Transmigrasi Jadi Sekretaris...

By mustika2601

590K 33.4K 1.1K

Bagaimana jadinya kalau kalian menjadi Alena yang tiba-tiba bangun ada di pertemuan rapat dan semua mata tert... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33

Bab 20

19.2K 1.1K 60
By mustika2601

Pagi harinya jam 5.45, Alena Sudah berdiri di depan apartemen Mahesa dengan pakaian sederhana yang sangat berbeda dengan pakainya saat di perusahaan.

Sesuai janji Mahesa semalam, ternyata  sopir yang disuruh Mahesa sudah menunggunya di luar kontrakannya.

Mulai dari bangun sampai berdiri di depan apartemen Mahesa, Alena masih merasa kesal dengan Mahesa yang menyuruhnya untuk pergi ke apartemennya.

"Senyum Alena, kamu mau bertemu dengan pak Mahesa, bos kamu." Ucap Alena menyemangati dirinya sendiri dan berusaha untuk tersenyum di depan apartemen Mahesa sebelum membuka pintunya. "Ingat dia bos kamu dan sebelumnya kamu juga tahu bagaimana risiko menjadi sekretaris pak Mahesa, harus siap dua empat jam saat di butuhkan. Jadi sabar aja menghadapi sifat pak Mahesa yang melebihi cewek pms." Lanjut Alena sambil membuka pintu apartemen Mahesa dengan pin yang sudah di kirim Mahesa di teleponnya.

Masuk ke apartemen Mahesa, Alena melihat Mahesa yang masih mengunakan baju tidurnya duduk di ruang tamu sambil menyilangkan kakinya dan memegang majalah bisnis di tangannya.

"Akhirnya kamu datang juga." Ucap Mahesa sambil meletakkan majalah tadi di atas meja dan berdiri langsung menghampiri Alena. "Sepertinya kamu masih memakai parfum." Lanjut Mahesa setelah berdiri di depan Alena dan sedikit mencondongkan dirinya di dekat Alena.

Alena yang risih dengan tindakan Mahesa, mendorong dada Mahesa.

Mahesa mendapatkan tindakan tiba-tiba Alena merasakan jantungnya kembali berdetak dengan cepat. Mahesa tidak menyangka Alena akan berani menyentuh dia kembali tanpa se izinnya.

"Pak, jantung bapak seperti orang habis maraton." Ucap Alena dan mendekatkan telinganya ke dada Mahesa untuk mendengar detak jantung Mahesa. "Cepat." Lanjut Alena.

"Ngapain kamu?" Tanya Mahesa sambil mendorong kepala Alena untuk segera menjauh darinya. "Saya suruh kamu gak pakai parfum kesini tapi masih aja kamu pakai. Kamu mau menggoda saya." Lanjut Mahesa berusaha untuk santai dan menstabilkan kembali jantungnya yang berdetak lebih cepat di waktu yang tidak tepat.

"Sabar Alena dia bos kamu." Ucap Alena di dalam hati dan berusaha tersenyum kearah Mahesa. "Ingat Kemaren bos kamu sakit dan juga memberikan kamu kalung." Lanjut Alena di dalam hati.

"Pak Mahesa, saya gak memakai parfum ke rumah bapak sesuai yang bapak inginkan." Ucap Alena. "Lagian saya juga gak pernah pakai parfum." Lanjut Alena tersenyum kearah Mahesa.

"Baguslah kalau gitu." Balas Mahesa dingin. "Ayo buatkan saya sarapan, saya sudah lapar dari tadi saya nunggu kamu." Lanjut Mahesa.

Melihat Mahesa yang sudah kembali ke sifat memerintah seenaknya aja, Alena yakin kalau Mahesa sudah sembuh dan tidak perlu dia tanyakan lagi apakah Mahesa masih sakit atau sudah sembuh.

"Lebih baik diam dari pada nanti kena semprot." Ucap Alena di dalam hati sambil melihat Mahesa yang berjalan menuju kamarnya.

*****

Di dapur apartemen Mahesa.

Alena yang sudah di dapur langsung memulai menyiapkan bahan-bahan yang dia perlukan untuk membuat nasi goreng.

Sambil membuat nasi goreng untuk Mahesa, Alena tidak henti-hentinya mengomel. "Ternyata jadi sekretaris pak Mahesa, harus lengkap jadi pembantunya, pantas gajinya besar." Ucap Alena.

"Kamu memang cocok jadi pembantu saya." Ucap Mahesa yang baru masuk ke dapurnya mendengar ucapan Alena. "Baju kamu coba lihat, mana ada karyawan perusahaan saya memakai baju seperti kamu." Lanjut Mahesa melihat Alena yang sedang memasak.

"Gaji pertama saya belum cair pak." Ucap Alena. "Tunggu tanggal baru dulu." Lanjut Alena fokus memasak dan tidak merasa tersinggung dengan ucapan Mahesa.

"Kemaren bukannya kamu dapat cek dari mama saya, kenapa kamu gak beliin baju aja?" Tanya Mahesa berjalan samping Alena.

"Saya takut pak, nanti bapak malah memintanya lagi." Ucap Alena bercanda. "Mau saya bayar pakai apa pak?" Lanjut Alena.

"Itu mama saya yang kasih ke kamu dan saya gak punya hak tentang itu, Lagian uang sebanyak itu bukan-bukan apa bagi saya." Ucap Mahesa. "Kalau kamu merasa kurang kamu bisa meminta lagi ke saya." Lanjut Alena.

"Gak usah pak." Balas Alena merasa takut kalau Mahesa benar-benar menambahkan dia uangnya, apalagi pak Mahesa baru memberikan dia kalung, Alena gak mau berutang budi terlalu banyak ke Mahesa. "Saya cuma karyawan bapak, mana berani saya mintak uang bapak." Lanjut Alena.

"Terserah kamu." Balas Mahesa.

Mengigat saran dari Alden kemaren, Mahesa tanpa sepengetahuan Alena dengan sengaja sedikit menyenggol lengan Alena yang tidak mempengaruhi Alena untuk memasak dan Alena juga tidak merasa curiga dengan Mahesa, karena dia mengira Mahesa cuma takut dia racuni.

"Bapak tenang aja saya juga gak akan berani meracuni bapak." Ucap Alena saat merasakan Mahesa yang memperhatikan dia memasak.

"Hmm... Saya cuma mau lihat kalung kamu ternyata cantik." Ucap Mahesa melihat kalung di leher Alena yang sangat cocok di lehernya.

"Makasih pak, saya suka kalungnya." Balas Alena sambil memegang kalung di lehernya dengan ada senyum di bibirnya.

Melihat yang begitu asyik membuat sarapannya, Mahesa juga ingin mencobanya untuk membantu Alena.

"Sini saya bantu." Ucap Mahesa menahan napasnya karena tidak mau mencium bau Alena yang membuat pikirannya merasa terganggu saat lama-lama berdiri di sampingnya.

Saat bersentuhan secara langsung dengan Alena lagi, Mahesa merasakan perubahan di tubuhnya lebih parah dari pertama kali dia menyentuh Alena, dia merasakan tubuhnya tetap masih ada yang aneh, dia teringat bagaimana teman mamanya mencubit dan menciumnya yang mengakibatkan ada rasa jijik dan sakit yang dia rasakan Mahesa.

Mahesa mengigat bagaimana teman-teman mamanya yang menciumnya sampai meninggalkan lipstik di wajahnya dan juga bau parfumnya yang sangat menyengat yang membuat indra penciumannya merasa terganggu.

Mahesa juga pernah menolak makan apapun karena dia tidak suka dengan parfum yang di pakai teman mamanya, untung hal itu tidak sampai dia dewasa. Untuk sekarang saat mencium bau parfum perempuan yang tidak dia suka Mahesa akan merasa jijik dan merasa tidak nyaman dengan tubuhnya.

Mahesa juga mengigat bagaimana teman-teman perempuannya yang menangis waktu kecil sampai ingusnya keluar buat Mahesa merasa jijik.

Tanpa sadar Mahesa kembali melepaskan tangan Alena dan langsung berjongkok sambil menutup telinga serta memejamkan matanya.

"Bapak kenapa?" Tanya Alena langsung mematikan kompornya dan langsung ikut berjongkok di depan Mahesa.

Alena merasa khawatir melihat keadaan Mahesa yang sekarang menutup telinganya dan juga matanya.

"Coba ulurkan tangan kamu." Ucap Mahesa membuka matanya dan mengatur kembali pernapasannya sambil melihat ke arah yang menatapnya dengan khawatir.

Mahesa ingin melawan kondisinya saat ini, dia tidak menyangka untuk menyentuh Alena hari ini ternyata jauh dari dugaannya, dia kira saat menyentuh Alena sekarang dia akan lebih toleransi dari pada kemaren.

Mendengar ucapan Mahesa, Alena langsung mengulurkan tangannya. "Bantu saya berdiri dan bawah langsung ke kamar seperti yang kamu lakukan kemaren." Jelas Mahesa.

Alena yang takut Mahesa kembali sakit lagi langsung melakukan apa yang disuruh Mahesa tanpa protes.

Mahesa yang di bantu Alena  untuk ke kamar mendekatkan dirinya ke Alena sampai dia mencium tubuh Alena yang bisa membuat dia sedikit merasa tenang.

Sekarang Mahesa paham kenapa dia sedikit lebih toleransi ke Alena, karena dia mencium bau tubuh Alena yang membuat tubuhnya menjadi rileks dan itu yang tidak dia temukan di perempuan lainnya selain Alena.

Sampai di dalam kamar dan melihat Alena sudah keluar, Mahesa mengirimkan pesan ke Alden untuk menyuruhnya segera ke Indonesia.

******

Setelah kejadian tadi, Alena melanjutkan membuat sarapan sendiri dan dia juga membuatkan Mahesa pisang goreng yang di taburkan keju dan mises di atasnya dan juga di tambah susu coklat dan juga kopi yang sudah di siapkan Alena.

Alena juga sedikit ragu, apakah Mahesa akan suka dengan pisang gorengnya yang dia buat.

"Sepertinya saya sudah cocok jadi istri orang." Ucap Alena tertawaan kecil dengan isi pikirannya sendiri.

Tidak mau membayangkan hal aneh-aneh lagi, Alena pergi memangil Mahesa ke kamar, melihat jam sekarang ternyata sudah jam 7.15.

"Pak sarapannya sudah siap." Ucap Alena sambil menggedor pintu kamar Mahesa.

Mendengar suara Alena, Mahesa kembali membuka pintunya yang sudah berpakaian rapi dengan jasnya yang menandakan Mahesa sudah siap untuk ke kantor.

"Hmm..." Dehem Mahesa berjalan ke meja makan yang diikuti Alena di belakangnya.

"Saya juga mau ikut sarapan dengan bapak." Ucap Alena langsung duduk di sebelah Mahesa tanpa di suruh Mahesa. "Jangan protes pak, saya juga lapar." Lanjut Alena yang takut Mahesa akan melarangnya makan bareng dia.

"Terserah kamu." Ucap Mahesa.

Mendengar itu Alena membantu Mahesa untuk menyiapkan sarapannya dengan senang hati.

Mahesa memperhatikan Alena ada sedikit senyum di bibirnya yang tidak dilihat Alena.

Setelah beberapa menit melihat Mahesa yang sudah selesai sarapan tapi tidak memakan pisang gorengnya, Alena langsung bertanya ke Mahesa. "Bapak gak suka pisang goreng?" Tanya Alena heran.

"Kamu siapkan untuk saya, nanti saya akan bawah pisang gorengnya ke perusahaan." Jelas Mahesa.

"Bapak yakin mau ke perusahaan?" Tanya Alena. "Bapak kan habis sembuh." Lanjut Alena.

"Jangan banyak protes dengarkan aja kata saya." Ucap Mahesa.

"Tapi saya gak bawah baju ganti kesini pak, saya kira bapak tadi gak akan ke perusahaan." Ucap Alena melihat dirinya sendiri memakai pakaian biasa.

"Saya gak suruh kamu ikut saya." Balas Mahesa melihat ke arah Alena. "Saya cuma sebentar ke perusahaan, karena ada yang harus saya tanda tangan dan saya juga ada rapat." Lanjut Mahesa.

"Terus saya bagaimana pak?" Tanya Alena.

"Kamu tunggu saya disini dan belajar lagi bahasa asing kamu, saya ingin lihat sampai dimana kemampuan kamu sekarang terutama bahasa inggris." Jelas Mahesa. "Kamu bisa cari buku yang kamu perlukan di ruangan saya." Lanjut Mahesa.

"Tapi pak...." Ucap Alena yang langsung di bantah Mahesa.

"Gak ada tapi-tapian kamu turuti aja ini perintah." Ucap Mahesa dingin yang tidak mau dibantah. "Bantu saya mengemasi pisang gorengnya." Lanjut Mahesa.

Mendengar ucapan Mahesa Alena, membantu Mahesa mengemasi pisang gorengnya ke dalam toples dan menyerahkan ke Mahesa.

Bukan itu aja, Alena juga menemani Mahesa sampai di depan lift.

"Baik-baik kamu di apartemen saya." Ucap Mahesa setelah masuk kedalam lift.

"Iya pak." Balas Alena.

Melihat liftnya sudah tertutup Alena merasa dirinya seperti istri yang sedang mengantarkan suaminya kerja.

******

Semoga suka dengan kelanjutan ceritanya.

Typo dan ada kata-kata yang tidak pas di ceritanya komen aja ya.

Jangan lupa follow, vote dan komennya.

Tunggu juga kabar terbit cerita "Transmigrasi Jadi Istri Gendut." di IG ronamustika26.

Bagi yang mau saling follow silahkan aja ya, di tunggu DMnya.

Terimakasih sudah tertarik sama cerita author.

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 138K 73
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Genre: 1. Drama Psikologis 2. Thriller / Suspense 3. Action 4. Romance 5. Crim...
1.3M 126K 47
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...
430K 47.6K 44
Karena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Ize...
112K 3.5K 54
Bagaimana rasanya menikah dengan iblis? Kenyataan itu benar benar gila DEVIL Denial Villen adalah nama siluman yang menjadi pengantar dongeng anak-an...