REDFLAG

By iLaDira69

67.9K 5.5K 873

Sapphire sangat mencintai Raven. Pria itu treat Sapphire like a queen. Hubungan mereka sangat sempurna. Namun... More

PROLOG
REDFLAG - 1
REDFLAG - 2
REDFLAG - 3
REDFLAG - 4
REDFLAG - 5
REDFLAG - 6
REDFLAG - 7
REDFLAG - 8 🔞
REDFLAG - 9 🔞
REDFLAG - 10 🔞
REDFLAG - 11
REDFLAG - 12 🔞
REDFLAG - 13
REDFLAG - 14
REDFLAG - 16
REDFLAG - 17
REDFLAG - 18
REDFLAG - 19
REDFLAG - 20
REDFLAG - 21
REDFLAG - 22
REDFLAG - 23
REDFLAG - 24
REDFLAG - 25
REDFLAG - 26
REDFLAG - 27

REDFLAG - 15

2K 151 7
By iLaDira69

REDFLAG - 15

Sapphire sangat suka mencari makanan di sekitar apartemen Raven. Bergandengan tangan dengan pakaian santai, berjalan menikmati udara segar sambil bergandengan tangan.

Sepanjang dia berjalan, toko-toko berjajar menawarkan berbagai macam makanan, pakaian, aksesoris, jasa dan lain sebagainya.

Hal sederhana yang dia inginkan di tengah riuhnya ibukota. Keluar rumah tanpa harus menggunakan kendaraan, tanpa harus bernaung dengan polusi serta macet dan tidak bisa menikmati sekitar dengan santai.

Di satu sisi, pekarangan rumah Sapphire jauh dari kebisingan kota. Hidup tenang dan damai. Namun, kadang dia bosan. Sesekali ingin seperti orang lain.

Memiliki Raven adalah hal yang terindah dalam hidupnya. Kerap kali meminta pada Raven untuk tinggal bersama sementara waktu. Sapphire sedang bosan di rumahnya yang megah dan super lengkap namun bagai penjara yang dingin. Hanya dia sendiri, merasa kesepian.

"Sayang," gumam Raven dengan suara berat. Dia membiarkan Sapphire berada di atasnya. Gadis itu tengah sibuk mencumbuinya, meremas rambutnya dan menghisap bibirnya.

Berbeda dengan Sapphire. Raven mencari seribu alasan agar Sapphire mengurungkan niatnya untuk tinggal bersama. Raven tidak bebas. Selain itu, Sapphire menyiksa Raven.

Seperti saat ini, Raven hanya pasrah. Sapphire enggan menyudahi permainan itu. Dia sangat senang bercumbu dengan Raven. Bermanja-manja dengan lelaki itu, dan tanpa sadar menyiksanya.

Bagi Raven, kebersamaan yang terlalu lama akan membosankan. Setelah Sapphire puas bermain di luar, mereka akan pulang dan melanjutkan bermesraan.

"Bentar lagi, aku mau cium kamu lagi." tolak Sapphire enggan turun dari atas Raven.

"Kamu nggak lapar?" tanya Raven mengingatkan. Mencengkeram paha Sapphire di kedua sisinya.

"Belum, sekarang masih jam empat." jelas Sapphire sambil menegakkan badannya.

"Katanya mau jalan-jalan," cibir Revan pura-pura sebal.

Sapphire menyengir lebar. Menimpa kedua tangan Raven dari sisinya dan saling mengisi ruas-ruas jari. Raven membawa tangan Sapphire sejajar dengan dadanya, membuat gerakan acak lalu mengecup punggung tangan gadis itu.

"Nasi ayam yang waktu itu sudah buka?" tanya Sapphire sambil mengerutkan dahi.

"Udah,"

"Jam berapa bukanya?"

"Dari siang,"

Sapphire tidak percaya, menyipit curiga jika Raven sedang mengerjainya. "Waktu itu belum buka,"

"Waktu itu libur,"

Manggut-manggut sambil berdeham panjang. Ingatan Sapphire kembali beberapa minggu lalu, mereka membeli ayam bakar di sebuah restoran. Sapphire menyukainya, lalu mengajak Raven mampir di hari selanjutnya.

Sayangnya tutup, Sapphire kecewa. Dia sangat ingin makan ayam bakar yang telah dia putuskan salah satu makanan kesukaannya.

"Ayo kita makan di sana." ajak gadis itu bersemangat.

Dia menunduk untuk mencium Raven. Lelaki itu melepaskan tautan tangan mereka, menerima ciuman Sapphire sambil memeluk erat.

Mereka sibuk bercumbu, Raven bergerak menjadikan Sapphire di bawahnya. Bunyi decapan ciuman itu terdengar jelas mengisi kamar.

Raven sangat ahli berciuman, Sapphire candu. Berciuman menimbulkan getaran-getaran listrik di antara mereka berdua.

Sapphire merintih, tangan Raven entah sejak kapan berada dibalik pakaiannya sedang memijat dadanya lembut. Memilin ujungnya dan memberikan sensasi panas yang mengikis kewarasan Sapphire dan membuat napasnya naik turun kasar.

"Sayang," racau Sapphire pendek-pendek. Lalu dia tertawa karena Raven menggelitikinya. "Sayang, geli!!" Sapphire berusaha menjauhkan Raven darinya.

Raven berhenti dan menjauh dari Sapphire. Mereka saling berpandangan dengan napas memburu kasar. Wajah mereka sama-sama memerah, Raven berusaha tidak tergoda pada Sapphire yang berbaring pasrah dengan pakaian terbuka.

Bibir Sapphire bengkak dengan air saliva berceceran di areanya. Raven menunduk dan mengincar perut Sapphire. Menaikkan pakaian gadis itu dan menggelitik di beberapa bagian.

"Sayang ...," Sapphire kembali tertawa. Melengkungkan badannya dan memeluk leher Raven. "Kira pergi sekarang!" ucapnya.

"Ampun nggak?" tekan Raven galak.

"Ampun! Geli ...," Sapphire kembali tertawa lebar.

Raven berhenti mempermainkan Sapphire. Mengecup mesra perut rata gadis itu, melata ke atas. Sungguh, godaan yang tidak main-main.

Gadis itu santai saja saat bibir Raven mencapai dadanya. Bahkan membiarkan lelaki itu menggulung pakaiannya hingga leher.

Sapphire tersenyum, memainkan rambut Raven bagian belakang. Mereka saling beradu pandang, Raven sedang bertarung dengan pikirannya.

Dalam sekali entakan, dia bisa menelanjangi gadis itu. Tapi, dia berusaha tidak kalah dengan nafsu. Jika itu terjadi, hidup Raven sepenuhnya dibawah kendali Sapphire.

"Sayang," bisik Sapphire berat. Raven tahu, gadis itu pun menginginkan hal yang sama.

Dia tidak menolak saat Raven mengecup bibirnya. Sapphire memejamkan mata. Membalas ciuman Raven tidak kalah cepat.

Raven hendak berhenti, tetapi Sapphire tidak mau melepaskan kedua lengannya dari lehernya. Tubuh Sapphire yang ringan, alhasil berpindah ke pangkuan Raven.

"Kamu merasa nggak nyaman di sini?" bisik Raven serak.

"Heum," jawab Sapphire menganggukkan kepalanya.

"Mau lanjut?" tanya Raven sambil memasukkan kedua tangannya dibalik celana Sapphire. Meremas lembut dan menekan sehingga bagian bawah mereka saling menempel. Sapphire merasakan berkedut di bagian bawahnya.

"Mau,"

Raven menggeram. Sapphire tidak bisa diajak bercanda. Dia akan langsung serius dan pasrah.

Menghela napas panjang, Raven membiarkan posisi mereka tetap sama, memangku Sapphire. Menyeruakkan wajahnya pada ceruk leher Sapphire sambil menunggu dirinya tenang.

Setiap kali Sapphire bergerak untuk mencari posisi yang nyaman. Raven menahan pinggulnya. Gerakan itu jelas menyiksa Raven.

"Nanti jangan minta nginap lagi," kata Raven setelah dia mulai tenang.

"Kenapa?" tanya Sapphire mengerutkan dahi.

"Kalau bablas lebih dari ini. Sekarang aja kamu nggak nyaman."

Sapphire mengerucutkan bibirnya. Dia sudah pernah mengatakan pada Raven tentang ini. "Aku suka,"

Raven meringis, "Kamu nggak nyaman doang. Aku kesakitan."

"Masa?"

"Heum, jangan gerak-gerak."

Sapphire sengaja menggerakkan pinggulnya. Raven mengumpat dan menahan napas. Sapphire menertawakannya, memeluk Raven sambil mencium dahinya.

Raven menjatuhkan Sapphire dari pangkuannya. Segera pergi ke kamar kecil dan meloloskan bagian bawahnya yang sesak.

***

Sapphire menggandeng lengan Raven dengan senyum lebar menghiasai wajahnya. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambutnya. Mereka melewati beberapa toko, Sapphire menghirup aroma lezat dari toko roti.

Dia bergumam, lalu mengajak Raven membeli roti saat mereka pulang nanti.

Mengenakan pakaian santai, atasan longgar dengan celana pendek, dipadu sendal jepit. Begitu juga dengan Raven, celana pendek sebatas lutut, sendal dan atasan berkerah.

Raven memasukkan tangannya ke kantong, sementara lengannya dipeluk oleh Sapphire hingga menempelkan di dadanya.

Untuk satu Minggu ke depan, mereka akan tinggal bersama dan melakukan semua aktivitas bersama-sama.

Mereka memasuki sebuah restoran. Memilih menu sambil antri. Kebetulan model restoran itu memesan langsung.

"Sayang, aku cuci tangan dulu." ucap Sapphire setelah mereka memesan makanan.

"Oke,"

Sapphire pergi ke toilet, sementara Raven memilih meja. Kondisi restoran tidak terlalu ramai, suanana tenang cocok untuk pasangan atau sendiri.

Ruangan khusus beramai-ramai dibuat terpisah, berada di lantai dua. Di lantai satu di desain khusus, juga bebas asap rokok.

Jika ada pelanggan yang ingin merokok, pegawai restoran akan mengarahkan ke lantai dua.

"Raven?"

Raven menoleh mencari asal suara. Dia terkejut, Sierra sedang makan sendirian di restoran tersebut.

"Eh lo," sapa Raven. "Sama siapa?"

"Biasa," gadis itu mengangkat bahu.

Raven mengerutkan dahi, tidak ada siapapun di samping gadis itu.

"Udah pergi. Ada urusan mendadak." tambah Sierra menjawab rasa penasaran Raven. "Lo sama siapa?"

"Sayang,"

Sierra dan Raven menoleh pada Sapphire. Gadis itu mengerutkan dahi, dia tidak mengenal Sierra.

"Kenalin Sapphire, pacar gue." ucap Raven sambil meraih pinggang Sapphire. "Temen kampus." jelas lelaki itu pada Sapphire.

"Hallo, aku Sierra."

"Hallo, aku Sapphire,"

Mereka berdua berkenalan dan berjabat tangan. "Kakak teman kampus kami?" tanya Sapphire tanpa basa-basi. "Kok aku nggak kenal?"

"Beda jurusan." jawab Raven. "Jarang ketemu juga,"

"Oh gitu?"

"Iya, jawab Sierra. "Kamu juga di kampus yang sama?"

"Iya, junior kita." kata Raven.

Mereka mengobrol dan berbasa-basi sebelum akhirnya berpisah. Sierra sudah selesai makan, dia langsung pergi dengan menunjukkan sikap ramah.

Sierra sudah mengenal Sapphire, namun sebaliknya dengan gadis itu. Mereka baru bertemu hari ini.

"Kok bisa ketemu di sini, ya?" gumam Sapphire setengah bangga dan tidak percaya.

"Mungkin dia tinggal daerah sini," jawab Raven mengangkat bahu tidak begitu peduli.

Sementara dalam pikirannya sedang berkelana. Mereka belum bertemu lagi setelah waktu itu. Sepertinya pacar Sierra akan sibuk akhir-akhir ini. Namun, Raven tidak bisa bebas dalam seminggu ini karena Sapphire.

"Sayang, Kak Sierra cantik ya?" gumam Sapphire kagum. "Dewasa banget. Kamu nggak naksir sama dia?"

"Cantikan kamu," balas Raven.

Sapphire tersenyum senang, namun dia tahan karena belum puas dengan jawaban Raven. "Beneran?"

"Iya, dong."

Senyum Sapphire lebar, tidak ditahan-tahan lagi. Dia senang disanjung.

"Makanan datang," gumam Sapphire dengan semangat.

Pramusaji menyusun makanan di meja dan kemudian undur diri. Sapphire dan Raven menikmati makanan denhan tenang dan puas.

"Enak banget," gumam Sapphire. "Sayang, besok ke sini lagi yuk?"

"Kamu nggak bosan?"

"Nggak,"

"Besok kita coba makanan lain,"

"Makanan apa?"

"Besok aja," kata Raven penuh rahasia.

"Sayang?" rengek Sapphire.


***

Jakarta, 29 Februari 2024

Novel ini bisa dibaca duluan di Karyakarsa





Continue Reading

You'll Also Like

2.5K 408 4
Ashana Adora atau panggilan Akrab nya Asha adalah Mahasiswi biasa yang bertekad lulus di Endercall Academy dengan nilai memuaskan, Summa Cumlaude. Aw...
6.5M 331K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.5M 275K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
68.3K 11.1K 10
Satu hal yang terpatri di kepala Declan setiap kali menatap mata Reola. Mereka sejauh Asia-Afrika.