Transmigrasi Jadi Sekretaris...

By mustika2601

589K 33.4K 1.1K

Bagaimana jadinya kalau kalian menjadi Alena yang tiba-tiba bangun ada di pertemuan rapat dan semua mata tert... More

Bab 1
Bab 2
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33

Bab 3

25.7K 1.4K 6
By mustika2601

"Ada apa pak?" Tanya Alena setelah masuk kedalam ruangan Mahesa.

"Saya ingin mengingatkan kamu, kalau ada perempuan yang ingin mendekati Saya, kamu harus segera mengusir mereka dan jangan biarkan mereka menyentuh saya." Jelas Mahesa yang duduk di kursinya.

Mahesa belum yakin kalau bukan dia sendiri yang mengingatkan Alena tentang ini, apalagi melihat Alena yang berani tidur saat dia menjelaskan dalam rapat. Dia takut kalau masalah yang sangat penting baginya akan di abaikan Alena.

Mahesa tidak mengerti pikiran perempuan seperti apa, karena dia tidak pernah dekat dengan perempuan.

"Emangnya kenapa sih pak?" Tanya Alena penasaran dan berjalan menuju Mahesa. Apalagi saat Alena melihat wajah takut dan rasa jijik dari Mahesa saat menyebutkan tentang perempuan.

"Jauh-jauh kamu dari saya." Ucap Mahesa langsung berdiri dan menghindari Alena saat melihatnya berjalan ke arah dia.

Alena melihat itu juga merasa heran, kenapa Mahesa begitu takut melihat dia berjalan kearahnya. Padahal dia tidak ada niat jahat ke Mahesa.

"Cepat keluar dan ingat apa yang harus kamu lakukan nanti disana." Lanjut Mahesa menatap Alena dengan tajam dan mendorong Alena dengan penggaris yang ada di mejanya menuju pintu.

Setelah mengusir Alena sampai keluar pintu, Mahesa kembali menutup pintunya di depan Alena yang hanya diam berdiri mematung.

Didalam ruangan Mahesa merasa lega setelah mengusir Alena.

Alena yang di usir oleh Mahesa kembali pulang ke kontraknya. Di setiap perjalanan saat keluar dari kantor Mahesa, Alena mendapatkan tatapan tajam dari karyawan yang ada di kantor Mahesa. Melihat itu Alena mengabaikannya, dia tetap berjalan ke halte bus untuk kembali ke kontrakannya sesuai dengan ingatan yang dia terima.

Melihat kontrakan kecil di depannya, Alena sedikit prihatin dengan nasibnya, walaupun sebelumnya dia tidak bekerja. Setidaknya dia tetap mempunyai biaya hidupnya sendiri dengan uang warisan yang di tinggalkan orang tuanya.

Masuk kedalam kontrakannya, ternyata tidak ada banyak perabotan di dalamnya yang ada hanya tikar kecil dan dapurnya pun masih bersatu dengan ruang tamunya.

Sesuai ingatan yang di terima Alena kalau Alena sebelumnya, baru dua bulan tinggal disini.

Alena sebelumnya merupakan seorang gadis yang tinggal di kampung dan pergi merantau ke kota. Alena sebelumnya juga memiliki orang tua yang masih lengkap dan juga memiliki adek laki-laki yang akan tamat SMA.

Mungkin ini maksud dari Alena sebelumnya kalau dia ingin merasakan keluarga lengkap lagi, tapi entah alasan apa yang membuat Alena sebelumnya dengan rela meninggalkan tubuh aslinya dan mengantikan dengan dia.

Masuk kedalam kamarnya, Alena merasa bersyukur melihat kamarnya begitu rapi dan juga bersih serta dekorasi kamarnya juga lumayan bagus.

Duduk di tempat tidurnya, Alena teringat dia yang akan pergi dengan Mahesa ke resepsi pernikahan nanti, Alena berjalan ke arah lemarinya untuk melihat pakaian yang cocok untuk dia pakai nanti malam.

"Kenapa gak ada pakaian yang cocok sih." Ucap Alena kembali duduk di tempat tidur dan melihat bajunya yang sudah berserakan di sekitarnya.

Mendengar bunyi handphonenya, Alena langsung mengangkatnya yang ternyata dari Gino.

"Saya ada di depan kontrakan kamu." Ucap Gino setelah Alena mengangkat telponnya dan langsung mematikan telponya.

Alena mendengar itu langsung keluar dari kamarnya dan pergi membukakan pintu untuk Gino.

Alena tidak heran dengan Gino yang tahu alamatnya, karena saat dia kerja di perusahaan dia diminta untuk mengumpulkan CV-nya dan juga persyaratan lainnya, sebagai persyaratan bekerja di perusahaan Mahesa.

"Ini buat kamu." Ucap Gino langsung menyerahkan paper bag ke Alena. "Disitu ada gaun, sepatu dan juga kosmetik yang mungkin kamu butuhkan untuk nanti malam saat pergi dengan bos." Lanjut Gino.

"Tapi pak, ini gak ada hubungannya dengan gaji saya nanti kan?" Tanya Alena ragu-ragu, takutnya nanti saat penerimaan gaji, gajinya akan di potong karena barang yang ada di tangannya.

"Gak ini perlakuan khusus untuk kamu sendiri, sebagai satu-satunya sekretaris perempuan bos." Ucap Gino.

Gino masih ingat bagaimana bos-nya tadi, tiba-tiba memberikan tugas yang diluar nalarnya, yaitu membantu Alena menyiapkan apa yang dia pakai untuk malam nanti yang buat dia kaget sementara, karena selanjutnya dia mendengar Mahesa berkata. "Perempuan yang harus pergi dengan saya harus sempurna, gak boleh ada kekurangan." Ucap Mahesa sebelum masuk kedalam mobil waktu itu dan membuat Gino memutar matanya males. Ternyata Mahesa tetap Mahesa yang ingin terlihat sempurna dalam hal apapun.

Gino memang sudah terbiasa  membantu Mahesa untuk menyiapkan keperluan pribadi Mahesa tapi itu beda, karena Mahesa laki-laki sedangkan Alena perempuan.

Menyiapkan apa yang akan di pakai Alena nanti malam, merupakan pekerjaan baru bagi Gino, untung ada pacarnya yang mau membantunya.

"Serius?" Tanya Alena menyakinkan.

"Hmm..." Dehem Gino yang sedikit kesal dengan bosnya yang selama ini selalu memerintahkan dia seenaknya. "Saya gak akan bercanda juga dengan kamu tentang ini." Lanjut Gino.

"Oke terimakasih pak." Ucap Alena yang tidak peduli dengan wajah Gino yang kesal. "Ayok masuk dulu pak." Lanjut Alena menwarkan Gino masuk kedalam kontrakannya.

"Gak usah, saya juga mau pergi." Balas Gino. "Lebih baik kamu siap-siap, karena sebentar lagi saya akan menjemput kamu dengan bos kesini." Lanjut Gino yang di jawab anggukan oleh Alena.

Malam harinya setelah Alena selesai siap-siap, dia melihat dirinya di cermin, dimana wajahnya juga sangat mirip dengan dirinya saat sebelum bertransmigrasi.

Alena memang terlihat cantik dari lahir, apalagi memakai gaun yang sangat mahal dan sangat pas di tubuhnya, membuat Alena tidak terlihat gadis dari kampung.

Mungkin bagi orang yang sudah kenal lama dengan Alena sebelumnya, akan tahu ada yang beda dengan Alena.

Keluar dari kontrakannya Alena sudah melihat ternyata sudah ada mobil mewah yang menunggunya yang diyakini Alena itu mobil Mahesa.

Dan benar saja, Alena melihat Gino yang menurunkan kaca mobilnya menyuruh dia untuk segara masuk.

"Masuk." Ucap Gino mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil setelah melihat Alena yang keluar dari kontrakannya.

Masuk kedalam Alena sengaja memilih duduk di depan dengan Gino, karena Alena juga sadar diri kalau Mahesa pasti tidak akan mengizinkannya untuk duduk di sampingnya.

"Maaf menunggu lama." Ucap Alena yang langsung meminta maaf setelah masuk, karena dia tidak tahu sudah berapa lama mereka menunggunya disini.

Melihat kearah belakang dia melihat Mahesa yang cuek dan fokus dengan laptopnya, serta mengabaikan ucapan Alena.

Melihat warna jas yang dipakai Mahesa malam ini ternyata sangat mirip dengan warna gaunnya, kalau mereka berdiri berdampingan mungkin orang lain akan salah paham melihat mereka dan mengira mereka sedang berpacaran.

"Kami juga baru sampai." Ucap Gino dan menjalankan mobilnya.

Sampai di tempat resepsi sebelum turun Gino kembali mengigatkan Alena. "Jangan biarkan perempuan mendekati bos dan satu lagi kamu tidak boleh menyentuh bos." Ucap Gino.

"Siap pak, saya paham." Ucap Alena yang sudah paham maksud Gino.

"Baguslah kalau begitu." Ucap Gino.

"Cepat." Ucap Mahesa yang tidak sabar ingin turun dari mobil.

"Maaf bos." Ucap Gino dan memberikan kado yang telah disiapkan ke Alena serta mengisyaratkan Alena untuk segera turun dari mobil.

Turun dari mobil sesuai peraturan yang Alena baca di file yang diberikan Gino, Alena membantu Mahesa untuk membukakan pintu mobilnya.

Setelah Mahesa turun, Alena langsung menghentikan langkahnya karena melihat Gino yang tidak ikut turun juga dengan mereka.

Mahesa yang merasa tidak mendengar suara langkah di belakangnya, melihat kembali ke arah belakang dan melihat Alena hanya berdiri diam.

"Cepat." Ucap Mahesa melihat Alena.

Alena mendengar suara Mahesa kembali mengikutinya.

"Pak Gino gak ikut sama kita masuk bos?" Tanya Alena.

"Buat apa saya harus mengajak dia." Ucap Mahesa. "Ayok cepat, saya tidak mau lama-lama disini." Lanjut Mahesa memerintahkan Alena.

Mendengar itu Alena dengan cepat mengikuti langkah Mahesa.

Sampai dalam gedung pernikahan, Alena langsung mendapatkan tatapan penasaran dari seluruh orang yang ada disana.

Alena yang baru pertama kali mengalami ini sedikit gugup dan melihat kearah Mahesa di sampingnya yang cuma memasang ekspresi datar dan tidak terpengaruh dengan orang lain melihatnya.

Baru Alena merasa tenang, Alena di kaget kan dengan Mahesa yang tiba-tiba berdiri di belakangnya.

"Lama tidak bertemu Mahesa." Ucap cewek cantik bertubuh seksi bernama  Tania.

"Jauh-jauh dari saya. Saya tidak kenal kamu, jangan sok dekat." Ucap Mahesa dingin melihat Tania. "Wajah kamu seperti badut." Lanjut Mahesa yang membuat Tania langsung terdiam dan pergi dengan kesal sambil menutup wajah malu, bagaimana tidak suara Mahesa tidak kecil jadi tamu yang berada di dekat mereka, pasti mendengarkan ucapan Mahesa.

Alena yang mendengar ucapan Mahesa berusaha untuk menahan tawanya, menurutnya perempuan tadi cukup cantik cuma make up nya aja yang sedikit berlebihan.

"Cepat jalan." Suruh Mahesa sekarang berdiri di belakang Alena. "Jangan biarkan perempuan lain mendekati saya lagi." Lanjut Mahesa.

Alena mendengar itu memutar matanya males, dia yakin setelah mendengar Mahesa menegur cewek tadi tidak ada yang berani mendekati mereka lagi.

"Saya kira kamu gak akan datang." Ucap pengantin laki-laki saat melihat Mahesa, temanya sendiri.

"Hmm..." Dehem Mahesa males dan menyalami temanya itu dan tidak pernah melihat kearah istri temanya.

"Selamat ya mbak." Ucap Alena yang melihat ada rasa canggung dari pengantin perempuan, ketika melihat Mahesa bersikap cuek.

Mendengar ucapan Alena, dia hanya tersenyum.

"Wow..., ini siapa?" Tanya pengantin teman Mahesa.

"Sekretaris saya." Balas Mahesa. "Saya mau pergi." Lanjut Mahesa yang tidak mau lama-lama lagi disini.

Mendengar ucapan Mahesa, Alena buru-buru pamit dan mengikuti langkah Mahesa. "Permisi, semua doa terbaik untuk kalian." Ucap Alena sopan dan pergi.

"Jangan merasa tersinggung, Mahesa memang seperti itu ke semua perempuan." Ucap teman Mahesa ke istrinya. "Saya cukup kaget, mendengar dia punya sekretaris perempuan." Lanjutnya.

Teman Mahesa tahu, kalau Mahesa tidak betah untuk lama-lama di tempat umum seperti ini, apalagi disini juga banyak perempuan. Makhluk yang selalu dihindari oleh Mahesa.

Sesuai dugaan Alena, setelah salah satu perempuan tadi mendekati Mahesa tidak ada yang berani mendekatinya lagi selama mereka berada di resepsi pernikahan.

Alena melihat banyak tatapan iri dari perempuan yang ada disini, karena Mahesa yang selalu berdiri di belakangnya seperti pengawal yang menjaga Alena, padahal Mahesa memanfaatkan Alena supaya tidak ada perempuan yang berani mendekatinya.

******

Semoga suka sama kelanjutan ceritanya.

Jangan lupa follow vote dan komennya.

Typo komen aja.

Continue Reading

You'll Also Like

168K 9.1K 82
Pag nahuhulog may nasasalo....... Pag may nahuhulog may nababasag din ...... ........................................................... Pano kaya pa...
KailAziel By amalia

Teen Fiction

60K 2.5K 10
[ Follow Sebelum Membaca -! ] Kaila Adelyn Anandyta, seorang gadis cerdas dengan sifat angkuh dan sombongnya. Kaila sangat di idolakan oleh para guru...
205K 9.2K 47
Do You Want to Touch My Fish Tail? 你想摸一下我的魚尾巴嗎 Author(s) 系辭上 Status in COO 47 chapters Completed Description The little mermaid Song Huai gets his he...