REDFLAG

By iLaDira69

68.1K 5.5K 874

Sapphire sangat mencintai Raven. Pria itu treat Sapphire like a queen. Hubungan mereka sangat sempurna. Namun... More

PROLOG
REDFLAG - 1
REDFLAG - 2
REDFLAG - 3
REDFLAG - 4
REDFLAG - 5
REDFLAG - 6
REDFLAG - 7
REDFLAG - 8 🔞
REDFLAG - 9 🔞
REDFLAG - 10 🔞
REDFLAG - 11
REDFLAG - 12 🔞
REDFLAG - 14
REDFLAG - 15
REDFLAG - 16
REDFLAG - 17
REDFLAG - 18
REDFLAG - 19
REDFLAG - 20
REDFLAG - 21
REDFLAG - 22
REDFLAG - 23
REDFLAG - 24
REDFLAG - 25
REDFLAG - 26
REDFLAG - 27

REDFLAG - 13

2.8K 178 18
By iLaDira69

REDFLAG - 13

Pag-pagi seperti biasa, Raven menjemput Sapphire di rumahnya. Raven tersenyum tipis melihat raut wajah Sapphire yang sepertinya masih kesal dengan kejadian tadi malam. Raven mengantar Sapphire pulang setelah mereka berciuman panas di apartemen lelaki itu.

Raven tidak bisa menahan diri sampai akhir meskipun sudah mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Setelah mengantarkan Sapphire pulang, dia menemui salah satu teman kencannya untuk menuntaskan hasrat yang telah di ubun-ubun.

Lelaki itu merasa lega dan segar setelah menuntaskan bebannya. Sehingga wajahnya ceria saat menjemput kekasihnya ke kampus.

"Pagi, Sayang!" sapa Raven ramah.

Raven menunggu Sapphire di mobil. Gadis itu sudah selesai sarapan dan mereka langsung berangkat ke kampus.

"Sayang, kamu masih marah ya?" tanya Raven membujuk Sapphire. Dia tidak langsung melajukan mobilnya. Raven meraih bahu Sapphire dan membingkai wajahnya. "Cemberut gitu,"

"Masih kesel!" kata Sapphire galak tapi bagi Raven masih terdengar manja.

Raven terkekeh dan mengecup bibirnya gemas. "Maafin aku ya?"

"Nggak mau!"

"Serius?" Lelaki itu pura-pura terluka. Namun, wajahnya menunjukkan senyum jenaka yang tidak bisa dia sembunyikan. "Beneran nggak mau maafin aku?"

"Nggak! Kamu nggak bolehin aku tinggal di apartemen kamu!"

Tidak mau memaafkan, tetapi Sapphire tidak menolak ajakan Raven ke kampus bersama-sama.

"Gimana caranya supaya kamu maafin aku?" tanya Sapphire. "Mau makan di mana? Kamu mau ikut ke Bandung lagi?"

"Nggak!"

Pura-pura terkejut dan syok, Raven memandang Sapphire serius. "Sayang ...," Raven berpikir keras untuk berbaikan lagi dengan Sapphire. "Kamu kan mau pergi makan malam di rumah sepupu kamu. Gimana kalau hari ini kita cari gaun? Nanti aku bantu pilihan yang cocok deh?"

Sapphire melirik Raven sekilas, dia tertarik dengan ajakan tersebut. Tetapi Sapphire ingin marah lebih lama.

"Beneran?"

Suara hati dan pikiran Sapphire tidak sinkron. Dia luluh begitu saja dalam waktu singkat.

Senyum Raven terbit dengan lebar sekaligus lega. "Iya, dong." jawabnya.

"Yaudah, ayo kita pergi."

"Udah nggak marah lagi, kan?"

Sapphire menggelengkan kepala sambil menyengir lebar. "Udah nggak."

"Makasih, Sayang." ucap Raven terharu. Dia memeluk Sapphire erat dan mencium beruntun. Memberikan kecupan-kecupan gemas dan panjang.

"Sayang!!" keluh Sapphire berusaha meloloskan diri.

"Gemes!" gumam Raven tanpa menghentikan ciumannya.

"Jangan cium lagi sampai kamu izinin aku tinggal di rumah kamu!" tekan Sapphire mengingatkan sembari mendorong Raven menjauh.

Raven akhirnya berhenti sambil terkekeh. Mereka langsung pergi setelah semuanya berjalan baik. Begitu mudahnya Sapphire memaafkan Raven.

Sesampainya di kampus, mereka menuju kelas dengan wajah riang gembira. Sapphire menggandeng lengan Raven dan lelaki itu sesekali melempar kecupan singkat di dahinya.

Seperti biasa, keduanya masuk ke kelas masing-masing. Lalu sepakat pergi ke kantin bersama menemui teman-teman mereka.

Hingga kelas usai dan Sapphire keluar dari kelasnya. Raven sudah menunggu di depan kelas. Senyumnya tersungging lebar, segera menemuinya dan menggandeng lengan Raven seperti tadi pagi.

Seperti biasa, Fika dan Luciana sudah ada di kantin, sepertinya mereka sedang bergosip. Terlihat dari ekspresi dan gelak tawa mengejek.

"Hai, Sapphire!" Kedua gadis itu langsung berhenti bergosip setelah menyadari kedatangan Sapphire dan Raven.

"Hallo, Kak Fika dan Kak Luci." sapa Sapphire dengan senyum lebar. Dia dan Raven duduk di seberang Luciana dan Fika. "Kak Luci gimana kondisinya? Udah sehat?"

Luciana terkekeh, menunjukkan kondisinya sudah sehat. "Udah,"

"Luci kenapa?" tanya Fika mengerutkan dahi.

"Waktu itu jalannya Kak Luci ngangkang, habis seks brutal." jawab Sapphire blak-blakan dengan wajah serius.

Luciana meringis dan Raven melotot. Sedangkan Fika tertawa lebar. Mengejek Luciana yang tidak bisa mengatasi masalah ranjangnya.

"Sayang ...," tegur Raven sambil merangkul Sapphire dan meremas lembut bahunya.

"Aku kekencangan ya ngomongnya? Maaf, Kak. Sayang, maaf," ucap Sapphire menyesal.

"Nggak apa-apa, santai aja. Udah biasa," Fika yang menjawab.

"Nggak bermaksud cari perhatian dari orang lain serius. Aku nggak sengaja. Maafin aku, Kak." Sapphire kembali meminta maaf dengan wajah menyesal.

"Santai aja," tambah Luciana menenangkan. "Aku udah baikan kok,"

"Makasih, Kak." cengir Sapphire semangat. Mereka tidak bertemu selama beberapa hari, Sapphire langsung ingat kejadian terakhir kali mereka bertemu sehingga secara spontan menanyakan kondisi Luciana.

"Bisa-bisanya lo yang udah pro ini kalah," ejek Fika. "Lo sama siapa?"

Luciana memutar bola mata. "Siapa yang kuat kalau digempur habis-habisan sepanjang malam? Terus besoknya dari siang, malam ketemu pagi lagi. Udah tahu lecet masih maksa. Asli gue tepar nggak bisa ngapa-ngapain! Bagian bawah gue mati rasa." curhat Luciana tanpa memberitahukan siapa pelakunya.

"Maniak anjir!" pekik Fika bergidik ngeri.

"Emang maniak banget,"

"Untung lo masih hidup." ejek Raven tertawa lebar.

"Maniak itu maksudnya gimana, Kak?" tanya Sapphire penasaran.

"Ngeseks siang malam tanpa jeda. Pokoknya pikirannya pengin seks melulu, nggak bisa melihat pasangannya santai auto digarap!" jelas Fika panjang lebar.

Sapphire membelalakkan matanya, dia sangat terkejut. Terlebih lagi, dia tidak menyangka bahwa ada orang seperti itu. Itu namanya penyiksaan. "Emang ada orang kayak gitu?"

"Kalau orangnya maniak begitu," jelas Fika.

"Pacar Kakak maniak ya? Kakak lebih baik putusin aja. Daripada Kakak nanti sakit." saran Sapphire, juga merasa tidak nyaman jika ada orang seperti itu. Memaksa pasangan yang jelas-jelas sudah kesakitan. "Kakak sampai susah jalan. Kalau Kakak pingsan gimana?"

"Luci suka yang kasar-kasar, Sapphire. Jadi tenang aja." kekeh Fika.

"Si anjir!" Luciana mengumpat. "Dia bukan pacar, Sapphire."

"Tapi kenapa Kakak mau sampai disakitin begitu?" sela Sapphire tidak habis pikir.

"Main-main aja, soalnya punya dia enak. Nagih banget." kekeh Luciana tanpa merasa terbebani.

"Lo juga maniak berarti!" tuding Raven. "Bukan pacar tapi seks melulu."

"Nggak harus pacar, kan!" tekan Luciana. "Gue lo tanya deh! Lo pernah having sex sama orang yang bukan pacar lo?" tantang Luciana di depan Sapphire.

Sapphire memutar badannya memandang Raven serius. Menanti jawaban lelaki itu karena dia juga penasaran.

"Pertanyaan bodoh!" maki Raven sembari memutar bola mata.

"Lo cuma perlu jawab pertanyaan gue!" tekan Luciana tegas. "Sebelum sama Sapphire mungkin? Atau setelah sama Sapphire?!" lanjut gadis itu dengan senyum miring.

"Nah, mampus!" Fika mengompori dengan seringai licik.

"Nggaklah!" jawab Raven santai. "Kalian berdua bikin pacar gue overthinking!" decaknya. "Sayang, nggak usah dengerin mereka. Mereka berdua itu cewek setan yang suka merusak hubungan orang lain. Putus kita kalau dengerin mereka!" Raven memeluk Sapphire gemas dan mengusap-usap punggungnya.

"Tapi kamu nggak bohong, kan?" tanya Sapphire memastikan.

"Kita udah pernah bicara soal ini, Sayang." jawab Raven mengingatkan lantas mencubit hidung Sapphire.

"Nggak percaya!" ringis Luciana.

"Tapi aku percaya sama Raven kok, Kak." kata Sapphire menengahi.

"Oh iya?"

"Heum,"

"Makasih, Sayang." Raven mengeratkan pelukannya dan menyeringai licik pada kedua gadis di depan mereka tanpa sepengetahuan Sapphire.

Luciana dan Fika hanya memutar bola mata lalu mendengkus. Raven masih aman-aman saja hingga kini.

"Sayang, aku pengin makan." ucap Sapphire manja. "Kamu mau makan apa?"

"Mie ayam?" Raven tidak yakin dengan pilihannya.

"Iya, itu aja. Nanti kita makan berat di mal."

"Heum," Raven mengangguk setuju. Kemudian memanggil pegawai kantin untuk memesan makanan.

"Kalian mau pergi?" tanya Fika.

"Kayaknya sibuk banget," Luciana melanjutkan.

"Iya," jawab Sapphire. "Habis ini kami mau ke butik."

"Mau tunangan kalian?" tebak Fika asal.

"Aku mau makan malam di rumah sepupu aku. Jadi kami mau beli dress."

"Sama Raven?"

"Aku aja. Raven temenin aku beli dress."

Luciana melirik Raven. Mereka memiliki waktu bersama selama Sapphire sibuk.

Setelah kondisi Luciana membaik, mereka belum melakukan kegiatan terlarang itu lagi. Luciana bersedia dalam waktu dekat, dan sepertinya Raven akan datang padanya.

"Sibuk banget kamu akhir-akhir ini," komentar Luciana.

"Iya, soalnya sepupu aku baru pulang. Udah hari yang lalu aku pergi main sama Kak Rasya."

"Namanya Rasya? Ganteng?" tanya Fika dengan mata keranjang.

"Ganteng. Kakak mau? Nanti aku kenalin sama Kak Rasya."

"Boleh,"

"Lo udah punya pacar anjir!" maki Luciana.

"Sekarang lagi break,"

"Lagi?" Raven meringis tidak habis pikir.

"Kami udah puas bercinta selama weekend. Waktunya break lagi. Nanti kalau udah kangen balikan lagi. Tapi bolehlah cari yang lain selama break." jelas Fika santai.

"Kakak aku baik. Nggak jadi deh. Aku nggak mau kalau Kak Fika mainin perasaan kak Rasya." tolak Sapphire berubah pikiran.

Luciana dan Raven tertawa kencang. Sedangkan Fika cemberut pura-pura sedih. Sapphire sangat serius tadinya ingin mengenalkan keduanya.

Setelah makanan mereka datang, keempatnya melanjutkan obrolan random dan santai. Beberapa kali gelak tawa dari meja mereka terdengar renyah.

Isaac dan Owen datang saat mereka sudah selesai makan. Kedua lelaki itu langsung memesan makanan. Keduanya baru menyelesaikan kelas terakhir.

"Mau ke mana? Kita baru datang," ucap Isaac saat Raven dan Sapphire bersiap-siap pergi.

"Cabut duluan," jawab Raven. Adu tos dengan Isaac dan Owen meskipun kedua lelaki itu berusaha menahannya.

"Duluan, Kakak-kakak." ucap Sapphire menambahkan sambil melambaikan tangan.

"Mereka mau ke butik," jelas Luciana.

"Bentar lagi bisa," Owen memutar bola mata.

Keputusan Sapphire dan Raven sudah bulat. Mereka tetap duluan pergi. Melambaikan tangan dan melangkahkan ringan.

Raven merangkul Sapphire menuju parkiran. Sapphire berseri-seri, Raven akan memilih gaun untuknya.

***

Jakarta, 18 Februari 2024

Baca duluan novel ini di Karyakarsa

Di Karyakarsa lengkap versi adult!


Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 178K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
1.1M 50.6K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
388K 29.7K 29
"if you want her, earn her."
6.6M 332K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...