Pekerjaan sebagai ajudan membuat Teddy disibukan dengan berbagai jadwal sang Menteri. Seperti hari ini, sang Menteri dijadwalkan untuk mengunjungi salah satu rumah sakit yang ada di Jakarta.
Setelah mempersiapkan kebutuhan sang Menteri, Teddy menekan beberapa nomor lalu menyimpannya di kontak ponsel.
"Selamat siang mba, saya Teddy. Untuk review foto apakah bisa dilihat?"
Abel 💐
"Siang mas, iya boleh"
"Ini linknya ya"
"https//........."
"Baik, terima kasih"
Begitulah isi pesan pertama antara dirinya dan Abel. Entah mengapa ia jadi penasaran dengan wanita yang baru ia temui. Mendadak ingatannya kembali ke sebuah polaroid yang ia simpan di dompet
Ya, di dompet. Satu foto dirinya dengan seorang perempuan
Sebuah sejarah bagi seorang Mayor Teddy bisa menyimpan foto di dompetnya, terlebih terdapat perempuan didalamnya.
"Siap izin, liatin apa bang serius amat" suara dari Agung berhasil membuat Teddy kembali ke setelan kulkasnya
"Engga ada"
"Dingin amat buset" goda Agung
"Udah udah, bentar lagi bapak berangkat" Teddy melangkah melalui Agung yang heran dengan tingkah ajudan kesayangan sang Menteri.
🧸🧸🧸🧸
Ruby Photography Studi
10.00 WIB
"HAH?! SERIUS? GILAA" nada tinggi Gia benar-benar membuat Abel heran
"Iya, ni liat aja" Abel menunjukan pesan dari ajudan sang Menteri
"Bel lo tu ya, duhhhh, dia lagi viral tau"
"Ya terus? gw harus jungkir balik gitu?"
"Lo beruntung bel, seorang mayor Teddy ngechat Abel Liana Ruby"
"Apa sih, biasa aja kali, toh atasannya client kita"
"Lu lagi pdkt ya ama mayor?" secara tiba-tiba Gia mendekatkan wajahnya ke hadapan Abel
"Aa..apaaa sih, engga ya" Abel memalingkan wajahnya
"Halah, entar juga jadi lo. Ngalahin fansnya yang banyak"
Entah mengapa pertanyaan asistennya membuat Abel bertanya-tanya, lebih tepatnya ia penasaran dengan pria 1000 kulkas itu. Susah ditebak pikirnya.
🧸🧸🧸🧸
Jam menunjukan pukul 19.00 WIB dan Abel masih menatap layar laptopnya untuk melihat review foto dari timnya.
Matanya terhenti ketika melihat foto laki-laki yang ia kenal. Mayor Teddy
Entah berapa foto yang timnya ambil untuk sang mayor. Tanpa sadar Abel tersenyum ketika ia memperhatikan begitu teliti hasil foto tersebut.
Abel mengambil ponselnya dan menatap polaroid yang ia letakan dibelakang casing. Polaroid itu ia balik sehingga tidak ada satu orang pun yang tahu foto siapa di polaroid tersebut.
Teddy🧸
"Lagi dimana?"
Fokusnya kini tergantingan dengan pesan baru dari laki-laki yang sedang ada dalam benaknya.
"Dikantor mas"
"Kenapa?"
"Mas mau ajak makan malem"
"Mau ga?"
"Malem ini?"
"Iyaaa"
"Boleh mas"
"Share location ya"
"📍Ruby Photography Studio"
"Ini ya mas"
Jangan ditanya keadaan Abel saat ini. Tentu tak karuan. Segera mungkin ia menganti pakaian, merapikan rambut, dan berdandan tipis.
15 menit berselang, Abel berjalan menuju lobby dan sudah berdiri laki-laki yang baru ia kenal sembari menyederkan tubuhnya di salah satu sisi mobil.
"Maaf lama ya mas" ucap Abel menahan rasa salah tingkahnya karena melihat penampilan Teddy yang jauh lebih santai. Kaos hitam dipadukan dengan jeans hitam.
Hancur sudah benteng hati seorang Abel
"Gapapa, mas juga baru sampe" Teddy segera membuka pintu mobil untuk Abel dan melajukan mobilnya ke salah satu resto di kawasan Jakarta Selatan
Jangan tanya jantung milik Abel, sudah pasti sudah hampir copot karena ia diperlakukan bak tuan putri oleh laki-laki yang menjadi incaran satu Indonesia ini.
Setelah makan malam bersama, Teddy berinisiatif mengantarkan Abel menuju rumahnya. Layaknya orang pacaran, suasana di dalam mobil diisi dengan mereka yang saling bertukar cerita dan tertawa.
"Mas boleh ketemu orang tua kamu ga?"
"Malem ini mas?"
Jujur, Abel kaget bukan main. Bukannya menolak, tapi ini pertama kalinya ada laki-laki asing yang berani untuk bertemu orang tuanya.
"I...iyaa mas boleh" Abel hanya glagapan, entah apa yang ingin laki-laki ini sampaikan ke orang tuanya.
🧸🧸🧸🧸
Ruang tamu menjadi saksi bisu bahwa ada laki-laki yang ia bawa ke dalam rumah. Lebih tepatnya laki-laki itu yang menawarkan diri
"Dengan....." tanya sang Ayah
"Teddy Indra Wijaya, Pak" jawab Teddy dengan lembut
"Kamu ajudan Pak Prabowo ya? Aduh kamu itu yang viral itu ya" kali ini sang Bunda yang ikut bersuara
"Ada maksud apa datang kemari? langsung saja to the point" kembali sang Ayah mempertanyakan
"Saya ingin mengenal putri bapak dan ibu, jika berkenan saya meminta restu"
Tunggu, restu? entah melayang kemana lagi hati Abel ini.
"Kalo itu saya serahkan ke anaknya langsung. Gimana bel? Tanya sang Bunda
"Iya boleh"
Jangan tanya lagi, Abel udah pasti salah tingkah karena ditatap langsung oleh Teddy
"Tuh, udah ada jawabannya. Kalo saya sih yang penting putri kami senang karena dia anak tunggal kami"
"Kami titip anak kami ke Teddy ya" ucapan Ayah yang tadinya terkesan dingin kini menghangat
Setelah pertemuan dadakan tersebut selesai, kini giliran Abel sendiri yang di introgasi oleh kedua orang tuanya. Panjang lebar Abel menceritakan bagaimana ia dan Teddy bertemu
Puncaknya ketika ia menceritakan apa yang pernah terjadi dalam hidup sang mayor
"Bunda ga masalah kok, yang penting kamunya seneng, kamu bisa nerima mas Teddy apa adanya. Bisa mengerti pekerjaannya jikalau kalian lanjut ke pelaminan"
"Ayah juga ga masalah. Selagi laki-laki itu bertanggung jawab dan menerima Abel. Kalo Teddy memang jodoh kamu, dia berhasil jadi laki-laki pertama dan terakhir yang ayah temui, baik sebagai anak dan mantu nantinya"
Begitulah nasehat yang keluar dari orang tua Abel. Abel bersyukur diberikan orang tua yang pengertian dan tidak menuntut apapun.