REDFLAG

By iLaDira69

68.6K 5.5K 874

Sapphire sangat mencintai Raven. Pria itu treat Sapphire like a queen. Hubungan mereka sangat sempurna. Namun... More

PROLOG
REDFLAG - 1
REDFLAG - 2
REDFLAG - 3
REDFLAG - 4
REDFLAG - 5
REDFLAG - 6
REDFLAG - 7
REDFLAG - 8 🔞
REDFLAG - 10 🔞
REDFLAG - 11
REDFLAG - 12 🔞
REDFLAG - 13
REDFLAG - 14
REDFLAG - 15
REDFLAG - 16
REDFLAG - 17
REDFLAG - 18
REDFLAG - 19
REDFLAG - 20
REDFLAG - 21
REDFLAG - 22
REDFLAG - 23
REDFLAG - 24
REDFLAG - 25
REDFLAG - 26
REDFLAG - 27

REDFLAG - 9 🔞

3.3K 176 33
By iLaDira69

Sapphire memutar badannya dan berjalan lunglai menuju pintu utama begitu mobil Raven hilang dari pandangannya. Dia menyemangati dirinya sendiri, Raven sedang sibuk Sapphire harus mendukung kekasihnya tersebut.

Lagi pula, Raven pergi bukan untuk bersenang-senang. Dia sedang bekerja untuk masa depan mereka. Perlahan senyum Sapphire terukir lebar, Raven adalah sosok pekerja keras.

Sapphire akhirnya bersenandung riang, langkahnya menjadi ringan. Mendorong pintu dan masuk ke rumah. Wajahnya berseri-seri, nanti Sapphire ingin mendengar cerita dari Raven, apa saja yang dilakukan lelaki itu hari ini.

"Kayaknya lagi senang banget,"

Langkah Sapphire mendadak berhenti. Dia menganga lebar, lalu menjerit kencang. "Kak Rasyaaaaa ...,"

Sapphire berlari menubruk lelaki itu dan memeluk kencang sambil tertawa bahagia. Kedua tungkainya melilit pada pinggang Lelaki itu. Lelaki yang dipanggil Rasya itu terkekeh dan membalas pelukan Sapphire tidak kalah erat.

Setelah puas berpelukan melepas rindu, Sapphire dan Rasya melonggarkan pelukan dan membuat jarak. Mereka saling berpandangan dengan senyum berbinar-binar.

"Kakak kapan datang? Kakak nggak ngabarin," tanya Sapphire antusias.

Rasya terkekeh dan mengajak Sapphire duduk. Sapphire yang sangat antusias siap mendengarkan cerita Rasya, sepupunya yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya.

"Kakak baru kemarin malam sampai," jelas Rasya.

"Kakak sudah lulus beneran?"

"Sudah,"

"Wah, keren!" puji Sapphire. "Setelah ini Kakak kerja?"

"Iya,"

"Kakak nggak pergi-pergi lagi, kan?"

Rasya menggeleng sambil tersenyum kecil. "Nggak,"

Sapphire sangat puas mendengarnya, dia memeluk Rasya sekali lagi. "Kakak tinggal di sini aja. Aku kangen tahu! Lama banget kalau pergi. Aku nggak ada temen," Gadis itu mengerucutkan bibirnya dan Rasya tertawa sambil mengusap-usap bahunya.

"Kakak udah balik," bisik Rasya menenangkan.

"Tetap aja, kita nggak ketemu empat tahun!"

Rasya tertawa lebar, "Apa kegiatan kamu selama ini? Katanya kamu kuliah," tanya lelaki itu dengan penasaran.

"Iya, aku nggak punya kegiatan, nggak punya teman. Jadinya aku kuliah. Supaya nanti bisa kerja."

Rasya manggut-manggut dan bangga pada sepupunya tersebut. "Kamu gagal nikah ya?" ejeknya melanjutkan.

"Ih, itu nggak termasuk gagal tahu!"

"Termasuklah,"

"Aku, kan, nggak cinta sama Om Ganendra. Lagi pula, Om Ganendra udah menikah sama orang yang dia cintai. Udah ditungguin sepuluh tahun. Mereka udah punya anak kembar, tapi sekarang mereka di Itali."

"Oh iya? Sama Om Ganendra juga tinggal di sana?"

Sapphire menggelengkan kepalanya, "Bolak balik Italia. Om Ganendra kerjanya di sini, terus tiap bulan ke sana. Sibuk banget sekarang,"

"Serius?"

"Iya," jawab Sapphire membenarkan.

"Effort banget." ringis Rasya. "Kenapa nggak pindah ke sini?"

"Tadinya malah di Bali, terus tiba-tiba pindah ke Italia."

"Udah lama di sana?"

"Iya, udah lumayan. Pisah mulai Ibu Mauren hamil sampai lahiran,"

"Lumayan juga,"

"Iya," Sapphire mengangguk. "Makanya Om Ganendra sibuk banget. Dulu juga ke Bali tiap weekend ke sana."

Rasya manggut-manggut paham. "Terus kuliah kamu gimana?"

Wajah Sapphire berseri-seri bahagia, "Sekarang aku udah punya pacar tahu! Ganteng banget pacar aku. Lebih ganteng dari Kakak!" ucap Sapphire pamer sekaligus mengejek Rasya.

"Wah, Kakak ketinggalan info lagi," gumam Rasya pura-pura sedih.

Sapphire tertawa lebar, "Om aja belum tahu,"

"Kamu nggak ngasih tahu?"

"Om udah sibuk banget, jadi aku nggak mau ngerepotin. Terakhir aku cuma bilang punya teman."

"Di mana pacar kamu sekarang?"

"Baru aja tadi pergi habis nganterin aku. Pacar aku rajin kerja. Sering temenin Om Hadi kerja kalau datang ke sini."

"Orang mana?"

"Bandung."

"Udah kenal orang tuanya?"

"Sudah. Baru weekend lalu kami ke Bandung."

"Nanti kenalin pada Kakak." ucap Rasya.

"Siap!" Sapphire mengangguk semangat. Tidak sabar mempertemukan kedua lelaki itu.

Sapphire dan Rasya mengobrol panjang lebar, melepas rindu dan sesekali mengingatkan masa lalu.

***

Raven baru saja selesai bersih-bersih dan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk milik Luciana.

Hari sudah gelap, tetapi Raven belum pulang. Dia memang tidak memiliki niat pulang, lagi pula besok tidak memiliki janji apapun dengan Sapphire.

"Masih sakit?" tanya Raven sambil memakai kaos menghadap Luciana yang masih terbaring di tempat tidur hanya menggunakan selimut menutupi tubuhnya.

Luciana tidak menjawab, dia memejamkan mata dan mengacuhkan Raven.

Raven terkekeh dan bergabung di tempat tidur. "Lo masih marah?"

Luciana tetap diam.

"Mau makan apa? Gue udah lapar." Raven menambahkan. "Lo mau gue mandiin? Tapi nggak janji lo bisa selamat."

"Bajingan!" maki Luciana menggeram.

Tawa Raven pecah, tidak sedikit menunjukkan rasa empati atau merasa bersalah telah membuat kondisi Luciana terbaring menyedihkan. Raven meremas bokong Luciana dengan gemas. Gadis itu mendengkus, dia kesal pada Raven yang tidak memberikan waktu istirahat padanya.

Luciana terpaksa tidak masuk kuliah besok. Dia tidak sanggup berjalan dengan kondisi bagian bawahnya lecet-lecet dan perih.

Raven memesan makanan lalu dahinya menukik saat ponselnya berdering panggilan telepon dari Sapphire.

Lelaki itu meringis dan melirik Luciana di samping. Tidak ada reaksi yang ditunjukkan oleh gadis itu, sama seperti biasa saat mereka bersama.

Raven beranjak dari tempat tidur menuju meja belajar. Barulah menghubungkan sambungan telepon dan mulai berakting.

"Hallo, Sayang." sapa Raven ramah.

"Sayang, kamu udah pulang belum?" tanya Sapphire dengan manja.

"Barusan banget, Yang," jawab Raven sambil menghela napas panjang, pura-pura kelelahan setelah aktivitas panjang.

"Sayang, kamu capek banget ya?" Sapphire merasa tidak tega membiarkan Raven kelelahan sendirian.

"Lumayan, tapi ini masih awal-awal." elak Raven santai.

"Tadi gimana? Lancar kerjanya?"

"Iya, lancar, Sayang. Kamu ngapain hari ini?" Raven segera melempar pertanyaan agar Sapphire tidak bertanya-tanya tentang kegiatannya hari ini.

Meskipun kegiatan Sapphire pastinya membosankan, hanya bermalas-malasan di rumah seorang diri.

"Tadi aku makan di luar sama Kak Rasya." jawab Sapphire dengan semangat.

"Rasya?" Raven mengerutkan dahi. Lalu menoleh pada Luciana yang sedang berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi.

"Itu lho, sepupu aku."

"Kuliah di Jerman?"

"Iya, Sayang. Kak Rasya udah pulang. Tadi pas kamu nganterin aku, dia udah di rumah. Terus hari ini kita ngobrol banyak banget. Soalnya aku kangen banget sama dia."

"Terus kamu di ajak makan di luar?" tanya Raven serius.

"Heum, soalnya udah lama nggak makan sama kak Rasya. Kami tadi bubur ayam. Baru aja kak Rasya pulang."

Raven manggut-manggut tanpa merespon dengan suara, tetapi Sapphire tidak menyadarinya karena dia fokus dengan euforia kedatangan Rasya.

"Sayang, besok kan aku nggak kuliah. Tadi kak Rasya ngajakin aku besok main. Aku boleh pergi sama kak Rasya besok?" tanya Sapphire berharap.

"Ke mana besok?"

"Mau ke Dufan. Udah lama nggak ke Dufan sama kak Rasya."

"Dari pagi?"

"Iya, sampai sore." jelas Sapphire. "Kamu besok kuliah, aku nggak masuk. Boleh ya?" pinta Sapphire sekali lagi.

Raven berdeham panjang, berpikir pelan-pelan. Sapphire menunggu harap-harap cemas. Dia hanya mau memberitahukan saja pada Raven, tetapi perasaan Sapphire sedikit terganggu jika Raven tidak setuju.

"Iya, boleh."

Sapphire menjerit bahagia di seberang sana. "Makasih, Sayang!" ucapnya.

"Besok hati-hati ya?"

"Iya, Sayang. Oh iya, Sayang, Kak Rasya mau ketemu kamu. Kamu ada waktu kapan?"

Raven meringis pelan, "Kapan aja bisa. Tapi besok aku pulang sore banget."

"Nanti aku bilang sama kak Rasya, kalau kamu ada waktu kita main ke rumah kak Rasya ya?"

"Boleh,"

"Makasih, Sayang." Sapphire kembali menjerit bahagia. "Sayang, kamu udah makan belum?"

"Belum. Barusan mau pesan makanan."

"Maaf, Sayang." Sapphire merasa bersalah telah mengganggu Raven memesan makanan meskipun tidak sengaja. "Sayang, pesen sekarang aja. Kamu mau makan apa?"

"Belum tahu, masih nyari."

"Gimana kalau kamu makan bubur ayam aja? Supaya kita samaan makanannya?" usul Sapphire semangat.

Raven terkekeh lalu meringis kecil. "Bubur ayam ya?"

"Heum," Sapphire menganggukkan membenarkan.

Raven melirik pintu kamar mandi, Luciana keluar dengan kondisi masih sama. Tertatih-tatih dan memegang paha dalamnya.

"Bubur ayamnya tadi enak?" tanya Raven sedikit lebih kencang, sekaligus kode untuk Luciana agar mereka makan bubur ayam.

"Enak banget."

Luciana mendengkus, menunjukkan ketidaksukaannya. "Ada pilihan lain?"

"Kamu nggak suka ya?" tanya Sapphire tiba-tiba merasa sedikit sedih.

"Nggak, Sayang." Raven meralat. "Makan buburnya nanti aja sama kamu. Sekarang mau makan yang lain."

"Burger?" Sapphire menyebutkan makanan kesukaannya. "Ayam?"

"Boleh,"

Gadis di seberang sana tampak bersemangat. "Kamu makan malamnya pakai ayam,"

"Oke, Sayang. Aku pesan dulu ya? Besok kami hati-hati perginya. Kabari aku,"

"Sayang, aku pengin temenin kamu makan." ungkap Sapphire dengan manja.

"Kamu belum ngantuk heum? Katanya tadi ngobrol panjang lebar, terus makan di luar."

"Udah sih, tapi bentar aja nggak apa-apa."

"Nggak boleh maksa begadang, Sayang. Sekarang kamu istirahat ya? Besok pergi pagi-pagi, kalau badan kamu nggak fit. Besok nggak seru mainnya."

Sapphire tampak berpikir keras dan setuju dengan perkataan kekasihnya tersebut.

"Yaudah, Sayang. Aku langsung istirahat." kata Sapphire akhirnya.

Raven menghampiri Luciana sedang berusaha mengenakan kaos oversize. Lelaki itu dengan iseng membelai tubuh Luciana, berakhir pada dadanya. Meremas dan memainkan sehingga Luciana mengancam akan berteriak.

"Selamat malam, Sayang. I love you." ucap Raven sebagai penutup.

"Love you too, Sayang." jawab Sapphire lalu panggilan mereka berakhir.

Raven melempar ponselnya asal dan fokus pada tubuh Luciana. Gadis itu mendorong Raven menjauh, tetapi Raven menahan tengkuknya.

"Raven maniac!" maki Luciana.

Raven tidak peduli, dia mendorong Luciana hingga berbaring dan menekuk kedua kakinya.

"Serius, Raven! Gue lapar, lo udah pesan makan belum?"

"Gue mau makan lo dulu!" jawab Raven.

"Jangan lebih dari itu!" Luciana membuat kesepakatan. Lelah seharian menyuruh Raven berhenti tetapi tetap batu.

"Gue nggak yakin!"

"Si anjing!" Luciana hanya bisa pasrah dan meringis. Badannya merinding kala Raven menyentuh bagian bawahnya. "Pacar-pacar lo yang lain bersedia lo tidurin sekarang. Jangan gue."

"Gue maunya lo!" Raven menegaskan. "Siap-siap lo sampai besok, gue nggak pulang."

"Dasar ngacengan!"

***

Jakarta, 31 Januari 2024

Baru sempet update 😌

Continue Reading

You'll Also Like

4.9M 179K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
2.5M 20.6K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
3.3M 178K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
216K 11.9K 27
[COMPLETED] "Kau adalah mate ku"-jungkook "Kau adalah mate ku"-taehyung "Apa maksud kalian"