Kaigoshoku No Hatsukoi

By bwirunachan

100 26 5

介護職のハツコイ Kisah seorang perempuan asal Indonesia yang sedang melakukan Magang selama di Jepang, bernama Irene... More

Prolog
Mata Aimasune!
Jinsei Wa Nani?
Natsu Yasumi
Omae wa Dare

Okaeri..

16 5 0
By bwirunachan

Saat ini, Irene dan juga Kaigo lainnya tengah berada di sebuah ruangan, dimana mereka tengah mengadakan rapat untuk jadwal selanjutnya, mengingat bulan yang sudah memasuki musim natsu atau panas.

Selama musim panas berlangsung, biasanya, beberapa dari pihak keluarga selalu meminta seorang Perawat untuk ikut berlibur bersama mereka.

Irene sudah pernah merasakannya.

Meski ia adalah seorang Anak Magang, Irene cukup telaten dalam mengurus Pasien di luar Rumah Sakit.

Dan tentu saja, ia ditemani oleh Aoi, Seniornya.

Dari sanalah, mereka mulai akrab dan merasa cocok untuk satu sama lain.

Terlebih lagi, kala Aoi diminta langsung oleh Atasan, untuk membina dan mengawasi Irene secara langsung.

Tentu, dengan senang hati mereka melakukannya.

Tapi, untuk kali ini, mungkin giliran para kouhai atau Juniornya.

"Yosh! karena sudah ditentukan, silahkan kembali bekerja!." Ucap sang Leader.

"Kaisan! (bubar)."

"Hai!."

Serempak, semua orang keluar dari ruangan itu.

"Ah, komattana.. (gawat)." Ucap Aoi, terlihat gelisah.

"Doushite desuka, Senpai? nani ga arimasen ka? (kenapa? ada apa?)." Tanya Irene.

"Un! aru!." Jawab Aoi. "..sore wa, karena hari ini Aku bangun terlambat, jadi, Aku tidak sempat membuat bekal."

"He! sore dake!? (cuma itu)" Pekik Irene.

"..desuka?." Lirihnya, tak sengaja membuat Aoi hampir terjungkal karena terkejut.

"Yappari! (sudah ku dugong!)." Celetuk Ken.

"Bikkuri!." Ucap Irene dan Aoi, terkejut akan kehadiran Ken.

"Aish, kau ini!." Protes Aoi, yang hendak memukulnya.

"Chinamini.. (btw), Aku mendapatkan beberapa makanan beli dua gratis satu.." Ucap Ken, tiba-tiba.

Aoi menyipitkan matanya, "..ne, Irene-Chan.. kono hito wa dare? (ini orang siapa dah?)."

Irene melirik pada Ken untuk beberapa saat, lalu berkata, "Eto.. shinarai desuyo, Senpai (tahu tuh gak kenal)."

"AISH!!." Kesal Ken, ia nampak ingin memakan mereka.

"Ahahahah!." Tawa keduanya pecah, heran dengan sikap Ken yang tidak seperti biasanya-- padahal ia hanya ingin berbagi.

"He,.. doushite sono kao wa.."

"Ah, kau jadi tambah jelek saja!."

"Sonna koto iu na yo!!."

"Ahahah.. nanka Ken-Chan wa akachan mitai ne..!!."

"Un, sounano!."

Asyik bercanda, tiba-tiba saja, sang Leader membuat mereka terhenti.

"Aoi-San, chotto ii.."

Mendapat panggilan, mereka saling melirik satu sama lain, sebelum akhirnya, Aoi segera menyusulnya.

Dari kejauhan, Irene dan Ken hanya menatapnya.

"Doushite kana.. (kenapa, ya?)." Gumam Irene.

Nampaknya, Irene sedikit merasa khawatir karena sebelumnya, ia tidak pernah melihat Aoi dipanggil begitu saja oleh sang Leader, Wakano Keiko.

"Mou ii.. (sudahlah)." Ucap Ken.

"Demo.. (tapi)."

"Shigoto wa shigoto da! (pekerjaan tetaplah pekerjaan)."

Ken mencoba membuat Irene untuk tidak memikirkan banyak hal.

Sebut saja, ia sedikit menghiburnya.

Si paling peka emang!

"..modotta houga iinjanai? (bukankah lebih baik untuk kembali bekerja?)." Lanjutnya.

"Ne, Akachan!."

Tick!

"Aish! itaiyo! (sakit tahu)." Protes Irene, karena Ken menyentil dahinya.

Sebenarnya, Irene lebih tua dua tahun dari Ken.

Hanya saja, Ken bekerja di Rumah Sakit lebih dulu sebelum Irene.

Itulah kenapa, Ken sedikit lebih berani pada Irene dan menyebutnya dengan sebutan bayi, mengingat status Irene, sebagai Anak Magang.

Meski begitu, tentu ia tidak seberani itu saat berhadapan langsung dengan Aoi, yang juga adalah Senpainya.

Jelas, bahkan Amamiya-Sensei saja tahu tentang itu.

***

"Hai, wakarimashita (baik, Saya mengerti)."

"Chanto kanggaete kudasaine, Ikinari-San.. (tolong pikirkan dengan baik)."

Aoi menelan salivanya, terdiam.

Ia sedikit gugup, sekaligus bingung.

"Kalau begitu, Saya permisi." Ucapnya, beranjak dari tempat duduk.

Tanpa menjawab, sang Leader hanya menatapnya.

"Shitsureishimasu."

Setelah merendahkan tubuhnya, Aoi keluar dari ruangan.

Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri.

Bahkan dari raut wajahnya saja, ia nampak memikirkan banyak hal.

Terutama, apa yang baru saja Keiko tawarkan padanya.

Yaitu, untuk menjadi Leader selanjutnya, menggantikan Wakano yang hendak pensiun.

Akan tetapi, bukannya senang, justru Aoi tampak murung.

Mengingat ini, bukanlah kali pertama ia di jadikan salah satu kandidat yang di rekomendasikan olehnya.

Ya, Aoi sudah pernah mendapatkan tawaran ini sebelumnya.

Tapi, ia berikeras untuk menolaknya.

Dengan alasan, Aoi masih terlalu muda untuk menjadi seorang Pemimpin.

Padahal, dari segi pengalaman dan juga otoritas kerjanya, ia sudah bisa dikatakan layak untuk menjadi Leader dari para perawat Kaigo di Rumah Sakit ini.

"Yosh! Yosh!." Aoi menepuk-nepuk kedua pipinya.

"Mari kita pikirkan itu nanti!."

***

"Sumimasen!."

"..Sumimasen!."

"Ah! Sumimasen!."

Dari kejauhan, terlihat Irene yang tengah terbirit-birit menuju ruangan Sachou.

Wakano, sang Leader-- meminta Irene untuk memberikan beberapa berkas laporan yang diminta Sachou dalam bentuk hardcopy.

Sachou mengatakan,Wakano tidak perlu menemuinya secara langsung. Karena setelah ini, beliau akan segera pergi, untuk mengurus beberapa hal lainnya.

Itulah kenapa, ia memberikan tugas itu pada Irene.

Irene yang hendak membuka pintu itupun--

Brugh!

Terjatuh.

Bersamaan dengan Seseorang yang hendak keluar dari ruangan.

"Aish.. itaiyo..!! (sakitnyoo)." Gerutu Orang itu.

Sachou yang tengah terduduk di sudut ruangan-pun, bangkit dari kursinya.

"He, nani sore!? (apa itu!?)."

Amamiya yang juga berada di sana, segera bangkit dari tempat duduknya, untuk mengecek apa yang baru saja terjadi.

"Oi! nani surundayo?! omae wa!! (apa yang kau lakukan?!)."

"Ah, Sumimasen!."

Irene segera bangkit dari sana.

Ia benar-benar tidak tahu, jika Seseorang mencoba menarik pintu dari dalam.

Terlebih lagi, kala Irene menyadari bahwa ia baru saja menubruk tubuh lelaki itu.

"Koko wa byouin darou !? (bukankah di sini Rumah Sakit !?)."

Irene hanya tertunduk, mengangguk kecil-- memohon maaf.

"Ada apa in-- he, Irene-Chan?." Ucap Sachou, membuat keduanya menoleh.

"Sumimasen, Sachou! saki wa.. (tadi)."

"Irene?." Celetuk orang itu.

Sontak, hal itu membuat ia menoleh.

"Oh! Sensei !?."

Irene membulatkan matanya, terkejut.

"Souda! Irene desyou !? (nih Irene 'kan)."

Keduanya saling menunjuk, memastikan apa Seseorang yang berada di hadapan mereka itu benar-benar nyata atau mimpi.

"Soudesu! Atashi.. Irene desu, Sensei!."

Raut wajah Irene seketika berubah.

Ia nampak lebih senang, setelah menyadari siapa lelaki itu.

"Hisashiburidane! (long time no see, ya)."

Irene mengangguk, "Un! hisashiburi desu, Sensei!."

"Ne, Irene-Chan.. boku wa..."

"He, maji !? uso darou !?."

"Uso jyanaiwayo.."

Seakan dunia milik berdua, keduanya seketika acuh, tak mengindahkan kehadiran Atasan mereka.

"Nani ga atta? (ada apa?)." Ucap Ryouki, yang muncul dari balik tubuh Sachou.

Alisnya bertaut, keheranan.

"Saa.. na.. geemu wa hajimerukana.. (entahlah, mungkin permainannya akan segera di mulai)."

***

"Sensei!."

Dari kejauhan, Irene melambaikan tangannya, sembari tersenyum lebar.

Tak sendiri, Ia mencoba melakukannya pada Pasien yang tengah bersamanya.

"Ne, kouyatte.. (seperti ini)."

"Sensei, bye! bye!.."

"..ahahah.. kore mo ii yo! (ini juga boleh)."

Irene terkekeh kecil, karena Pasien itu tiba-tiba saja membuat finger heart.

"He, jouzu desune..! sugoi..!."

Amamiya, yang juga ada di sana, ikut tersenyum tipis.

"Ne, Yosuke.."

Ya, lelaki itu bernama Yosuke Bando.

Ia juga seorang Dokter, dan sahabat karib Ryouki sejak SMA.

Dulu, semua orang tidak pernah berpikir bahwa keduanya akan seakrab seperti sekarang.

Ya, karena.. siapa sangka, jika persahabatan mereka di mulai hanya dari sebuah pukulan saja.

Ryouki meneguk minuman di tangannya.

Tak habis pikir, melihat Yosuke yang masih sibuk, melempar hati-- membalas Irene dan juga Pasien tadi.

"Oi..! bye! bye!."

"Aikawarazu na.. omae.. (kau seperti biasanya)." Ucap Ryouki.

Yosuke terhenti, ikut bertengger pada susuran yang ada di sana.

"Ah, anak itu.. benar-benar." Gumam Yosuke.

Tanpa melirik, Ryouki sudah bisa merasakan betapa dekat dan akrabnya Yosuke dengan Irene.

"Nakayoku soudane.. (rupanya sedeket itu, ya..)."

"Nakayoku jyanakute,.. kekkonshiyou to omouyo! (gak deket, kok cuma mau nikah)."

"HA !?."

"Oi !! bikkuri da! (kaget, jir!)." Celetuk Yosuke, terkejut.

"Omae wa..!!."

Matanya membulat, Ryouki terkesan shock berat.

Terlebih lagi, mulutnya yang masih ternganga, tak percaya.

"Doushite 'ha? ha?'.. ureshikunai !? (apanya yang 'ha? ha? gak seneng lu!?)."

"Ureshikunakute.. sore wa.. (bukan gak seneng, itu..)."

"Ah, mazaka! omae wa suki !? Irene-Chan no koto! (jangan-jangan lu naksir Irene !?)."

"Baka janai!."

Ryouki hendak memukulnya, tapi, ia terhenti tatkala melihat wajah Yosuke yang menyebalkan.

"Ah, benar-benar! tampaknya Irene semakin populer saja.. Seharusnya Aku tidak meninggalkannya saat itu." Ucap Yosuke, terdengar frustasi.

"Aish! kau terlalu cepat menyimpulkan!." Sanggah Ryouki.

"Hai.. hai.. mo iinda! (dahlah, bomat)." Kata Yosuke. "Tapi, jika itu benar.."

Yosuke tersenyum kikuk, segera setelah mendapat tatapan maut dari Ryouki.

Tampaknya, ia tidak ingin sejarah terulang kembali.

"Ochitsuite ne,.. ii otoko da.. (weh, sans, bro.. Ryouki 'kan anak baik)." Ucap Yosuke, menepuk-nepuk bahu Ryouki.

Ryouki mengalihkan pandangannya, meneguk kembali minumannya.

"Huh.. selamat--"

"Yosuke?."

Yosuke terkejut.

"Hai, Sensei! nani ga arimasenka?."

"Aish, berhentilah bercanda!."

"Ah.. kau yang terlalu serius! padahal Aku sedang meniru Perawat Mimi saat--"

"Kenapa kau di sini?."

"Oi!."

Kali ini, Yosuke yang terkesan serius.

"Bukankah seharusnya Aku yang bertanya?."

Ia menatapnya.

"Kenapa kau kembali?."

Mendengar itu, Ryouki terdiam.

Benar, kenapa dia kembali?-- pikirnya.

"Betsuni (gak papa)." Jawabnya, sesantai itu.

"HA !?."

Yosuke melongo, mendengarnya.

"Kau sendiri? doushite koko ni iru? (kenapa ada di sini?)."

"Aish.. bahkan sejak awal Aku sudah di sini."

"Haha.. soune.. (iya juga, ya)."

Yosuke terheran, melihat Ryouki terkekeh kecil.

Tidak ada yang lucu-- pikirnya.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan di sini?."

"Membedah otakmu! okashii janai !? omae wa.. (sumpeh lu gaje bet)."

"Iya, chigau! (tidak, bukan itu!)." Ucap Ryouki.

"Maksudku, bagaimana dengan.."

Yosuke terdiam, memperhatikannya.

"..Aya?."

Lagi.

Tangan itu terkepal.

Teringin menghantamnya, apa daya karib sendiri.

Yosuke tidak ingin mendengarnya.

Tapi, Ryouki sendiri selalu membahasnya.

Tidakkah itu egois? mengingat Yosuke yang tidak ingin melihat Ryouki murung akan masa lalunya.

Dan bagaimana bisa, ia bisa bertanya seperti itu padanya?

"Genkisoukana..? (mungkin dia sehat)."

Mendengar itu, Ryouki kembali tersenyum tipis.

Termenung, berharap seperti itu.

Brugh!

Yosuke merangkul bahu Ryouki cukup kuat. "Oi, oi..Aku akan mentraktirmu minum malam ini!." Celetuknya.

"Na? (oke tak?)."

Ryouki kembali tersenyum. "Un! pastikan Aku tidak akan menggendongmu!."

"Aish.. kau mulai lagi.."

Yosuke melepaskan rangkulannya.

"Ahahah.."

Ryouki terkekeh kecil, melihat wajah kesal Sahabatnya itu.

Dan pada akhirnya..

"Okaeri, Yosuke.. (selamat datang kembali)."

Yosuke menyunggingkan senyumannya, "Un, tadaima.. (Aku kembali)."

Ia kembali merangkul bahu Ryouki.

Sedangkan Ryouki, mencoba menghindarinya.

Yosuke yang cerewet dan suka protes. Dan Ryouki yang tidak banyak bicara..

Masih sama persis, saat mereka SMA.

Terlebih, saat keduanya tertawa seperti itu.

Like, Comment, dan Follow ya~
yoroshikune :)

.

Continue Reading

You'll Also Like

SCH2 By xwayyyy

General Fiction

124K 17.8K 47
hanya fiksi! baca aja kalo mau
922K 18.1K 42
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
5.7M 280K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...
STRANGER By yanjah

General Fiction

289K 33.1K 37
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...