cinta sama lo. Hubungan kalian sebatas tunangan bisnis. Selain itu, perasaan lo sepihak ke dia. Dia enggak bisa mutusin lo karena bokap lo lebih di atas bokapnya. Putus aja sama dia, Zoey. Gue bisa gantiin posisi Dika di hati lo."

Noah menatapku dengan tatapan meyakinkan.

"Bukannya lebih baik dicintai daripada mencintai? Lo pengin ngerasain sakit sampai kapan, hm?"

"Memangnya ... lo cinta sama gue?" Aku mengangkat alis tinggi-tinggi.

"Cinta banget, Zoey." Aku tidak bisa melihat ketulusannya secara langsung karena terpisah secara virtual saat ini. Belum lagi, ini pertama kalinya aku berinteraksi dengan Noah. "Mau putus sekarang sama dia? Kalau dia enggak mau angkat telepon lo, biar gue yang hubungi dan sampaiin. Dia pasti seneng dengan kabar itu. Dan kita bisa mulai hubungan saat ini juga."

Meskipun aku tak tahu seperti apa itu cinta, tetapi yang terdengar dari ucapan Noah hanyalah ambisinya untuk membuat Zoey putus dari Mahardika.

"Enggak usah," balasku. "Gue enggak akan putus dari dia."

Lalu aku mengakhiri panggilan itu. Dia kembali menghubungi, tetapi aku segera mematikan ponsel.

Aku tak mungkin memutuskan Mahardika. Hubungan pertunangan Zoey dan Mahardika akan menjadi jalan mudah untuk membuatku dengannya bisa bertemu dan dengan begitu aku bisa melancarkan aksi. Noah mudah saja didekati karena cowok itu sepertinya yang selalu datang pada Zoey. Lalu, Luca, tentu saja aku yang akan mendekatinya lebih dulu.

Meskipun aku tak tahu cara untuk membuat mereka jatuh cinta padaku, tetapi aku akan menggunakan cara yang sama aku gunakan untuk mengambil hati tiga ekor anak kucing jalanan yang galak.

Lihat saja nanti. Aku akan kembali ke hidupku yang normal!

"Honey." Sebuah panggilan mendayu membuatku menoleh pada pintu yang diketuk. Aku melempar ponsel itu ke samping dan pura-pura tidur. Suara pintu terdengar terbuka. "Ya ampun, anak Mami habis ngapain sih ini bonekanya pada jatuh?"

Maminya Zoey. Kurasakan wajahku diciumi olehnya di setiap sisi.

"Anak Mami bangun. Ini udah pagi," katanya, sembari menciumi pipiku, ah pipi Zoey dengan gemas. "Anak gadis Mami harus bangun pagi biar lebih sehat."

Aku pura-pura merenggangkan tangan dan perlahan-lahan membuka mata. Wajah perempuan yang terlihat masih mulus karena perawatan, alis yang disulam alami, bibir merah tanpa lipstik, sepertinya hasil sulam juga. Aku akan memanggilnya Mami.

"Mamiii," panggilku dengan manja.

***

Zoey anak orang kaya yang selalu dimanjakan. Maminya Zoey dan Mama memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Mama tidak pernah mengutarakan kasih sayangnya dengan cara memperlakukanku seperti aku adalah anak kecil. Dulu iya, tetapi tidak saat aku sudah remaja.

Cara papinya Zoey memperlakukan Zoey sama seperti maminya. Wajahku diciumi berkali-kali ketika kami bersiap makan. Aku tentu saja menghindar karena dicium oleh ayah orang lain itu aneh, tetapi sikapku ini sepertinya sudah menjadi hal yang biasa Zoey lakukan, yaitu menghindar dari ciuman gemas seorang ayah karena merasa sudah bukan anak-anak lagi sementara sang ayah masih melihat anak gadisnya itu masih berumur bayi.

Yah, sepertinya yang perlu aku khawatirkan adalah teman-teman Zoey dan orang lain di luar sana. Aku bisa berinteraksi dengan kedua orang tua Zoey karena aku juga punya orang tua meski hanya Mama. Sementara itu, aku tidak pernah punya teman akrab. Apalagi Zoey pasti memiliki banyak teman. Itulah yang harus aku pikirkan nanti.

Aku telah selesai sarapan pagi bersama keluarga kecil Zoey dan berakting menjadi anak manja. Sepertinya sikap manja Zoey memanglah kehidupan sehari-hari Zoey karena kedua orang tua cewek itu tak terlihat curiga sama sekali padaku.

Aku duduk di kursi teras rumah menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah aku pergi diantar oleh sopir yang saat ini sedang mengelap kaca mobil di halaman rumah? Atau bersama Papi? Atau ... Mahardika datang menjemput sebagai formalitas karena dia adalah tunangan Zoey?

Kuambil lip balm di dalam tas juga cermin kecil yang sudah ada di sana. Aku mengoleskan kembali lip balm dengan warna pink cerah karena sepertinya warnanya sempat pudar karena makan. Di dalam laci meja rias Zoey tadi terdapat banyak jenis riasan bibir. Dari lip stick sampai lip matte. Dari yang berwarna merah gonjreng sampai berwarna hitam. Aku hanya sanggup membeli satu warna lip stick yang selalu sama dan lip balm tanpa warna, lalu baru membeli yang baru jika yang sebelumnya sudah habis tak tersisa.

"Mahardika belum datang juga?" Papi muncul sambil membawa tas kerjanya. Di belakang ada Mami yang memegang sebuah tas bekal.

Sepertinya, Zoey selalu dijemput Mahardika.

"Iya, Pi!" Balasku sembari melirik kotak bekal itu. Sepertinya milik Papi. Zoey mungkin tak pernah mau membawa bekal ke sekolah karena gengsi.

Sopir mobil tadi akhirnya menyalakan mesin mobil. Papi mendekatiku dan mencium kedua pipiku dan juga jidatku.

"Umuah. Muah. Muah." Begitulah suara yang sengaja Papi ucapkan. Mami ikut melakukan hal yang sama padaku. Aku masih merasa asing dengan hal seperti ini. Aku juga tak ingat tentang mendiang Papa karena beliau meninggal saat aku masih berumur 3 tahun. Aku hanya melihat Papa dari foto pernikahan Mama dan Papa.

"Papi duluan, ya." Papi memasuki mobil yang sudah dibawa sopir pribadinya ke tepi jalan. Papi melambaikan tangan lewat jendela mobil, lalu melemparkan ciuman jauh.

Aku membalasnya dengan cara melakukan hal yang sama. Sementara Mami memelukku dari belakang sambil mencium rambutku berkali-kali.

Penyaluran kasih sayang keluarga ini lewat sentuhan dan aku tak terbiasa dengan semua ini sampai membuatku ingin menangis karena frustrasi. Namun, aku harus tetap mengikutinya daripada kedua orang tua Zoey bertanya-tanya mengapa aku jadi berbeda dan itu hanya akan membuat masalah baru.

"Nah, itu Dika udah dateng," kata Mami saat sebuah mobil berhenti tepat di depan pagar rumah yang sebelumnya sudah ditutup oleh sopir pribadi Papi sebelum berangkat.

"Aku pergi dulu, ya, Mi," kataku sambil berbalik menghadapnya dan saling memberikan sentuhan ciuman perpisahan. Kulambaikan tangan pada Mami sambil melangkah mundur menuju pagar rumah. "Bye. Bye!"

Aku hampir terjatuh saat berbalik di dekat pagar. Setelah menutup rapat pagar rumah ini, aku memandang kaca jendela mobil Mahardika yang gelap. Apakah dia sedang melihatku dari dalam sana? Kakiku sudah lemas duluan. Tadinya aku ingin bersikap seperti Zoey dengan berpatokan pada percakapan Zoey pada pesan teks yang kubaca subuh tadi, tetapi menjadi diriku sendiri sepertinya jauh lebih baik agar membuat Mahardika jadi bertanya-tanya, mengapa Zoey jadi berbeda?

Yah, meski aku tidak memiliki pengalaman dalam percintaan, tetapi aku pernah membaca novel-novel remaja mainstream ketika aku berkunjung ke toko buku untuk membaca buku-buku yang segelnya sudah terbuka.

Mahardika keluar dari mobilnya, lalu memutari bagian depan mobil. Dia berhenti tak jauh dariku dan membuka pintu penumpang bagian depan.

"Ini yang lo tunggu?" tanyanya dengan suara pelan dan ekspresi yang terlihat muak.

Oh, aku tidak menunggu dia melakukannya. Sepertinya dia salah mengartikan. Tadi aku hanya sedang mempersiapkan diri untuk memasuki dunia Mahardika.

Mami mengatakan sesuatu yang tak bisa kudengar jelas, lalu Mahardika tersenyum sembari menatap Mami. Kutolehkan pandanganku pada Mami yang sedang menyatukan kedua tangan sambil tersenyum lebar di teras rumah. Sepertinya, Mami berpikir bahwa Mahardika adalah pacar yang romantis.

"Cepetan," katanya, kali ini dengan suara pelan. Ekspresinya juga melembut. Sepertinya, tadi dia tak menyadari keberadaan Mami di teras rumah.

Aku melangkah memasuki kursi penumpang samping kemudi, lalu Mahardika menutup pintu mobil. Dia memutari mobil hingga duduk tepat di sampingku. Suara bantingan keras dari pintu yang dia tutup membuatku terlonjak kaget.

Lebih baik aku diam saja. Jika perlu sepanjang perjalanan hingga tiba di sekolah.

Yah, itu benar-benar terjadi. Sepanjang perjalanan kami saling diam sampai dia tiba-tiba bicara.

"Apa lo mogok bicara lagi?" tanyanya dengan mata yang fokus pada jalan. "Karena enggak gue bales? Jangan sembarangan ngirim foto seksi. Gimana kalau temen gue yang megang handphone gue?"

Jika dia tak peduli pada Zoey, maka harusnya dia tak perlu terlihat seperti seorang pacar yang posesif, kan? Cowok ini bahkan katanya mempersilakan Noah mendekati Zoey. Atau Noah yang bohong tentang itu?

Aku bersedekap. Sepertinya, aku jangan bicara dulu dan tetap bersikap seolah aku sedang mogok bicara padanya. Mungkin, hal ini biasa dilakukan Zoey. Tak apa sesekali melakukan apa yang biasa Zoey lakukan untuk mencari tahu lebih jauh seperti apa hubungan mereka agar aku bisa membuat strategi yang jauh lebih matang untuk membuat Mahardika jatuh cinta padaku.

Dengan berada di tubuh Zoey yang cantik jelita dan berisi di tempat yang tepat seperti idol K-pop bernama Kanina yang tak sengaja aku lihat di explore instagram, tentu saja aku memiliki kepercayaan diri bisa membuat mereka jatuh cinta.

Pandanganku hanya tertuju pada pemandangan di luar sana hingga mobil ini berhenti di sebuah sekolah yang aku rindukan.

Sentuhan di rokku membuatku menoleh dengan cepat dan dengan cepat pula Mahardika menarik rokku ke atas lutut.

"AAA!" teriakku yang segera menutup mulut sambil menatap Mahardika yang menatapku dengan heran.

"Kenapa lo teriak...?" Dia mengernyit heran sambil mengusap pahaku yang luka, lalu menatap mataku. "Habis lo garukin, ya?"

Aku menjauhkan tanganku dari mulut dan segera menepis tangan pacar Zoey. Dia terkejut sambil melihatku. Aku yang lebih kaget di sini! Meskipun Mahardika tak tahu bahwa yang di dalam tubuh Zoey bukan Zoey, tetapi tetap saja situasi ini sungguh membuatku shock berat.

"Jangan lukain diri lo sedikit pun. Ceroboh," katanya. "Kalau sampai Papi lo tahu, gue juga yang kena. Kecuali kalau lo pengin hubungan kita berakhir, lo self harm aja di depan Papi lo sambil playing victim kalau gue yang udah buat lo jadi kayak gitu."

Aku hanya memandangnya dalam diam. Dia ini tidak peduli sama sekali pada Zoey. Itu adalah peringatan karena Zoey melakukan hal yang bisa berdampak pada keputusan papinya Zoey atas hubungan mereka.

Kami masih di dalam mobil meski Mahardika sudah memarkirkan mobilnya dengan baik di parkiran siswa. Dia bersandar pada jok mobil, menyugar rambut tebalnya, lalu menghela napas panjang.

"Lo enggak keluar?" tanyanya, memandang langit-langit mobil. Aku hanya diam memandang sikapnya. Mahardika adalah seorang yang pandai memasang muka lain. Ketika hanya ada dirinya dan Zoey, maka dia akan bersikap dingin. Sementara jika ada yang melihat mereka, maka Mahardika akan bersikap seperti seorang pacar yang romantis dan perhatian.

Anehnya, Zoey bertahan pada hubungan yang seperti ini. Sudah jelas. Perasaan Zoey pada Mahardika bertepuk sebelah tangan. Apa Zoey percaya diri bisa membuat Mahardika jatuh cinta padanya?

Namun, sepertinya, sampai Zoey meninggal karena bunuh diri, Mahardika tak pernah memberikan hatinya sedikit pun pada Zoey.

"Apa yang lo tunggu?" Dia menoleh sambil menyerongkan tubuhnya, menghadapku dengan ekspresi muak. Aku tidak mengatakan apa-apa. Masih berpura-pura mogok bicara. Mungkin, setelah ini dia akan menarikku keluar dengan paksa karena tak tahan?

Namun, kenyataannya tidak begitu. Mahardika mendekat. Dia mendaratkan bibirnya di bibirku dan dengan cepat menahan tengkukku untuk memperdalam ciumannya. Dengan cepat pula aku menampar wajahnya hingga dia menjauh dengan membelalak.

Aku yang lebih terkejut di sini! Kenapa dia mencium tanpa aba-aba, sih?

"Kurang ajar! Ngapain lo nyium gue bajingan?" bisikku sambil menatapnya marah. Aku tidak bisa mengontrol diri. Ah, terserah lah. Tak peduli dengan wajah terkejutnya, aku segera keluar dari mobil itu dan berjalan menghentakkan kaki di paving block saking kesalnya.

Walaupun ini bibir Zoey dan tak salah Mahardika mencium pacarnya, tapi aku bisa merasakan bibir cowok itu menempel di bibir yang untuk saat ini menjadi bibirku!

Sialan. Ciuman pertamaku....

Pasti Mahardika terkejut karena sikap tak biasa Zoey ditambah aku memakinya. Tak apalah. Ini bisa masuk dalam strategi mendadak. Mahardika pasti terheran-heran saat aku meninggalkannya, lalu dia terkena sindrom pemeran utama laki-laki di novel romansa, "Dia cewek pertama yang berani nampar gue. Menarik."

Hah. Apa pun itu, yang terpenting sekarang adalah mencari kelas Zoey.

***


thanks for reading!

love,

sirhayani

Продовжити читання

Вам також сподобається

1M 96.3K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
8.1K 560 31
[ ㅡstat: completed✅ ] [ ㅡhasn't revised yet ] Mencintai seorang gay? Yang benar saja! Namun itulah kenyataannya, sesuatu yang tak pernah diduga oleh...
1.8M 91.7K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...
21.8K 4.7K 18
Kupikir aku hanyalah anak pengusaha menyedihkan. Jenis gadis yang akan berakhir dalam perjodohan yang bahkan tidak ia inginkan. Tunanganku, lelaki it...