REDFLAG

By iLaDira69

68.3K 5.5K 874

Sapphire sangat mencintai Raven. Pria itu treat Sapphire like a queen. Hubungan mereka sangat sempurna. Namun... More

PROLOG
REDFLAG - 1
REDFLAG - 2
REDFLAG - 3
REDFLAG - 4
REDFLAG - 5
REDFLAG - 6
REDFLAG - 7
REDFLAG - 8 🔞
REDFLAG - 9 🔞
REDFLAG - 10 🔞
REDFLAG - 11
REDFLAG - 12 🔞
REDFLAG - 13
REDFLAG - 14
REDFLAG - 15
REDFLAG - 16
REDFLAG - 17
REDFLAG - 18
REDFLAG - 20
REDFLAG - 21
REDFLAG - 22
REDFLAG - 23
REDFLAG - 24
REDFLAG - 25
REDFLAG - 26
REDFLAG - 27

REDFLAG - 19

1.3K 116 11
By iLaDira69

REDFLAG - 19

Raven dan Sapphire kembali pada rutinitas biasa. Raven tidak perlu repot-repot lagi ke rumah Sapphire agar mereka berangkat ke kampus bersama-sama.

Semenjak tinggal bersama, Raven tidak pernah bebas lagi. Ke manapun dia pergi, Sapphire sudah pasti ikut.

"Sayang, kak Rasya nelepon." ucap Sapphire sambil memandang layar ponselnya. Dia ragu untuk menerima panggilan itu, tetapi Sapphire juga tidak mungkin mengabaikannya terus menerus.

"Angkat aja," suruh Raven.

"Nanti kalau kak Rasya ngajak ketemuan gimana?"

"Bilang sibuk,"

Sapphire mengangguk dan akhirnya menerima panggilan Rasya. Keduanya berjalan santai sambil bergandengan tangan hendak ke kantin menemui yang lain.

"Hallo," sapa Sapphire ragu-ragu. Dia menggenggam tangan Raven dengan kencang.

"Sapphire," panggil Rasya dari seberang line. "Kamu di mana?"

"Sapphire kuliah, Kak." jawab gadis itu seadanya dan memandang Raven.

Raven mengajak Sapphire duduk di kursi taman. Dia diam saja mendengar percakapan Sapphire dan Rasya.

"Jam berapa pulangnya?"

"Heum ...," Sapphire melirik Raven dengan mengerutkan dahi, meminta bantuan dari tatapannya yang memelas.

"Sore," ucap Raven tanpa suara.

"Sore, Kak." jawab Sapphire lalu menggigit bibir bawahnya.

"Kamu tadi malam tidur di mana? Kakak ke rumah dan nungguin kamu sampai malam." tanya Rasya dengan lembut. Tidak bermaksud menekan Sapphire, karena dia tahu gadis itu akan menjauh jika dia membuatnya tertekan.

"Sapphire di apartemen Raven."

"Kamu tinggal di sana?"

"Heum," Sapphire mengangguk membenarkan. Gadis itu tidak bermaksud menyembunyikan hubungannya dengan Raven.

Menghela napas panjang, Rasya tidak bisa memaksa gadis itu pulang ke rumahnya sendiri. "Kamu masih marah sama kakak ya?"

Sapphire tidak menjawab.

"Kakak tahu kamu masih kecewa. Kakak minta maaf. Kakak juga minta maaf mewakili mama dan papa. Papa nggak bermaksud memaksa kamu."

"Iya, Kak. Nggak apa-apa." sela Sapphire cepat, tidak ingin mendengar Rasya merasa bersalah karena orang tuanya.

"Kapan kamu pulang?"

"Belum tahu."

"Kabari kakak kalau kamu sudah pulang ya? Kakak pengin ketemu kamu. Nanti ajak Raven main ke rumah, kenalin sama Kakak dan orang tua kakak."

"Iya, Kak. Nanti kalau sudah ada waktu, kami datang berkunjung."

"Baiklah. Kamu hati-hati ya?"

"Iya, Kak."

"Kalau ada apa-apa kabari Kakak."

"Iya, Kak."

Setelah panggilan terputus, Sapphire merasa lega. Tidak lagi merasa bahwa mereka sudah tidak cocok berteman.

Namun, tetap saja Sapphire akan menjaga jarak sementara waktu. Dia belum siap bertemu Rasya maupun keluarga lelaki itu.

"Udah?" tanya Raven dengan senyum tipis.

"Sayang," gumam Sapphire sambil mengulurkan tangannya hendak memeluk Raven.

"Kamu hebat," ucap Raven memuji Sapphire. "Lega?"

"Iya,"

Mengecup dahi Sapphire lembut, Raven terkekeh dan mengusap-usap kepala gadis itu. Secara perlahan, Sapphire kembali ceria seperti awal.

"Yuk, temuin mereka di kantin," ajak Raven sambil mengulurkan tangannya.

Sapphire tersenyum lebar dan menerima tangan Raven. Kemudian mereka beranjak dari kursi taman menuju kantin tempat biasa mereka nongkrong.

"Hallo," Sapphire menggandeng lengan Raven dan berjalan cepat sambil menyapa teman-temannya.

Seperti biasa, sudah ada Fika, Luciana, Owen dan Isaac. Mereka sedang mengobrol dan sesekali melempar canda tawa.

"Sapphire," sapa Fika. "Ayo duduk. Kalian baru keluar dari kelas?"

"Iya, Kak." jawab Sapphire membenarkan.

Raven duduk di samping Sapphire, tepat di depan Luciana. Raven menyadari perubahan wajah Luciana tidak seperti biasa.

Kali ini terlihat lebih cuek, namun Sapphire tidak menyadari itu. Dia mengajak Luciana bicara seperti biasa.

"Kalian nanti pada ke mana?" tanya Fika penasaran.

"Sayang, ke mana?" tanya Sapphire. Mereka belum memiliki rencana apapun.

"Pulang," jawab Raven santai.

"Pulang," beo Sapphire sambil menyengir lebar.

"Sapphire langsung pulang?" Owen tidak terlalu percaya.

"Heum, iya. Kami langsung pulang ke apartemen Raven." jawab Sapphire membenarkan.

"Orang pacaran dikepoin!" Isaac memutar bola mata. Mengejek Owen yang tidak peka terhadap pasangan dimabuk cinta.

"Aku emang tinggal sama Raven sekarang." lanjut Sapphire meralat.

Raven meringis, sontak menarik perhatian Luciana dan yang lain. Mengerutkan dahi memandang Sapphire dan Raven bergantian.

"Sejak kapan?" tanya Luciana tanpa sadar.

"Bukannya dari minggu lalu Sapphire juga di apartemen Raven?" kata Fika mengingatkan.

"Iya, satu malam aja pulangnya. Terus mulai sekarang kami tinggal bareng lagi." jelas gadis itu dengan ceria dan wajah memerah.

"Mau makan apa?" tanya Raven untuk menghentikan gadis-gadis itu bicara tentang hubungan mereka.

"Samain aja." jawab Sapphire cepat. "Sayang, aku mau bakpao,"

"Oke," Raven beranjak dari kursinya, memilih makanan secara langsung dari stand.

"Mau tinggal bareng selamanya?" tanya Fika masih penasaran.

"Nggak tahu, tapi kayaknya iya." ucap Sapphire santai.

"Sapphire lebih suka tinggal bareng Raven ya?" goda Fika.

Sapphire mengangguk membenarkan, "Aku suka di apartemen Raven. Ke mana-mana tinggal jalan kaki. Banyak penjualan makanan,"

"Nah, bener! Area apartemen Raven emang strategis banget. Dekat kemana-mana," jelas Fika membenarkan.

"Iya, Kak. Kakak juga pindah aja ke sana. Nanti kita kemana-mana bareng." ajak Sapphire semakin menjadi-jadi, membuat Fika tertawa lebar.

"Dikandangin!" kekeh Owen sambil melirik Raven yang telah kembali dari memesan makanan.

Isaac tertawa keras. Mengejek Raven yang sepertinya tidak akan keluar malam secara bebas seperti biasa.

Raven mendengkus kesal. Ingin sekali melayangkan kepalan tangannya ke wajah Owen dan Isaac. Mereka berdua bebas mengejek Raven jika ada Sapphire, karena lelaki itu tidak akan berani bicara banyak.

"Apa sih?" Luciana tiba-tiba menggerutu kesal pada ponselnya.

"Kenapa, Kak?" tanya Sapphire memandang Luciana.

Luciana tidak langsung menjawab. Dia masih sibuk dengan ponselnya. Sepertinya dia sedang berkirim-kirim pesan dengan seseorang.

"Biasanya, masalah sama doi." kekeh Fika mengejek.

"Berantem? Kakak dimarahi?" tebak Sapphire semakin penasaran.

"Kurang jatah," celetuk Isaac dengan cengiran lebar. "Owen ada nih, bersedia buat lo."

"Mau?" Owen menawarkan diri.

Luciana memutar bola mata. "Mulai," gerutunya.

"Di tinggal pas lagi sange-sangenya tuh dia." lanjut Fika sambil tertawa lebar.

"Parah," komentar Raven ikut mengejek.

"Iya, baru masuk udah ditinggalin. Nggak bertanggung jawab banget!" jawab Luciana berapi-api. Dia masih kesal dengan kejadian waktu itu, saat Raven tiba-tiba pulang sebelum Luciana mendapatkan pelepasannya.

"Bukannya pacar lo banyak? Suruh datanglah," kekeh Raven, meskipun tahu Luciana kesal padanya. Tetapi Raven senang membuatnya marah.

"Baru masuk gimana, Kak? Pacar kakak baru datang terus pulang?" tanya Sapphire.

Luci, Isaac dan Owen tertawa kencang. Kalau tidak ada Sapphire, tongkrongan mereka kurang seru. Tingkat kepolosan Sapphire yang di atas rata-rata adalah salah satu penghibur.

"Lo harus ajarin Sapphire, Raven. Jangan bikin dia penasaran." kekeh Owen.

"Apa, Sayang?"

"Nggak usah di dengerin." elak Raven sambil merangkul Sapphire dan mengusap-usap bahunya. Tidak lepas dari pandangan Luciana, kemesraan dua sejoli itu yang tidak kenal tempat.

Keduanya hanya memamerkan kemesraan. Tingkah Sapphire yang kekanak-kanakan tidak segan-segan bergelayut manja pada Raven. Begitu juga dengan Raven, menunjukkan perhatian berlebihan. Tidak pernah menolak atau menegur Sapphire agar menjauh sedikit darinya saat mereka di tempat umum.

"Weekend jalan yuk?" ajak Isaac.

"Ke mana?" tanya Fika si paling semangat.

"Pulau?" ajak Isaac ragu.

"Ayooo ...," Sapphire mengangguk setuju. "Sayang, kita ikut ya?"

"Iya,"

"Semua setuju ya? Luci juga?" Isaac memastikan lagi. "Fika?"

"Oke," Fika mengangguk.

"Gue nggak ikut," tambah Luciana.

"Kenapa?" tanya Sapphire terkejut.

"Kalian aja,"

"Nggak seru!" Fika memutar bola mata. "Isaac langsung urus deh semua. Luci bakalan ikut."

"Nggak, gue lagi males." Luciana tetap menolak.

"Semua ikut!" kata Raven menekankan.

"Lo mau ke mana?" tanya Owen pada Luciana yang dibalas hanya mengangkat bahu.

"Nanti lo di urusin sama Owen,  nggak usah ngambek!" Raven melanjutkan.

"Nah, bener! Owen jago di ranjang." goda Fika.

"Lo sekamar sama gue ya?" Isaac tidak mau kalah.

"Ayo," Fika menjawab setuju. Isaac mengajak Fika adu tos lalu keduanya tertawa.

"Aku sama Raven," ucap Sapphire pamer dengan bangga.

"Lo berdua nggak usah di tanya. Udah pasti!" komentar Fika membuat Sapphire cengengesan tetapi Luciana menunjukkan ekspresi sebaliknya.

***

Jakarta, 09 April 2024

Susah sekali sinyal 😭🤣

Baca duluan novel ini di Karyakarsa

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 108K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
SICK FEELING By iomw

Teen Fiction

24.7K 2K 4
Sick feeling, 2023. Warning: kissing scenes, dirty talks, etc.
388K 29.7K 29
"if you want her, earn her."
1.3M 63.8K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...