(End) My Posesif New Family

Par Night_yin

803K 39.8K 658

Menceritakan kisah seorang gadis kecil yang cantik nan imut yang memiliki segudang bakat tersembunyi di dalam... Plus

Bab 1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
Perkenalan
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
2.20
2.21
2.22
2.23
2.24 (end)

2.8

12.5K 592 6
Par Night_yin


Drap!...drap!..

Cklek!

"Baby?!"

Pintu kamar sang putri di buka kasar oleh duda lima anak itu. Raut wajah khawatir terukir jelas di wajahnya setelah mendapatkan info dari bodyguard yang ia perintahkan untuk menjaga anak anaknya itu memberitahu bahwa si bungsu Xender itu jatuh sakit.

"Dad?" Ucap kompak para putra yang sedang berada di kamar Lyra.

"Daddy?" Sapa lemah Lyra yang sedang tiduran di kasurnya.

Dayn pun bergegas berjalan ke kasur sang putri. Ia pun semakin khawatir ketika melihat wajah lesu Lyra.

"Baby apa yang terjadi hmm? Apa yang sakit?" Tanya khawatir Dayn.

"Ini" tunjuk Lyra pada perutnya.

Dayn yang melihat itu mempersepsikan bahwa putrinya itu keracunan makanan sehingga perutnya sakit.

"Keponakan ku tidak keracunan makanan" jawab santai Vans sambil membawa minuman berupa teh chamomile untuk keponakan nya itu.

Vans sudah terbiasa dengan sikap posesif keluarga iparnya itu.

Awalnya ketika Lyra dan yang lain telah pulang ke mansion, Eden segera menelepon dokter keluarga alias paman mudanya untuk dapat memeriksa Lyra.

Dan di sini lah Vans, ia segera meletakkan minuman itu di nakas dan membantu mendudukkan Lyra.

"Tidak keracunan? Lalu kenapa perutnya bisa sakit?" Tanya protektif Dayn.

"Tidak apa apa. Ini hal yang wajar terjadi. Keponakan ku sekarang sudah tumbuh dewasa. Ia sekarang telah menjadi gadis remaja" ucap Vans sambil menyodorkan minuman hangat itu pada Lyra.

"Ayo diminum. Supaya nyerinya berkurang" Lyra pun meminumnya secara perlahan.

"Apa maksud nya?" Tanya bingung Dayn.

"Dad, Lili mendapatkan hari haid pertamanya" jelas Gray yang tidak ingin membuat Daddynya itu kebingungan.

Mendengar itu Dayn pun terdiam dan menatap Lyra dengan ekpresi yang sulit di artikan.

"Huft...kamu membuat Daddy ketakutan, Baby" ucap Dayn sambil mengelus lembut rambut Lyra.

Vans yang melihat keponakan perempuan nya itu mulai tidur segera menyuruh semua orang untuk keluar dan membiarkan Lyra beristirahat.

"Berapa lama?" Tanya Dayn di sela minum kopinya.

Mereka semua kini berada di ruang keluarga.

"Berapa lama apa nya? Tidak bisakah Kakak ipar tersayang ku ini berbicara secara jelas dan jangan setengah setengah. Dasar mafia dingin" Kesal Vans.

Dayn pun menghentikan aktivitas minum kopinya dan menatap lurus pada adik iparnya itu.

"Sakit perut nya. Berapa lama putri ku menahan sakit itu?" Tanya Dayn sambil menahan emosi untuk tidak melempar kopi panas itu ke wajah adik ipar tersayang nya itu.

"Hoo....nah kayak gitu baru jelas. Hmm biasanya wanita akan haid selama kurang lebih seminggu dalam satu bulan. Untuk nyeri haid itu kemungkinan cuman di rasakan di hari pertama sampai hari kedua" kelas Vans.

Dayn yang mendengar itu mengangguk paham dan melanjutkan aktivitas nya.

.
.
.

Dua hari telah berlalu, kini Lyra sudah merasa mendingan. Walaupun begitu ia masih sangat malas untuk banyak beraktivitas. Dikarenakan ia belum terbiasa memakai pengganjal di bawah sana.

Sehingga dirinya lebih banyak menghabiskan waktu di kamar nya.

Tok...tok.. ceklek

"Lili"

"Eh! Bang Eden?" Kejut Lyra ketika ia tidak menyadari kehadiran Eden.

Segera Lyra berjalan ke arah Eden yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.

"Ada apa Bang?" Tanya Lyra.

"Tidak ada apa apa, apa perutmu masih sakit?" Tanya balik Eden yang di jawab gelengan oleh Lyra.

"Tidak lagi. Sudah mendingan" balas Lyra dengan senyum manisnya.

Namun senyuman itu hilang dan berubah menjadi wajah kebingungan.

"Ada apa? Kenapa wajah Abang seperti itu?" Ucap kebingungan Lyra ketika ia kedapatan melihat ekspresi Eden yang cukup mencurigakan dengan cengiran khas nya itu.

"Hehehe tidak ada. Hanya saja ekhm bagaimana rasanya telah menjadi gadis remaja hmm?" Goda Eden dengan memainkan alis nya.

Lyra yang mengingat kejadian di hari pertama ia mendapat kan haid itu pun merasa malu, wajah manis itu pun berubah menjadi merah merona.

"Ihhh abang! Sana keluar!" Usir Lyra.

"Ppfft! Lili, hahahahah mukamu seperti akan meledak hmm" pecah tawa Eden.

"Abang!" Ucap terakhir Lyra sebelum ia berhasil mendorong abangnya keluar dari kamar nya.

Blam!

"Hahahaha" tawa Eden masih terdengar di balik pintu itu sebelum tawa itu semakin lama semakin kecil.

Lyra yang masih berada di balik pintu kamarnya itu kini sedang tersenyum kecil atas hiburan abangnya itu.

Namun senyuman yang awalnya ceria itu menjadi senyuman kesedihan.

Ia berbalik dan berjalan ke arah balkon kamarnya.

"Huft, betapa beruntungnya anak anak perempuan di luar sana yang masih memiliki figur seorang ibu maupun kakak perempuan" batin iri Lyra.

Karena ia memikirkan bahwa anak anak perempuan di luar sana akan di ajarkan oleh ibunya untuk menghadapi kehidupan perempuan yang akan di alami oleh sang anak.

Seperti yang tengah di alami Lyra, Lyra sangat iri dengan gadis gadis di luar sana yang ibu nya bisa bahagia melihat anak perempuan nya tumbuh dengan baik.

"Kak Sirena beruntung ya, masih punya Ibu" lirih Lyra sebelum air matanya mengalir keluar dari sepasang mata indah itu.

Untuk beberapa menit setelah Lyra berhasil menenangkan dirinya ia pun segera bersiap siap untuk mandi.

Di lain tempat, tepatnya di ruang keluarga. Telah berkumpul lima pria tampan keluarga Xender itu.

"Jadi bagaimana?"

"Kau yang akan tinggal bersama baby, dan jaga dirinya dengan baik selagi kami pergi"

"Apa?! Aku juga mau tinggal bersama Lili, Dad. Bang Eden aja yang ikut, aku tinggal! Plak!"

"Jangan bertingkah Ruel. Kemampuan Eden lebih baik dari kita semua tentu setelah Daddy. Lebih aman Lili bersama dengan Eden selagi kita pergi. Lagi pula kita memerlukan kelincahan mu untuk menangkap mangsa kita"

"Hah baiklah"

Tap...tap...tap...

"Daddy? Abang?" Sapa Lyra yang baru turun dari kamarnya menuju ke ruang tempat ke lima pria Xender itu berkumpul.

Dayn dan yang lain menyadari kehadiran si bungsu segera menyambutnya dengan baik.

"Wah akhirnya gadis remaja keluarga ini telah keluar dari sarang nya ya" goda Ruel.

"Ihh Abang!" Marah plus malu Lyra.

Sedangkan Abang abangnya yang lain itu tertawa lucu.

"Oiya, kenapa kalian semua berkumpul di sini?" Tanya Lyra berusaha mengubah topik pembicaraan.

Dayn yang dari tadi hanya melihat interaksi anak anaknya itu sambil meminum tehnya segera menarik lembut tangan sang putri agar duduk di dekatnya.

"Bagaimana perut mu? Masih sakit?" Tanya balik Dayn.

"Hm? Sekarang tidak lagi Dad" jawab Lyra.

"Baguslah. Baby ada yang ingin Daddy sampaikan pada mu" ucap Dayn.

"Apa itu Dad?" Tanya penasaran Lyra.

"Daddy dan ketiga Abang mu akan ke luar kota siang nanti untuk mengurus pekerjaan. Jadi beberapa hari ini kamu akan tinggal bersama dengan Eden" jawab Dayn.

"Ke-kenapa mendadak Dad? Berapa lama? Apa Daddy hiks apa karena Lyra sudah besar jadi Daddy--" sedih Lyra.

"Bukan seperti itu Baby. Sampai kapan pun kamu tetap menjadi bayi kecil Daddy. Untuk masalah ini hanyalah pekerjaan Daddy saja tidak ada hubungannya dengan putri kecil Daddy ini" hibur Dayn.

"Betul Lili. Sebenarnya kami memiliki sedikit masalah dengan cabang perusahaan di sana. Maka dari itu kami buru buru untuk menyelesaikan nya. Kami akan pulang secepat mungkin hmm" hibur Gray.

Sebenarnya pekerjaan yang tengah mereka selesai kan itu berhubungan dengan pekerjaan dunia bawah. Dimana saingan mereka tengah memperebutkan sebuah kasino milik mereka yang tengah menjadi incaran seluruh mafia di dunia.

Maka dari itu Dayn tentu membutuhkan anak buah handal nya siapa lagi kalau putra putra nya itu. Dayn hanya perlu membawa tiga putranya bersama dengan dirinya dan selebihnya di perintahkan untuk menjaga mansion dan putrinya itu.

"Mm~" angguk lemah Lyra.

"Apa ada oleh oleh yang kamu ingin kan hmm? Abang rasa sebelum kami pulang nanti akan ada banyak barang barang yang menarik tidak terkecuali makanan favorit mu" hibur Tian.

Lyra pun hanya menggeleng lemah "Terserah Abang aja, Lyra hanya ingin Abang dan Daddy pulang dengan selamat" jawab Lyra.

Mendengar itu kelima pria Xender bak iblis itu pun meleleh haru ketika mendengar permintaan dari satu satunya perempuan di keluarga mereka.

Baru kali ini ada yang meminta dan menunggu mereka di rumah setelah belasan tahun lamanya mereka menjadi iblis. Begitu juga Dayn semenjak mendiang istri tercintanya itu pergi ia pun langsung jatuh tenggelam ke dalam gelapnya dunia. Hingga setitik sinar kembali kehidupan mereka.

"Tentu Baby. Kami akan pulang secepatnya. Daddy tidak bisa berlama lama jauh dari mu hmm, cup!" Ucap Dayn mengecup kening sang putri.

Tap...tap...tap...

"Tuan, mobil anda telah siap" ucap salah satu bawahan itu pada Tuannya.

Dayn pun mengangguk dan bersiap siap akan berangkat ke perusahaannya begitu juga dengan ketiga putranya.

"Baby, Daddy berangkat kerja dulu setelah itu kami akan langsung berangkat hmm" ucap Dayn sambil mengusap lembut kepala Lyra.

"Lili Abang pergi dulu ya, cup!" Tian mengecup pipi adiknya itu.

"Jangan nakal nakal hmm?" Sambung Gray tersenyum hangat pada Lyra.

"Abang akan pulang cepat, setelah itu Abang akan mengajak mu jalan jalan dengan mobil baru abang, oke Lili!" Ucap Ruel sambil memeluk erat Lyra.

Perjalan keluar kota ini adalah pertama kalinya Lyra di tinggal untuk beberapa hari lamanya. Karena selama ini dari semenjak Lyra masuk ke keluarga Xender, Dayn dan putra putranya itu tidak memiliki masalah kerja yang serius. Sehingga mereka dapat bekerja dari rumah tanpa harus meninggalkan Lyra sendirian.

Setelah berpamitan, Lyra dapat melihat mobil hitam yang di kendarai Daddy nya itu menjauh dari gerbang mansion dan tidak lama mobil itu tidak kelihatan lagi.

"Lili, ayo masuk. Matahari sudah mulai naik" ucap Eden.

Lyra pun menghela napas panjang sebelum ia masuk kembali ke mansionnya.

"Abang, apa mereka akan membunuh orang?" Tanya Lyra ketika ia ikut duduk di samping bang Eden nya itu.

Kini mereka berada di dalam kamar Eden.

Eden yang sibuk membersihkan akuarium kecilnya itu tersenyum kecil "Itu tergantung, jika cukup menganggu maka Daddy akan" ucap santai Eden.

Kenapa Eden tidak terkejut dengan pertanyaan Lyra? Tentu, karena Lyra sudah mengetahui pekerjaan keluarga itu dua tahun yang lalu. Namun belum mengetahui nama pekerjaan keluarga Xander itu.

Awal Lyra mengetahui nya adalah ketika ia sedang bermain di mansion Xender yang ada di Kanada dan tiba tiba beberapa orang tidak di kenal datang dan menyerang mansion mereka. Untungnya Dayn dan seluruh putranya berada di sana. Sehingga mereka dengan cepat dapat menjatuhkan penyusup penyusup itu.

Di depan matanya sendiri Lyra melihat Daddy dan Abang Abang nya itu menembak para penyusup yang membuatnya ketakutan. Hingga hal itu membuat Lyra mengalami trauma berat.

Namun semenjak Lyra menjalani terapi secara rutin oleh psikolog nya, Lyra sudah mulai menerima kenyataan itu. Lagi pula keluarga itu telah merawat nya dengan baik selama bertahun tahun.

Dayn yang tidak ingin putrinya itu salah paham terhadap dirinya dan juga keluarga nya pun memberitahu Lyra mengapa dia memiliki pistol dan bisa membunuh orang dengan bebas.

"Ini adalah pekerjaan lain keluarga Xender selain sebagai pembisnis, Baby. Yaitu membunuh orang jahat, maka dari itu Daddy dan Abang Abang mu memiliki senjata untuk membunuh orang orang yang jahat pada kita"

Begitulah ucapan Dayn, tentu ia tidak ingin lebih jauh memberi tahu putrinya itu mengenai apa pekerjaan dunia bawahnya itu. Sehingga sampai saat ini Lyra yang terlalu polos itu pun tidak mengetahui nama pekerjaan kedua sang Daddy nya. Ia lebih memilih tidak memikirkan itu, karena pekerjaan itu adalah pekerjaan Daddy nya. Lebih baik ia memikirkan kehidupan nya sendiri seperti bermain dengan Abang abangnya, berlatih musik, melakukan hal menyenangkan dan juga menghibur keluarga itu.

Kembali ke Lyra saat ini, abang adik itu tengah membersihkan akuarium kecil milik si Abang.

"Apa Lyra juga bisa kayak Daddy dan abang?" Tanya Lyra tiba tiba.

Eden yang tengah membersihkan akuarium itu otomatis terhenti dan menatap lurus ke adik perempuan nya itu.

"Lili, Abang dan Daddy mu tidak ingin kamu merusak tangan lembut ini dengan senjata senjata itu. Kamu paham itu kan" ucap Eden sambil menyentuh lembut kedua tangan Lyra.

"Lyra paham~" jawab Lyra lesu.

"Tapi Lyra juga ingin terlihat keren seperti Daddy dan Abang!" Ucap semangat Lyra.

Eden yang mendengar itu pun menghela nafas lelahnya. Namun sebelum ia menjawab ucapan adiknya itu tiba tiba telponnya berbunyi.

Drrt!

Tut

"Hm, apa?"

"......"

"Apa?!. Baik aku akan kesana"

"....."

"Tidak perlu, cukup kunci semua pintu. Aku rasa dia belum berhasil melarikan diri dari perangkapnya"

"...."

Tut!

Lyra yang melihat abangnya itu telah selesai menelpon segera bertanya penasaran.

"Kenapa? Kenapa Abang marah?" Tanya Lyra.

"Huft! Ada pengganggu masuk ke ruang pameran akuarium" jelas Eden.

Eden pun bangkit dan bersiap siap untuk berangkat.

Namun ia terhenti ketika ia mengingat ucapan adiknya itu. Eden pun kini beralih pada Lyra yang masih menatapnya penuh tanya.

"Lili, kamu bilang tadi Abang dan Daddy sangat keren ketika menggunakan senjata itu kan?" Tanya Eden yang di angguki Lyra.

"Kalau gitu Abang akan tunjukkan hal yang lebih keren dari itu. Kamu mau ikut?" Tanya Eden yang di angguk semangat Lyra.

"Sebelum itu, pakai pakaian ini" ucap Eden sambil menyerahkan satu set pakaian khusus ke Lyra.

"Pakaian apa ini bang?" Tanya bingung Lyra.

"Itu pakaian milik mu yang di pesan khusus oleh Daddy. Bahan pakaian itu mirip dengan pakaian Daddy dan Abang. Sebenarnya Daddy akan memberikannya pada mu ketika usia mu sudah tujuh belas tahun. Namun untuk berlatih mencoba lebih awal tidak apa apa bukan? Dan Abang rasa pakaian itu cocok jika kamu mau ikut Abang" jelas Eden.

Lyra pun dengan semangat keluar dari kamar abangnya dan berlari menuju kamarnya untuk berganti baju.

Eden yang melihat itu tersenyum tipis. Dan lanjut mempersiapkan dirinya.

Tenang saja Eden tidak menempatkan permata Xender dalam bahaya, dia hanya ingin mengajak Lyra untuk menghirup udara segar. Dan mengenai baju tadi itu ia khusus di buat Dayn untuk keselamatan putrinya. Seluruh keluarga Xender itu memiliki baju pertahanan mereka tidak terkecuali Lyra.

Bedanya hanya Lyra yang tidak di perbolehkan dan diizinkan untuk memegang senjata.

"Abang sudah" ucap Lyra dengan menggunakan pakaian itu membuat pemuda Eden itu pun terdiam.

"A-abang? Apa kelihatan jelek?" Tanya gugup Lyra.

Eden yang terdiam itu pun segera kembali sadar.

"Bukan bukan itu. Kamu benar benar cantik Lili. Baju itu pas dengan mu" kagum Eden.

"Benarkah bang!"

Eden pun berjalan mendekati Lyra dan mengusap kepalanya lembut "Tentu, karena kamu adalah nona muda Xender" goda Eden.

Lyra pun hanya tersenyum lebar mendengar nya.

"Yasudah ayo" ajak Eden.

Mereka pun segera berangkat ke lokasi pameran akuarium milik Eden itu.

.
.
.

"Boss!" Sapa Ares yang yang tengah menunggu bossnya itu datang.

Eden dan Lyra telah sampai di gedung pameran akuarium itu. Di sana mereka dapat melihat banyaknya anak anak geng motor Eden yang sekaligus menjadi staf pameran itu.

"Mm. Bagaimana?" Tanya Eden sambil menggandeng tangan Lyra.

Ares yang menyadari kehadiran adik boss nya itu pun terkejut.

"Boss, kenapa anda bawa Lyra ke sini? Di sini sangat berbahaya, boss tau itu kan" Cegat Ares.

"Tidak apa apa. Sekarang ceritakan" ucap Eden.

Ares yang sudah sangat mengenal boss nya itu pun menghela nafas lelah dan memilih menceritakan apa yang terjadi.

".....jadi kami berhasil mengurung nya di lantai satu" jelas Ares.

"Bagus. Kalian bertiga ikut aku masuk. Selebihnya jaga pintu keluar!" Perintah Eden langsung pada anak anak geng motor nya itu.

Jangan remehkan geng motor shadow itu, mereka seperti anak dari mafia Black'Diamond. Mereka tidak akan segan segan nya menghancurkan siapa pun yang menghambat jalan mereka.

"Baik boss!" Ucap anak buah Eden.

"Kamu takut?" Tanya tiba tiba Eden pada adiknya.

"Ti-tidak! Lyra mau keren kayak Daddy!" Tolak semangat Lyra.

Eden membawa Lyra ke sini bukan hanya sebagai hiburan untuk adiknya, melainkan latihan mental bagi sang adik. Di karenakan mereka adalah keluarga Xender, keluarga boss mafia terkejam.

Maka dari itu seluruh keluarga itu harus terbiasa dengan pembunuhan, kejahatan dan juga teror.

Untuk Lyra mereka hanya akan melatih mental si permata bukan melatihnya untuk bertarung.

"Bagus! Karena seluruh keluarga Xender tidak ada yang penakut" bangga Eden.

Lyra pun di gandeng Eden, dan di belakang mereka terdapat tiga anak buah kepercayaan Eden.

Cklek!

Ketika pintu itu terbuka, Eden dapat melihat ruang lantai satu itu berantakan akibat ulah seseorang.

"Ck! Merepotkan" batin kesal Eden.

"Pertajam indra kalian" perintah Eden pada ketiga anak buahnya.

Ares dan dua temannya itu pun mengaguk patuh.

Mereka pun berjalan semakin dalam, dan tiba tiba Eden melihat suatu bayangan di pojok ruangan.

"Semuanya diam. Dan ikuti" bisik Eden.

Mereka berlima pun mengendap endap menuju ke suatu objek yang di targetkan Eden.

"Kalian bertiga jaga adik ku" perintah Eden yang di sanggupi mereka.

"Lili perhatikan Abang hmm" ucap Eden dengan smirk khasnya.

1...2...Bugh!! Prang!!!

Eden langsung menerjang seseorang yang tengah bersembunyi di balik tangki kaca itu.

Dengan sekali pukulan tangki itu pun pecah dan mengenai target. Ketika target ingin kabur Eden langsung saja memukul wajah nya kembali.

Lyra yang melihat aksi Abang nya itu pun mematung dan terus menatap sang Abang dengan serius.

Ares yang merasakan ada yang tidak beres dengan adik bossnya itu pun, segera membawa Lyra keluar.

"Lyra! Lyra" panggil Ares berhasil memecah fokus Lyra.

Ares pun menarik adik boss nya itu keluar dari gedung.

Sampai di luar Ares menyuruh seseorang untuk membawakan minuman untuk Lyra.

"Hah lagi pula ada ada saja boss membawa adik nya ke sini. Dan melihat langsung kebrutalan boss" omel Abram.

"Lyra, kamu tidak apa apa kan?" Tanya khawatir Ares. Karena ia khawatir adik boss nya ini akan kena serangan jantung karena aksi Abangnya sendiri.

"Ta-tadi....a-abang Eden me-menyerang orang itu...de-dengan tangan kosong?" Tanya gugup Lyra.

Ares dan Abram yang mendengar itu pun mengangguk ragu dan mereka panik ketika mendengar nada bicara adik boss nya itu.

Ares langsung saja menyodorkan botol minum yang telah di bawa temannya pada Lyra.

"Lyra ayo minum du--" ucapan Ares terpotong ketika ia melihat reaksi Lyra.

"Kya!!!! Abang benar benar keren!!! Bang Eden menghajar orang itu dengan tangan kosong!! Kerennnn!!!" Akhirnya perasaan Lyra pun pecah.

Sedangkan Ares dan anak anak geng motor lainnya terdiam bingung dengan sikap adik boss mereka.

"Ly-Lyra kamu tidak ta-takut?" Tanya Ares yang sekarang terbata bata.

"Hahaha dia tidak" santai Eden yang baru keluar dari gedung itu sambil menyeret sang pelaku yang kini sudah babak belur.

Tentu Lyra tidak takut karena sudah hampir setengah tahun ia melihat langsung pembunuhan di depan matanya dengan menggunakan pistol.

Lalu kenapa Lyra masih takut dengan keluarga lamanya? Tentu, karena itu adalah masa lalu yang sangat kelam bagi Lyra dan merupakan trauma terberat Lyra. Bagaimana tidak, pada saat itu Lyra hanya lah anak kecil yang masih berusia kurang dari lima tahun. Dan harus melewati semua hal kelam itu sendirian. Mungkin di antara kita yang normal masih ada yang sulit untuk berdamai dengan masa lalu, bukan begitu?

Kembali ke Eden, ia kini melempar pelaku ke Abram. Abram pun langsung sigap menangkapnya dan ia tau apa yang akan di lakukan boss nya itu.

Maka dari itu ia pun memegang kedua tangan pelaku dan mendirikannya.

"Sekarang katakan. Apa tujuan mu? Dan siapa atasan mu?" Ucap santai Eden namun penuh dengan ancaman.

Sang pelaku yang telah di siksa di dalam ruangan itu pun pasrah dan ia membeberkan apa rahasianya.

"Bo-bos kami menantang anda...un-untuk bertarung di area jambatan. Ji-jika anda setuju maka pertandingan akan di mulai Sabtu besok. Bo-bos menunggu anda" ucap lemah sang palaku.

"Ck! Apa boss mu itu anak anak hah? Mengundang kami dengan cara seperti ini. Tinggal ngundang saja apa susahnya!" Geram Abram.

"Ma-maaf-- kan saya!" Mohon sang pelaku.

"Dasar baji--plak!" Ucapan Abram di potong oleh geplakan Eden.

"Bahasa. Adik ku ada disini" penuh tekan Eden.

Abram yang awalnya marah pada sang pelaku itu kini menyusutkan badanya dan berlindung di belakang Ares setelah menerima ancaman dari sang boss.

"Apa taruhannya?" Ucap Eden mengambil alih.

"Ta-taruhannya jika anda menang maka boss saya akan memberikan orang orangnya sebagai bawahan anda dan jika anda kalah--  "

"Hah tidak seru" ejek Eden sambil merapikan rambut Lyra yang beterbangan karena angin.

"Jika anda menolaknya maka anda di nyatakan kalah. Dan anda harus menyerahkan taruhannya" ucap sang pelaku setengah ketakutan.

"Apa yang ku serahkan?" Ucap Eden masih santai.

"Seorang gadis cantik milik anda" jelas sang pelaku.

Mendengar itu Eden pun terkekeh lucu dan mengangguk setuju.

"Hahaha aku akan berikan lima gadis cantik milik ku" ucap Eden.

Karena ia memiliki puluhan gadis yang menjadi tahanannya di penjara bawah tanah yang telah di tangkap oleh Daddy serta dirinya.

Tentu gadis gadis itu tidak berharga di mata pemuda Xender itu, karena semua gadis gadis itu adalah pencandu narkoba. Mereka di tahan hanya untuk di jadikan umpan agar menghasilkan tangkapan yang besar.

"Ta-tapi boss hanya meminta satu gadis saja--"

"Terserah"

"Vi-Violyra, ya namanya Violyra. Boss menginginkan ga--Bukh!!"

Eden yang mendengar nama adiknya di sebut oleh mulut busuk itu seketika emosi. Segera ia menendang keras perut si pelaku hingga pelaku memuntahkan cairan merah.

"Jaga ucapan mu!! Beritahu pada boss mu adik ku bukanlah barang yang seenaknya menjadi taruhan pada permainan busuknya!! Dan jangan seenaknya membuat keputusan!!" Geram Eden memegang kerah sang pelaku.

"Ta-uhuk- tapi boss saya akan mengambilnya secara paksa jika anda tidak menyerahkannya" ucap sang pelaku susah payah.

Eden yang sedang emosi itu ingin sekali membunuh orang yang di depannya itu dan seluruh geng yang ia bicarakan.

Namun sebuah suara menariknya kembali dari sebuah kegelapan.

"Abang?"

Eden pun menoleh ke samping dan mendapatkan wajah manis adiknya yang tengah menatap nya khawatir.

Eden yang tidak ingin adiknya itu bertambah khawatir segera tersenyum teduh pada Lyra sebelum ia kembali menatap marah si pelaku.

"Aku belum menyatakan kekalahan ku. Hah! beritahu pada boss mu aku menerima nya, jika boss mu mau menukar taruhannya. Nyawa di balas nyawa bukan. Beritahu dia jika kami kalah kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan dan nyawa ku. Tapi jika kami menang aku hanga menginginkan nyawa boss mu" ucap dingin Eden.

Abram yang mendapat kode dari boss nya untuk melepaskan sang pelaku segera di laksanakan.

Merasakan dirinya terlepas sang pelaku segera kabur.

"Boss, apa perlu kami turun untuk melenyapkan geng itu?" Tanya Ares.

Ares yang dari tadi mendengar dari awal terkejut ketika mengetahui bahwa adik bossnya itu yang akan menjadi taruhan mereka.

"Tidak. Cukup persiapkan motor ku dan periksa arena yang akan di pakai. Seorang Xender tidak akan bermain di belakang kata kata yang ia ucapkan" perintah Eden.

Setelah memberi perintah Eden pun berjalan ke arah Lyra, dan tiba tiba ia pun langsung memeluk erat Lyra.

Grep!

"Maaf, maaf kan Abang dirimu jadi terlibat" ucap penuh bersalah Eden.

Lyra yang paham situasinya itu pun membalas pelukan sang Abang dan memberikan ketenangan dengan mengusap lembut punggung sang Abang.

"Abang tidak salah. Lyra paham situasinya, lagi pula kejadian tadi bukan lah yang kita prediksikan" ucap Lyra penuh wibawa.

Eden yang mendengar kata kata dewasa adiknya itu terkekeh kecil. Ia begitu malu pada dirinya karena tidak bisa menjaga adiknya dengan baik.

Eden pun melepas pelukannya dan menangkup wajah Lyra.

"Maaf, hari ini benar benar kacau. Abang hanya ingin kamu bersenang senang tadinya tapi--" ucapan Eden terpotong ketika Lyra menutup mulut Eden dengan tangannya.

"Lyra senang kok. Lyra juga kagum lihat Abang mengalahkan penjahat tadi. Dan Lyra yakin Abang pasti menang" hibur Lyra.

Eden pun hanya tersenyum tipis dan mengangguk paham.

Mereka pun memilih untuk pulang, seluruh bawahan Eden segera menyiapkan keperluan boss nya untuk bertarung.

.
.
.

Di malam hari Eden yang tidak bisa tidur karena selalu memikirkan bahwa adiknya yang akan menjadi taruhannya itu benar benar membuatnya emosi.

Ia pun memilih untuk duduk di balkon kamarnya dan berusaha menelpon seseorang.

Drrt!

Drrrt!

Tut!

Akhirnya setelah beberapa kali cobaan telpon itu di angkat oleh orang seberang sana.

"Kenapa lama?"

"Kami baru selesai. Dan ini baru masuk hotel. Kenapa?"

"Berikan pada Daddy. Dari tadi aku menelpon Daddy tidak di jawab"

"Bentar"

"...."

"Mm?"

"Dad, maaf"

"Apa yang kau katakan. Bicara yang jelas"

(Eden menceritakan harinya yang kacau itu)

"Apa apa an itu! Baru satu hari Daddy meninggal kan baby bersama mu dan kamu sudah mendatangkan masalah"

"Aku akan--"

"Tidak ada akan! Kau harus! Jika putri ku sampai ketangan musuh mu maka jangan harap kau mendapatkan kembali kebebasan mu! Kau paham, Eden!"

"Paham Dad"

"Hah, berhentilah mendatangkan masalah. Sekarang beristirahat lah dan jangan sampai kau kalah"

"Baik Dad"

Tut

Setelah sambungan itu terputus, Eden tetap tidak bisa pergi tidur. Ia memilih untuk menenagkan dirinya di balkon.

Beberapa jam kemudian, merasa dirinya memang harus beristirahat. Ia pun kembali ke kamarnya.

Alangkah terkejutnya ketika ia melihat Lilinya sudah tertidur di kasur besar miliknya.

"Lili?"

Lyra yang masih belum terlalu tenggelam pada mimpinya itu masih bisa menyahut ucapan sang abang.

"Emm? Hoam! Abang?" Ucap Lyra setengah sadar.

"Lili, kenapa tidur disini. Kembali lah ke kamar mu" ucap Eden pelan sambil menahan tangan adiknya itu untuk tidak mengucek matanya.

"Di sini aja. Lyra takut, sepi. Abang pasti juga takut. Makanya Abang tidak bisa tidur. Lyra temanin ya" ucapnya sebelum ia kembali menidurkan tubuhnya di kasur sang abang.

Eden yang mendengar itu hanya dapat menggeleng pasrah dan terkekeh gemas. Ia pun naik ke kasurnya dan menyusul adiknya itu ke alam mimpi.

"Cup! Selamat malam Lili, mimpi indah" ucap Eden.

"Emm selamat malam Abang, mimpi indah" balas Lyra.

"Aku bersumpah tidak akan membuat adikku menderita lagi! Lili, Abang tidak akan pernah menyerah untuk kebahagiaan dirimu" batin Eden sebelum ia tidur.

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

662K 21K 72
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
Amora Par it's me🦋

Roman pour Adolescents

285K 13.8K 27
Amora Queen Poulsen Polos, cerewet, manja, ceria dan juga kekanakan. Namun karena sikap dan sifatnya itulah yang membuat semua orang menyayanginya. M...
38.2K 1.5K 25
Judul lama :Mommy? Judul baru :my family is mafia Klo mau tau enjoy aja kecerita maaf bila ada kesalahan/kesamaan nama/gambar, CERITA HASIL SAYA SEND...