INDAH

By Adwlya

232 29 0

Pertemuan singkat itu membuat kesan lain di hati Dita. Seseorang yang menyapanya dengan senyuman diwajahnya m... More

Awal ceritanya ...
Bayangan Rindu
Nonton Drakor
Cumi, Cuma Mimpi!
Mengalah Lebih Baik
ASING
Malam Minggu
Numpang Istirahat
Jerawat Cinta
Ketika Dia Bilang "Jangan Pergi!"
Balikan Atau ...
Cinta Dan Dilema
Teman Tapi Mesra
Aku Sudah Tak Marah
Senja Indah Tanpa Pelangi
Rasa Pedas Bikin Ceria
Dilema
Buat Ku Pusing
Senyuman Paling Manis
Mungkinkah Aku Yang Dia Cari?
Lambaian Tangan Perpisahan
Sudah WFH Kerjaan Belum Juga Selesai
Tidak Ditakdirkan Bersama Hanya Sekedar Singgah
Baik-Baik Saja
Amnesia
Hebohnya Nonton Bola
Terhapus Oleh Hujan

Sakitnya Patah Hati

2 1 0
By Adwlya

 “Apakah ini saja kerjaku? Hanya memikirkan patah hatiku, kekecewaan ku karena dia meninggalkanku mentah-mentah tanpa sepatah kata sebagai ucapan perpisahan."

“Dan apakah hanya ini kerjaku? Hari-hari kulalui dengan kesedihan, luka dan rindu yang tak tau diri ini, yang selalu datang, datang dan datang lagi tanpa ku undang seakan tak pernah jenuh untuk bertandang.

“Apakah hanya ini saja kerjaku? Meratapi kepergiannya dari cinta dan hidupku, membuat semangatku hilang dalam menjalani hari-hari karena terbelenggu dalam kerinduan berharap bayangannya akan menjadi nyata dan bukan hanya ilusi semata.”

Mengapa aku begitu bodoh! membiarkan diriku semakin tenggelam dalam luka yang ku buat sendiri karena mencintainya. Seharusnya sejak awal pertama kali jumpa aku menepis pesonanya agar pandanganku tak terkena silau asmara yang dia tebarkan. 

Seandainya hari itu aku tidak berjumpa dan berkenalan dengannya serta bertukar nomor handphone aku pasti tidak akan merasakan rasa yang kemudian tumbuh dengan sendirinya. Rasa yang tak pernah kumengerti apa maunya, rasa yang sulit diungkapkan karena rasa ini adalah hal yang tak biasa. Mungkinkah ini cinta yang tulus dari hati karena rindu tak pernah pudar? atau hanya rasa suka sesaat yang suatu saat pasti akan memudar dengan sendirinya?

Seandainya hari berikutnya tak ada komunikasi dengan canda dan tawa diantara kami tentu aku tidak akan merasa dekat dengannya karena saling berbalas pesan singkat yang membuat kami tersenyum karena hal-hal lucu yang kami bahas.

Kini, aku merasakan akibatnya . Aku merasakan jatuh saat dia putuskan pergi jauh dan tak terlihat lagi oleh pandangan mataku. Angkuhnya sikapnya membuat aku tak sanggup menahan derai air mata dipipiku. Aku menangis! Menangis kenapa dia harus hadir dalam kehidupanku. Ingin rasanya aku juga pergi jauh kearah yang berlawanan dari arah yang dia tempuh, agar tak kutemui lagi jejak dirinya. Ingin rasanya aku menghapus semua ingatan tentang dia seperti aku menghapus memori yang penuh di handphoneku, hanya dengan satu klik jemariku, tapi semua itu tidak semudah yang kubayangkan! Dia … dan bayangannya masih disini, mengikuti setiap langkahku bersama senyumnya yang terkadang bermain dimataku. 

Sudah berkali ku usir bayangannya dan berkata bahwa dia bukan untukku dan aku bukan untuknya. Sudah berkali juga kukatakan padanya bahwa aku akan tinggalkan dia dan semua mimpi tentang dia tapi nyatanya aku masih kembali menoleh pada alunan lagu sendu yang bernama rindu.

Seharusnya aku sudah bisa berdiri tegak dari jatuh ku kalau saja aku bisa berpura pura tak mengenalnya, menganggapnya tak pernah ada dan hanya sebagai angin lalu. Aku belum bisa menghapus bayangannya sepenuhnya dari hatiku tapi aku yakin bisa menghilangkannya pelan-pelan.

“Ayo dong Dita udahan dong menulis puisi dan curhatnya. Sisakan buat besok! Ha … ha … ha …!” goda Rina yang tiba-tiba masuk ke kamarku tanpa permisi dan ketuk pintu terlebih dulu.

“Ada apa Rin? Ganggu aja deh! Aku lagi mood nih buat puisi dan cerpennya tapi karena Kamu ganggu masuk tanpa permisi dan tertawa cekikikan seperti tadi membuat inspirasiku jadi hilang!” Kataku pura pura bete. Padahal memang hari ini aku lagi bad mood dari tadi pagi.

“Ayo! Jalan-jalan temenin aku.” Ajak Rina padaku.

“Kemana? Kemarin kamu bilang mau ajak aku makan diluar sampai hari ini ku tungguin janjinya!” Kataku menagih janji Rina ajak aku makan diluar hari ini.

Rina mengajakku ke tempat makan nasi goreng yang berada di pinggir jalan, tempatnya cukup sederhana namun bersih. Setelah mengambil tempat duduk yang nyaman Rina memesan dua porsi nasi goreng kesukaan kami.

“Kenapa kemari? Katanya kita mau makan di restoran seperti yang kamu janjikan, kok malah makan kemari …” bisikku pelan pada Rina.

“Dengerin ya Dita saat pandemi covid-19 seperti ini seharusnya kita hidup lebih prihatin lagi. Kita syukuri apa yang diberikan Tuhan kepada kita. Aku cuma mampu traktir kamu makan disini karena belum gajian.” Kata Rina sambil tersenyum.

Saat kami sedang menikmati hidangan nasi goreng yang terasa sedap sekali, mungkin bawaan perutku yang memang minta diisi dari tadi, masuklah dua orang anak kecil kemudian mereka menyanyi setelah meminta izin kepada kami. Kulihat wajah mereka letih dan sedikit pucat, namun mereka tetap menyanyikan sebuah lagu yang kebetulan aku suka lagunya sampai habis. Sesekali anak itu melirik ke piring nasi yang sedang kami santap. Setelah selesai benyanyi anak yang bernyanyi tadi menyodorkan kaleng kecil tempat uang pemberian orang-orang yang bersimpati atas nyanyian mereka. Kulihat ada beberapa uang receh dan ribuan yang masih sedikit, mungkin itu sebabnya mereka belum bisa membeli sebungkus nasi karena uangnya belum cukup!. Aku tersentuh karena disaat aku bisa pesan dan makan makanan sesuka hatiku pada saat aku lapar dan menginginkannya tapi dua anak kecil di depanku ini harus menahan rasa laparnya sambil terus berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sambil menyanyikan sebuah lagu demi sesuap nasi dan itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan!

“Dek! Tunggu sebentar ya! … Kataku pada anak itu sambil memasukan selembar uang sepuluh ribu ke dalam kaleng kecilnya. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan kearah pemilik warung dan berkata agar dibuatkan dua bungkus nasi lengkap dengan lauknya dan memberikan kepada dua orang anak pengamen itu. Aku membayar semua makanan yang kupesan dan kembali duduk dimeja ku untuk menghabiskan sisa makananku yang belum habis. Kulihat dua anak pengamen itu mendekatiku dan mengucapkan terima kasih sebelum mereka beranjak keluar dari warung ini. Tak lama berselang Rina juga pamit padaku karena dia harus pergi ke kantornya karena ada urusan yang harus dia selesaikan saat itu juga. Maklum, dia seorang pekerja kantoran jadi kalau sewaktu-waktu diperlukan dia harus datang kekantor walaupun hari libur seperti hari ini. Tidak seperti diriku yang hanya seorang penulis amatiran yang dapat kapan saja mencurahkan apa yang kurasakan kedalam tulisanku. Bekerja kapan saja aku mau tapi rasanya ingin juga merasakan jadi pekerja kantoran yang penampilannya selalu rapi. Mungkin lain kali aku akan mencobanya.

“Eh! Bayar dulu dong! mau pergi saja nanti siapa yang bayar? Kataku pada Rina sambil tersenyum saat Rina langsung bergegas pergi begitu mendapat telpon penting dari atasannya. 

“Oh!iya ya … hampir lupa,” ujar Rina mengeluarkan dompet dan membayarnya kemudian dia berjalan menuju taxi yang sudah berhenti menunggunya. 

Setelah itu aku berjalan kaki di sepanjang trotoar sambil menikmati sinar matahari yang terasa hangat di tubuhku, tak berapa lama ada dua orang anak lewat di sampingku kira -kira usianya mungkin tiga belas dan empat belas tahun. Mungkin mereka kakak beradik, anak laki laki yang kupikir adalah abangnya berjalan didepan sang adik yang mengikutinya dari belakang. Sesekali si abang memberi kode kepada si adik agar mengambil sesuatu yang ia tunjuk dengan sebuah kayu kecil ditangannya. Si adik segera mengambil sesuatu yang tadi ditunjuk oleh abangnya yang ternyata adalah botol minuman mineral bekas. Sementara ditangan kiri mereka menggenggam karung plastik yang disematkan dipundak mereka. Ternyata mereka anak-anak yang mencari rezeki dengan mengumpulkan barang-barang bekas. Pekerjaan yang halal dan mulia karena menurutku justru malah mengurangi sampah yang terkadang dibuang oleh orang yang berkecukupan, cantik, ganteng dan berpendidikan tinggi tapi tidak pandai membuang sampah pada tempatnya .

“Kamu masih sekolah dek? “ tanyaku pada mereka ketika mereka duduk di trotoar ini untuk beristirahat sebentar. Kulihat wajah mereka berpeluh keringat dan memerah terkena sengatan sinar matahari bukti perjuangan mereka hari ini.

“Iya kak, kami masih sekolah. Kami memulung setelah pulang sekolah dan hari libur kak,” jawab mereka ketika duduk beristirahat di dekatku. Ibu menyuruh kami untuk tetap sekolah demi masa depan kami. Ibu pesan hidup kami harus lebih baik dari hidup orang tua kami sekarang yang penuh kekurangan. Mata mereka berkaca-kaca saat bercerita tentang kehidupan mereka yang sulit setelah ayah mereka tiada hingga tak jarang mereka sering menahan rasa lapar karena tak ada uang jajan dari ibu mereka. Terkadang mereka dapat membeli jajan di sekolah apabila ada temannya yang memberikan uang jajannya yang lebih pada mereka. Sedih sekali mendengar sepenggal cerita mereka. Aku kagum pada semangat yang mereka dalam menjalani hidup dalam serba keterbatasan tanpa rasa mengeluh dan putus asa. Sejenak perhatianku pada dua anak tadi terjeda saat ada wanita cantik yang lewat di depanku dengan menggenggam Handphone merek terkenal dan mahal 

ditangan kanannya sementara tangan kirinya menggenggam botol minuman air mineral yang masih tersisa sedikit. Sepintas wanita itu melirik kearah kami dan Wanita itu meneguk minumannya kemudian melemparkannya begitu saja di trotoar tempat ia berdiri tak peduli apakah botol bekas minumnya itu akan mengotori trotoar ini ataukah tidak. Mungkin ia berpikir bahwa ada petugas kebersihan yang akan membersihkannya nanti dan para pemulung yang akan memungutnya untuk mereka jual. Wanita cantik dengan sepatu high heel dan penampilannya yang modis itu dijemput sebuah mobil warna putih dan langsung hilang meninggalkan sampah botol minuman air mineralnya di trotoar ini. Aku beranjak dari tempat dudukku dan memungutnya karena merusak pemandangan dan aku  bermaksud membuangnya ke tong sampah yang tak jauh dari tempat wanita tadi berdiri namun sebuah tangan meraih botol plastik itu dari tanganku, tangan anak pemulung tadi! Aku tersenyum melihat semangatnya berjuang demi hidup dan sekolahnya pantang menyerah pada keadaan yang sulit bagi mereka. Kedua anak pemulung kakak beradik tersebut  terus berjalan dan hilang dari pandanganku di persimpangan di ujung jalan sana.

Wanita yang membuang botol plastik tadi cukup cantik sih! Tapi rasanya lebih cantik aku dan anak tadi yang tau cara membuang sampah pada tempatnya!  Aku memuji diriku sendiri sambil membersihkan tanganku dengan hand sanitizer. Menurutku Cantik itu relatif banyak sudut pandang yang membuat seseorang terlihat cantik bukan hanya dari wajahnya saja karena mungkin seorang wanita akan terlihat cantik karena kepribadiannya yang baik ataupun karena ia seorang wanita yang cerdas.

Malam semakin dingin … saat mata tak mau terpejam. Teringat kembali padanya saat ia berada tepat  di hadapanku dan meraih jemariku menatapku dan memintaku bertahan saat aku putuskan berkemas tuk meninggalkannya. Langkahku sejenak terhenti, menatap ke dalam matanya, kucoba mencari kesungguhan di hatinya. Ada keraguan yang menyelinap di hatiku. Tiada benci, tiada dendam dan tiada sakit hati lagi hanya doa yang kuberi, semoga dia temukan seorang pengganti yang lebih baik dariku seperti yang ia inginkan. Kini, biarkan aku dengan jalanku.

Memendam luka dan kesedihan adalah Satu hal yang sulit untuk dilupakan namun aku yakin bisa hilang dengan jalan-jalan dan melakukan hobby yang ku suka,. mulai mendengarkan musik,  berkumpul sama teman-teman sekadar nonton film Korea yang sering bikin baper para penontonnya. Belum hilang juga? Aku mulai berpikir untuk jalan-jalan keluar kota agar aku dapat melupakan rasa kecewa ku karena patah hati ini.Tak ada yang tahu bagaimana sakitnya karena patah hati yang kualami ini karena patah hatiku tersimpan jauh didalam hati yang disamarkan dengan senyuman yang selalu tersungging di bibir ku dengan canda tawa hingga tak ada seorang pun yang tahu.

Mungkin hanya diary biruku yang tahu dengan setia menampung semua keluh kesah ku tentang rasa rindu saat tak bersamanya, kala benci dan cemburu mengusik karena berjauhan dan kala air mata menetes di pipi ketika cinta diputuskan tanpa mengerti di mana kesalahanku. Diary ku tak pernah menolak ku, tak pernah bosan menemaniku saat aku butuh tempat untuk mencurahkan isi hatiku saat orang yang ku sayang tak peduli dan terus melangkah pergi jauh. Aku merasa sedikit lega bila rasaku sudah dipindahkan menjadi coretan yang mungkin bagi orang lain tak berarti apa-apa tapi bagiku ia sanggup menjadi penawar rasa sakit di hatiku dan menenangkan keresahan ku. Aku juga suka menuangkan apa yang kurasakan menjadi sebuah puisi sejalan dengan hobby ku mendengarkan alunan sebuah puisi.

Syair puisi yang dibacakan oleh seseorang dengan suara merdunya juga sering menghiasi telingaku di saat aku gundah tak menentu. Seperti senja itu, aku memutar channel yang selalu memutarkan puisi-puisi yang terkadang merupakan tulisan penyair nya sendiri atau pun para penggemarnya  yang suka pada puisi. Aku jadi penasaran, ingin rasanya membuat sebuah puisi dan dibacakan di Chanel itu dan kudengarkan sendiri pasti akan terasa begitu menyenangkan hatiku. Aku pasti lupa bahwa aku lagi patah hati. Seperti puisi yang kukirimkan di chanel puisi itu, judulnya rindu yang sia-sia berkisah tentang cinta bertepuk sebelah tangan atau kasih tak sampai.

Aku ingin pergi jalan-jalan sekedar refreshing

Pergi berwisata ke tempat yang memiliki kenangan indah di masa lalu, siapa tahu dengan wisata nostalgia akan membuat kembali semangat bekerja tapi kemana ya? Aku mendapatkan ide untuk jalan-jalan ke pulau Batam dimana dulu aku pernah tinggal di sana untuk beberapa tahun. Walau hanya beberapa tahun sudah cukup memberi warna indah dibingkai kenangan.

Continue Reading

You'll Also Like

11.7M 301K 23
Alexander Vintalli is one of the most ruthless mafias of America. His name is feared all over America. The way people fear him and the way he has his...
4.9M 258K 34
Those who were taken... They never came back, dragged beneath the waves never to return. Their haunting screams were a symbol of their horrific death...
23.9M 833K 69
"The Hacker and the Mob Boss" โฆ Reyna Fields seems to be an ordinary girl with her thick-framed glasses, baggy clothes, hair always up in a ponytail...
4.1M 198K 101
โœ… "We always long for the forbidden things." ๐๐ฒ๐ฌ๐ญ๐จ๐ฉ๐ข๐š๐ง ๐ง๐จ๐ฏ๐ž๐ฅ โ†ฏ โš”๏ธŽ ส™แดแดแด‹ แดษดแด‡ แด€ษดแด… แด›แดกแด แด„แดแดส™ษชษดแด‡แด… โš”๏ธŽ ...