REDFLAG

By iLaDira69

67.9K 5.5K 873

Sapphire sangat mencintai Raven. Pria itu treat Sapphire like a queen. Hubungan mereka sangat sempurna. Namun... More

PROLOG
REDFLAG - 1
REDFLAG - 2
REDFLAG - 3
REDFLAG - 4
REDFLAG - 5
REDFLAG - 6
REDFLAG - 7
REDFLAG - 8 🔞
REDFLAG - 9 🔞
REDFLAG - 10 🔞
REDFLAG - 11
REDFLAG - 13
REDFLAG - 14
REDFLAG - 15
REDFLAG - 16
REDFLAG - 17
REDFLAG - 18
REDFLAG - 19
REDFLAG - 20
REDFLAG - 21
REDFLAG - 22
REDFLAG - 23
REDFLAG - 24
REDFLAG - 25
REDFLAG - 26
REDFLAG - 27

REDFLAG - 12 🔞

3K 161 15
By iLaDira69

Warning!

⚠️

🔞

⚠️

Sapphire tersenyum lebar sambil mengeratkan tangannya pada lengan Raven yang sedang memeluknya dari belakang. Dia menyipit memandang dinding transparan, hari mulai gelap dan lampu-lampu menerangi gedung.

Napas Raven terdengar kasar di tengkuk Sapphire. Lelaki itu terusik dengan gerakan Sapphire yang meskipun tidak kasar. Sapphire merasakan Raven sedang mencari posisi nyaman dan melanjutkan tidurnya.

Mereka ketiduran setelah selesai makan. Raven menghidangkan makanan lezat penuh cinta dan perhatian. Wajah Sapphire memerah, dia sangat bahagia. Perhatian Raven yang tulus menjebak perasaan Sapphire semakin dalam.

Sapphire memejamkan mata lagi, melanjutkan tidur indahnya bersama Raven. Namun, dia tidak mengantuk lagi. Sapphire memutar badannya dan memandangi wajah tampan Raven.

Raven sepertinya menyadari sedang diperhatikan oleh Sapphire. Dahinya menukik, terutama saat Sapphire membelai rambutnya. Raven mengeratkan pelukannya dan memajukan wajahnya.

Dengan mata terpejam, mengecup bibir Sapphire dengan lembut dan tepat. Gadis itu cekikikan, memeluk leher Raven dan membalas kecupannya sehingga tidak ada jarak di antara keduanya.

"Udah malam," bisik Sapphire serak dan manja.

Raven hanya berdeham tanpa melonggarkan pelukannya. Dia juga masih memejamkan mata. Napas kasarnya menimpa wajah Sapphire. Gadis itu membelai dagunya, terkikik merasa geli dengan napas dan wajah Raven yang menempel di wajahnya.

"Sayang, mau aku bikinin teh?" tawar Sapphire sambil mengangkat kepalanya. Mengelus-elus pipi Raven lalu melanjutkan, "Terus kita makan cake yang tadi dibeli. Aku udah lapar lagi." rengeknya.

Raven hanya berdeham tanpa membuka matanya. Sapphire menundukkan kepala dan mengecup pelipis lelaki itu dengan sayang.

"Mau?" tawar Sapphire sekali lagi. "Kamu udah lapar lagi belum?"

"Heum,"

Sapphire tersenyum lebar, dia bergegas bangun dari ranjang. Kalau hanya menyajikan teh, Sapphire bisa. Hanya perlu satu sachet gula dan kantung teh. Tidak perlu mengira-ngira takaran, semua sudah ada dalam kemasan.

Air panas selalu tersedia, Sapphire telah memikirkan apa yang harus dia lakukan. Menuang air panas ke dalam gelas lalu memasukkan gula dan kantung teh. Mengaduk rata hingga air berubah warnah.

"Sebentar lagi," Raven menahan pinggang Sapphire hendak turun.

"Kenapa?" Sapphire menoleh pada lelaki yang masih ingin bermalas-malasan tersebut.

"Nanti,"

Sapphire memekik, badannya melayang dan berakhir memunggungi Raven. Lelaki itu memeluk erat dari belakang layaknya Sapphire sebagai guling.

Sapphire cekikikan tanpa protes. Dia membiarkan posisi mereka seperti itu sampai Raven puas. Raven mengecup leher Sapphire, dia tidak mau menjauh dari gadis itu. Raven masih ingin bermalas-malasan bersama Sapphire.

Sapphire mengerutkan dahi, sepertinya Raven kembali tidur. Terdengar napasnya teratur dan lengannya mengendur. Sepertinya Raven masih sangat mengantuk.

Sapphire tidak menyadari bahwa Raven beberapa hari ini sangat sibuk dengan teman kencannya dan setiap malam begadang sehingga dia kurang tidur.

Dengan cara menahan Sapphire seperti ini, gadis itu tidak rusuh dengan memaksa Raven bangun untuk minum teh dan makan cake.

Tentu saja memeluk Sapphire sangat manjur. Raven bisa melanjutkan tidur, dan Sapphire tidak berani mengganggu.

Dia setia menunggu Raven bangun sekitar satu jam kemudian. Bosan menunggu, Sapphire juga akhirnya ketiduran.

Barulah Raven sadar hari sudah malam. Lenguhan dan gerakannya membangunkan Sapphire. Gadis itu juga menggeliat dan Raven mengeratkan pelukannya secara spontan.

"Sayang, kamu ngantuk banget ya?" tanya Sapphire penuh perhatian.

"Heum," jawab Raven serak. Menumpu dagunya pada bahu Sapphire dan membiarkan posisi mereka tanpa jarak.

Sapphire mengerucutkan bibirnya, "Kamu kecapean kuliah kemarin? Kelasnya sampai sore, kan?"

"Heum," Raven hanya berdeham.

Sapphire memeluk lengan Raven yang melingkari tubuhnya. "Aku tidur di sini ya, supaya kamu nggak capek nganter aku pulang,"

Raven meringis, mengecup pipi Sapphire gemas dan menggoyang-goyangkan badan mereka. "Badan aku udah seger lagi," katanya menolak secara halus.

"Kita mau minum teh lagi," Sapphire mengingatkan dan protes.

Lelaki itu mengambil ponsel dari atas nakas dan menyalakan layarnya. Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. "Masih sempet,"

"Yaudah, aku bikinin teh sekarang ya?"

Gadis itu menggeliat sehingga dekapan erat Raven longgar. Sapphire memandang Raven dengan posisi telungkup dan kepala terangkat. Mengecup pipi Raven lalu beranjak dari tempat tidur.

Senyum Raven lenyap setelah Sapphire keluar dari kamar. Dia juga bangun dan beranjak ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya sembari menunggu Sapphire menyiapkan teh dan cake.

Raven tahu Sapphire membutuhkan waktu sedikit lama untuk menyiapkan hidangan yang meskipun hanya sedikit saja.

Lihat saja, Raven sudah selesai mandi tetapi Sapphire baru selesai mengangkat teh dan gelas ke ruang tamu.

Raven hanya mengenakan celana pendek tanpa atasan. Menggosok rambut dengan handuk sambil berjalan menuju dapur.

Sapphire sedang sibuk memotong cake. Meskipun hati-hati tetapi potongan kuenya tidak presisi. Sekarang jauh lebih baik dari awal hubungan mereka, gadis itu sangat payah.

"Sayang, aku udah pinter potong cake, kan? Lihat ini, udah sama ukurannya." kata Sapphire pamer dengan bangga.

Raven terkekeh dan mengecup pipi Sapphire, gadis itu merasakan sensasi dingin dari bibir Raven. "Sempurna!" puji Raven.

Tentu saja Sapphire sangat tersanjung. Dia membalas kecupan Raven di bibir, lalu mengelap meja dari remahan cake.

Raven sedang mengisi air putih ke dalam gelas tinggi. Dia mengisi penuh setengah meminum setengah.

Sapphire membawa cake ke ruang tamu, dia juga memilih film yang akan mereka saksikan sembari makan cake. Beberapa judul film dia lewati, mencari yang menarik.

Film Disney live action yang baru-baru ini viral. Sapphire dan Raven sudah menyaksikannya awal tayang, tetapi dia sangat menyukainya sehingga ingin menyaksikan lagi.

"Enak banget," gumam Sapphire sambil menikmati cake kesukaannya. "Sayang, aakk ...," Sapphire menyuapi Raven.

Raven menurut saja, menerima suapan lalu pandangannya beralih pada layar televisi berukuran besar yang menempel pada dinding.

Setelah kenyang, Sapphire mengangkat kedua kakinya ke sofa dan menyandar pada Raven. Melingkari kedua lengannya pada tubuh lelaki itu sambil tersenyum lebar. Selanjutnya mereka fokus menonton sambil berpelukan.

"Sayang, aku pengin tinggal bareng kamu," ucap Sapphire tiba-tiba sebelum film berakhir. Entah mendapatkan ide dari mana ingin tinggal bersama Raven.

Raven terkejut dan berhenti membelai kepala Sapphire, namun dia hanya mengerutkan dahi sambil menunduk memandang gadisnya. "Kamu punya rumah,"

"Tapi aku pengin sama kamu,"

Lelaki itu tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. "Kita bertemu hampir setiap hari,"

Sapphire mengangguk kepala. "Aku suka apartemen kamu. Aku pengin tinggal di sini. Boleh ya, Sayang? Satu bulan aja dulu."

Mencubit hidung Sapphire gemas tanpa menunjukkan reaksi penolakan yang berlebihan. Raven lebih senang menggunakan cara mulus yang pada akhirnya benar-benar mengubah pandangan Sapphire.

"Kalau Mama atau Papa tiba-tiba datang ke sini, langsung dikawinin kita,"

"Hah, serius?" tanya Sapphire terkejut.

"Iya," Raven bergumam manja. Mengetatkan pelukannya pada Sapphire sambil menggoyang-goyangkan badan mereka.

"Kalau begitu, kamu tinggal di rumah aku." usul Sapphire dengan ide cemerlang yang tiba-tiba melintas di kepalanya.

"Om kamu bakal ngebunuh aku," Raven melanjutkan. Bahwa tidak ada kesempatan untuk mereka tinggal bersama.

"Emang separah itu ya?" Sapphire mengerutkan dahi. "Tapi Mas Biru sama Mbak Violet tinggal bareng." gumam gadis itu tidak mengerti di mana perbedaan yang membuat hubungan mereka menjadi lebih rumit.

Sapphire menyebutnya kerabat. Biru dan Violet sepasang kekasih yang tinggal bersama di apartemen. Sapphire mendapatkan ide itu dari mereka. Jika sudah sama-sama cocok, apa salahnya tinggal bersama?

"Heum ...," Raven berpikir beberapa saat. "Nggak bisa disamain. Kalau orang tua mereka mungkin ngasih kebebasan sepenuhnya. Kalau aku nggak bisa. Kamu tahu sendiri kalau Mama dan Papa sering berkunjung ke sini. Kalau tiba-tiba mereka datang, kita nggak jadi lanjut kuliah."

"Kalau begitu, kita pindah apartemen aja. Ini biarin kosong sementara waktu. Kalau om dan tante datang, kamu balik ke sini."

Raven tertawa lebar. Tidak habis pikir dengan permintaan kekasihnya tersebut.

"Katanya hari ini mau nginap di sini, jadi kan?" tanya Raven untuk mengalihkan perhatian Sapphire.

"Iya, tapi aku nggak bawa baju ganti."

"Besok pagi-pagi kita ke rumah kamu, atau nggak mampir ke butik."

"Besoknya pulang ke rumah aku terus ngambil baju-baju aku?" tanya Sapphire masih berusaha mendapatkan persetujuan dari Raven untuk tinggal bersama.

Raven terkekeh, "Nanti aku nginap di rumah kamu, terus kamu juga boleh nginap di sini. Gimana?"

Raven tahu, euforia itu hanya impulsif, setelah beberapa waktu berlalu, Sapphire akan bosan dan memilih tinggal di rumahnya sendiri.

Namun, untuk menghindari masalah, karena Raven juga khawatir bila Sapphire betah tinggal bersamanya sehingga kebebasannya terenggut. Dia memilih memberikan opsi lain seperti masa percobaan alias trial.

"Yaudah kalau begitu," seperti yang diharapkan Raven, Sapphire mengubah keputusannya tanpa perdebatan panjang yang membuang-buang tenaga.

"Okay, Sayang!" Raven melempar senyum manis sambil mengecup bibir Sapphire.

Keduanya berciuman. Sapphire membalas kecupan itu dengan manis sembari mengelus pipi Raven.

Raven menekan Sapphire, meremas rambutnya sehingga ciuman mereka semakin intens.

Tangan Raven mulai bergerak di pinggang Sapphire. Membelai tubuh gadis itu dan meremas bokongnya. Gadis itu hanya merintih, dia fokus pada ciuman yang manis dan menuntut.

Raven merasa terpancing, dia sudah tidak bisa menahan diri. Raven beranjak dari sofa tanpa mematikan televisi yang masih menayangkan film. Membawa Sapphire ke kamar dan menjatuhkan tubuh mereka.

Sapphire tidak menolak. Dia meloloskan lenguhan tertahan, Raven sibuk di lehernya dan mengukir tanda-tanda kepemilikan.

"Sayang," Napas Sapphire pendek-pendek. Dia mulai tidak nyaman. Tangan Raven menyelinap dibalik blouse gadis itu, membelai apa yang dia gapai. Sapphire bergerak seperti cacing kepanasan dan berusaha menjauhkan tangan Raven dari dadanya, namun pada akhirnya yang dia lakukan adalah menekan tangan Raven tetap di sana.

***


Jakarta, 10 Februari 2024



Novel ini bisa dibaca duluan di Karyakarsa. Ada harga paket yang lebih murah dan ada juga harga satuan.




Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 331K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.4M 20.1K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.2M 62.8K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.3K 506 24
[ON GOING] Alby Madava salah satu pelajar dari sekolah ternama Nusantara Highschool, ia adalah emas bagi sekolahnya. Berbagai kejuaraan sudah ia raih...