Rigala

sealla_ tarafından

570K 58.9K 3.1K

note: jumlah kata setiap chapter akan terus bertambah seiring berjalannya cerita. __________________________ ... Daha Fazla

Prologue ~~
Chapter one ~~
Chapter two ~~
Chapter three ~~
Chapter four ~~
Chapter five ~~
Chapter six ~~
Chapter seven ~~
Chapter eight ~~
Chapter nine ~~
Chapter ten ~~
Chapter eleven ~~
Chapter twelve ~~
Chapter thirteen ~~
Chapter fourteen ~~
Chapter fifteen ~~
Chapter sixteen ~~
Chapter seventeen ~~
Chapter eighteen ~~
Chapter nineteen ~~
Chapter twenty ~~
Chapter twenty one ~~
Chapter twenty two ~~
Chapter twenty four ~~
Chapter twenty five ~~
Chapter twenty six ~~
Chapter twenty seven ~~
Chapter twenty eight ~~
Chapter twenty nine ~~
Chapter thirty ~~
Chapter thirty one ~~
Chapter thirty two ~~
Chapter thirty three ~~
Chapter thirty four ~~
Chapter thirty five ~~
Chapter thirty six ~~
Chapter thirty seven ~~
Chapter thirty eight ~~
Chapter thirty nine ~~
Chapter forty ~~
Chapter forty one ~~
Chapter forty two ~~
Chapter forty three ~~
Chapter forty four ~~
Chapter forty five ~~
Chapter forty six ~~
Chapter forty seven ~~
Chapter forty eight ~~
Chapter forty nine ~~
Chapter fifty ~~
Chapter fifty one ~~
Chapter fifty two ~~
Chapter fifty three ~~
Chapter fifty four ~~
Chapter fifty five ~~
Chapter fifty six ~~
Chapter fifty seven ~~
Chapter fifty eight ~~
Chapter fifty nine ~~

Chapter twenty three ~~

9.5K 1K 39
sealla_ tarafından

vote nya?

Hari sudah pagi, tapi Rigal belum juga beranjak dari tempat tidurnya. Semalam, Rigal benar-benar menginap disana.

Dan alasan Rigal belum juga beranjak karna mimpi yang menganggu. Si bodoh Rigal menyuruh Elvian kembali pada UL geng untuk dirinya.

Tapi Elvian enggan, toh saat ini juga dirinya bukan lagi bagian dari UL geng tapi masih bertanggung jawab pada semuanya kan?

Rigal 'asli' benar-benar bocah tidak tau diri. Dia sudah membawa dirinya(Elvian) hidup lagi. Menyuruhnya mengatasi masalah yang ditinggalkan, juga musuh keluarga dan geng yang berterbaran dimana-mana. Lalu sekarang?

Sial!

Padahal jika Elvian mati, dia bisa bertemu dengan ibunya di surga?

Di surga?

Entahlah, Rigal- Elvian ragu kalau dia benar-benar di terima disana. Tapi yang jelas, jika dia tidak hidup ditubuh Rigal, dia tidak akan merepotkan dirinya untuk mencari satu persatu musuh Adinata juga UL geng.

Sedang bergulat dengan pikirannya, suasana ramai tercipta diluar sana. Rigal mengerutkan keningnya, lalu menghela nafas.

Pengganggu sialan!

Beranjak dengan malas dan berjalan keluar.

Sedangkan diluar, Ares, Althan, Fei, Riku, Angga, Jun, dan Sergio tengah beradu mulut.

Mereka adalah bocah tengil diantara bocah tengil lainnya. Hanya kurang kehadiran Andra, mereka sudah pantas disebut bokem geng.

"Sialan lo Fei! jangan main curang dong anjing!" Seru Althan tak terima.

"Bener tuh! jangan curang dong!" Jun dan Sergio dengan serempak berseru membenarkan Althan.

"Heh curut! kalah mah kalah aja kali." Balas Ares sinis. Dia kelompok Fei, jadi dia harus membela Fei.

"Nggak bisa lah! Fei curang tadi.. lo kan liat sendiri, masa lo belain Fei sih!" Ujar Jun pada Ares.

Ares tersenyum lebar. "Siapa yang nggak mau makan dua porsi?" ujarnya tengil.

Sergio berdecih sinis. "Yaudah sana! makan aja tuh makanan haram.. biar perut lo sakit perut sampe melilit terus mati!"

Ares melotot. "Brengsek lo! kok ngomong nya gitu sih?!" Kesal Ares.

Sergio mengangkat bahunya acuh. "Bodoamat!"

"Gini aja deh, mending lo semua jangan makan makanan ini, nanti sakit perut. Biar gue aja yang ngabisin.. secara kan gue nggak ikutan ribut" Riku dengan bangga maju mencoba menengahi.

Plak

Plak

Plak

Plak

Plak

Ares, Althan, Fei, Jun, Angga juga Sergio menggeplak kepala Riku.

"KAMPRET LO SEMUA!" teriak Riku saat merasakan kepalanya berputar.

"Gue juga nggak ribut tuh! tapi nggak kaya lo yang mencari kesempitan dalam kesempatan!" Ujar Angga sambil bersedekap dada.

Riku mendengus. "Dasar bocah-bocah brengsek!" Umpat Riku lirih.

"NGOMONG APA LO?!" Teriak semuanya.

Riku menggeleng panik. "Nggak nggak! gue nggak ngomong apa-apa sumpah!"

Aidan, Lion, Sadeva, Zoire, dan semua anggota UL hanya menatap mereka dengan malas. Sudah menjadi rutinitas semenjak masuknya Aidan dkk ke UL.

"Brisik!" Rigal menatap mereka semua dingin. Tatapan kosong dan suram itu membuat anggota terdiam kaku ditempatnya masing-masing.

"Bubar!" Ujar Rigal lagi. Ditangannya sudah ada belati serbaguna miliknya. Siap mendarat kemana saja jika tidak segera dituruti.

Anggota yang melihat tanda bahaya dengan cepat berlari terbirit-birit menjauh dari jangkauan Rigal. Hingga ruangan yang tadinya diisi keributan menjadi hening dan tenang.

Rigal menghembuskan nafas pelan sambil memasukan belatinya ke dalam celana, dan berjalan kembali ke arah ruangannya.

'Dasar bocah!'

***

"Bang Lion! ngapain nih kita? masih pagi begini" Bima- anggota bertanya dengan bingung. Mereka semua berkumpul didepan markas setelah diusir oleh Rigal.

Posisinya masing-masing, ada yang jongkok, duduk, kayang, dan ada juga yang tiduran dijalan.

Mereka semua persis seperti gembel.

"Kita tawuran aja yuk!" Ajak Ares antusias.

Lion mendelik. "Sana! pulang-pulang abis lo sama Mada!" tukasnya sinis.

Ares menyengir. "Canda elah"

Lion menatap Bima. "Lo ada saran nggak?" Tanya Lion.

Bima mengangguk. "Biasanya gue kalo pagi olahraga sih.. jalan santai gitu sampe satu jam"

Lion mengangguk. "Karna tanggung jawabnya sekarang sama gue, gue putusin kita jalan santai muterin jalan."

"Setuju nggak?" Lanjutnya.

"Setuju. Pimpin bang" Sadeva bersuara.

"Gue jalan dibelakang. kata Mada, pemimpin harus berada dibelakang buat ngawasin dan jamin semuanya aman. Jadi yang kecil-kecil jalan didepan gih, gue Zoire, Xion sama Deva dibelakang jaga kalian." Penjelasan Lion membuat beberapa anggota berdecak kagum.

"Bang Mada selain keren ternyata bijak dan pinter juga ya?" Celetuk Fei karna lagi-lagi merasa rendah.

"Mada emang paling keren sedunia!" Ujar Ares bangga.

Para anggota mendengus. "Kok lo yang bangga?" Tanya Sergio tak mengerti.

"Ya bangga dong.. Mada kan sohib sejati gue"

"Sohib sejati?! pernah tidur bareng nggak?!" tanya Sergio ambigu.

"T-tidur bareng gimana?" Tanya Jun gagal paham.

Para anggota dengan serius menatap Sergio. Pikiran mereka salah kan?!

"Y-ya tidur bareng.. " gugup Sergio karna di tatap sedemikian rupa oleh semua anggota UL.

"Terus gimana rasanya? sakit nggak?" Tanya Zoire penasaran.

Sergio menggaruk pipinya. 'Kok nanya rasa sama sakit sih? emang tidur bareng plus pelukan bisa bikin sakit ya?' batin Sergio bingung.

"Enggak sakit, malah enak banget" Pelukan Rigal memang enak kok, rasanya hangat dan nyaman menurut Sergio. Jadi pertanyaan Zoire tadi tidak Sergio ambil pusing dan menjawabnya dengan tenang.

Semua anggota UL syok dibuatnya. Pemikiran mereka berbeda dengan maksud Sergio.

Mereka mengira Sergio nganu dengan Rigal, karna kata-katanya yang benar-benar terdengar ambigu ditelinga.

"Berapa kali?" Tanya Celo ikut penasaran.

Sergio berpikir. Rigal selalu menginap dan memeluknya saat tidur, jika dihitung 2 tahunan berarti sudah banyak hitungan nya.

"Gue nggak ingett berapa kali. Yang jelas udah dari 2 tahunan lalu"

Mereka lagi-lagi syok.

Lion berdehem. "Siapa yang mulai duluan?"

"Bang Mada duluan sih.. kan AC dingin, jadi bang Mada butuh yang anget gitu.. Dan ya, badan gue pas katanya" badan Sergio termasuk kecil jika dipadukan dengan Rigal. Jadi tentu pas ketika dipeluk saat tidur.

Mereka semua merasa raganya melayang.

Bruk

Xion pingsan dengan tidak elite. Dia terlampau syok mendengar ungkapan Sergio.

Jadi selama ini.. jadi selama ini mada..... mada belok?!

Mereka abai dengan Xion, dan terus menatap Sergio dengan serius. Ingin tau lebih lanjut cerita awalnya.

"Pake pengaman nggak?" Tanya Riku yang sedari tadi hanya mendengarkan.

Pengaman? memang pelukan butuh pengaman ya? pikir Sergio bingung.

Sebelum menjawab pertanyaan Riku, pertanyaan Aidan giliran membuatnya syok.

"Lo nggak hamil?"

Sergio terdiam kaku, setelah konek dia menatap semua anggota UL dengan wajah merah antara malu dan kesal.

"LO SEMUA SALAH SANGKA ANJING! BANGSAT! BABI! GUE NGGAK BELOK! MAKSUDNYA NGGAK GITU SIALAN!"

***

"Makasih ya Mada!" Ujar Arseno sambil tersenyum manis.

Hari sudah siang, dan Rigal memutuskan untuk menjenguk Arseno dirumah sakit. Tapi sekarang, nampaknya ia menyesal. Lihatlah sekarang, Arseno terus berterimakasih kepadanya hingga membuatnya jengah.

"Mada, makasi-"

"Brisik" potong Rigal cepat.

Arseno tersenyum lagi. "Maaf.."

"Ohiya.. kok kamu bisa sampe kesana?" Tanya nya penasaran.

Rigal menggeleng.

Arseno mengerucutkan bibirnya. "Jawab dong!"

Rigal menghela nafas. "Buat lo"

Mendengar itu, Arseno tidak bisa lagi menahan senyum manis miliknya. "Kok buat aku? maksudnya kamu kesana buat aku, gitu?"

Rigal mengangguk. Bagaimana pun juga Arseno adalah orang yang berada dibawahnya. Tidak ada yang berani menyakiti orang-orang yang berdiri dibawahnya.

Apalagi walau tangguh, Arseno nampak seperti kaca yang mudah pecah. Alasan Andra yang tengil dan bar-bar terlihat lembut dan kalem didepan Arseno karna tidak mau membuat abangnya ini sakit hati dan sedih.

Dan walau pendiam, Arseno juga sebenarnya pengamat yang cukup baik. Buktinya kemarin saat diculik oleh orang tak dikenal, Arseno selalu membuat tanda sos disemua cctv yang dilewatinya tanpa cacat. Jadi itu juga alasan Rigal mudah mencari mereka.

Rigal berdehem sebagai jawaban.

"Jadi adik aku yuk!!" Seru Arseno semangat.

Rigal berkedip. Jadi adik katanya?!

"Gak" tolak Rigal mentah-mentah

"Kenapa?" Lirih Arseno sedih.

Rigal menghela nafas lalu mendekat ke brankar Arseno.

Puk

"Kecil. Lo kecil." Tekan Rigal setelah menggendong Arseno.

Badannya kecil, dan alasan dipilihnya dia jadi ketua UL pun karna rasa tanggung jawabnya yang paling besar. Bukan semata-mata karna dia kuat.

Di UL geng, semuanya sama. Hingga Elvian akhirnya mau kembali menjadi anggotanya.

Arseno menghela nafas lelah. "Aku emang kecil dibanding kamu, tapi di UL? tinggiku rata-rata disana!" Ujar Arseno tak terima.

Rigal mengangguk. Benar juga.

"Tolong antar aku ke ruang Andra, Mada!"

Rigal mengangguk lagi lalu berjalan dengan Arseno digendongannya. Rigal- Elvian entah mengapa suka menggendong bocah-bocah kecil seperti sekarang sejak dirinya masuk ke tubuh Rigal.

Mungkin naluri Rigal asli yang suka bersentuhan fisik dengan semua anggotanya. Jadi Elvian, yang sebenarnya benci, mulai terbiasa.

"Abang!" Seruan Andra membuat Arseno yang berada digendongannya tersenyum lebar.

"Adek nggak papa kan?" Tanya Arseno lembut.

Andra menggeleng. "Andra nggak papa kok, Andra juga udah sehat"

Arseno tersenyum manis. "Syukurlah. Tapi adek harus istirahat lagi, ayo Mada, kita kembali"

Rigal mengangguk lalu pergi. Andra pun tersenyum lebar pada kakaknya. Menunjukkan dirinya sudah sangat baik.

"Sialan! bangsat! brengsek! awas aja kalo ketemu penculik waktu itu, gue bakal bejek-bejek mukanya sampe hancur! ... Liat tuh, Abang gue yang lemah lembut jadi bonyok kaya gitu anjing... nggak terima gue!" Seru Andra menggebu-gebu sesaat Arseno dan Mada menghilang dibalik pintu.

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

1.1M 138K 27
Rafa, seorang pemuda pendiam, malas untuk berfikir dan tak punya banyak teman, harus menempati tubuh baru seorang Figuran yang haus akan kasih sayang...
1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
813K 75.6K 62
Dion Aprizal adalah seorang artis yang menyadari bahwa dia masuk kedalam novel yang terakhir dia baca sebagai pemeran figuran yang bahkan tidak perna...
423K 37.4K 20
Cerita ini berkolaberasi dengan penulis handal @Higan_cha. kalian wajib mampir di lapaknya. ( Up satu hari sekali, paling lambat 2 hari sekali ) Seor...