Different Brother✔

By Naacha_Nadya

359K 18.1K 639

Ajma adalah seorang gadis sebatang kara yang di angkat anak oleh seorang kyai besar pemilik ponpes Al-Majid... More

Prolog
Pangeran Pesantren
Berkedok buku
Kakak Pulang
Happiness Girl
Siapa Dia?
Rencana Perjodohan Abi
Gara-Gara Tes
Cemburu?
Dia, Adik Ku
Melepaskan Cinta
Si Pitik
Halal
Istri Menggemaskan
Perempuan di hati Kazam
Ngabuburit
Perhatian Kecil
Ketahuan
Kemalangan Anisa
Pergi
Gosip
Aku Kembali
Confess
Kabar Hanin
Congratulations
Takut
Calonnya Ikrar?
Obrolan Umi Abi
Persiapan Liburan
Liburan Kitaaaa
Tolong Akuuuu😭😭
Jalan Malam
Untuk Pertama Kalinya
Sepanjang Hari Ini
Hanya Demam
Antara Mereka
Mafia Malam
Peluang Tak Disengaja
Kemarahan Kazam
Keputusan
Rahasia di Balik Rahasia
Keputusan 2
Info Yang Didapat
Terungkap
Tentang Adopsi
Berdamai Dengan Keadaan
Kabar Bahagia
Kembali Berkumpul
Visual Katanya🙂

Pernyataan Si Pelakor

5.1K 325 17
By Naacha_Nadya

"Ajma" Ajma menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Alaric memanggilnya.

"Alaric? Ada apa?"

"Gue janji bakalan bantuin lo ngungkap tuduhan fitnah ini semampu gue. Lo pasti bakalan balik kesini lagi" Ajma tersenyum menatap Alaric.

"Makasih ya Ric"

"Ati-ati" Alaric melambaikan tangan sebelum Ajma memasuki taksi.

Taksi yang Ajma naiki pun mulai melaju meninggalkan gedung pesantren. Alaric menatap kepergian Ajma dengan perasaan sedih. Ia tidak tega perempuan sebaik Ajma harus mengalah hanya karena kesalahpahaman.

Ia benar-benar tak faham dengan pola pikir Gus nya itu, bisa-bisanya dia percaya pada satu bukti foto yang belum jelas kejadian di foto itu. Alaric bertekad akan menyelidiki tentang transaksi uang yang tak sengaja Ia lihat sebelumnya. Alaric sangat yakin pasti tuduhan fitnah ini ada sangkut pautnya dengan gadis sok alim itu.

****

Selesai mengajar kelas pagi, Kazam pun keluar kelas sambil membawa buku-bukunya. Kebetulan hari ini Ia libur bekerja di proyek pembangunan.

Raut wajahnya nampak selalu datar dan masam akhir-akhir ini. Sebenarnya sampai seminggu setelah kepergian Ajma, Kazam tidak pernah pergi ke kantor pengadilan agama untuk mengurus perceraian mereka.

Entahlah, Kazam rasanya masih ragu. Ia sebelumnya sudah pernah melaksanakan sholat istikharah namun, jawabannya belum juga Allah berikan kepadanya. Jadi Ia memutuskan untuk menunggu sampai Allah benar-benar memberikannya petunjuk.

"Assalamu'alaikum" ucap Kazam memasuki ndalem.

"Wa'alaikumsalam" jawab beberapa orang di ruang tamu.

"Eh, Bu Hanifah Pak Dika" Kazam menyalami kedua orang tua Via yang kini datang berkunjung kerumahnya. Setelahnya Ia pun duduk di samping Abinya.

"Apa kabar Zam? Lama tidak bertemu" sapa Dika ayah Via.

"Alhamdulillah baik Pak. Bapak sendiri pekerjaan di Papua lancar?" Tanya Kazam balik.

"Alhamdulillah baik dan lancar Zam" Kazam mengangguk-angguk dengan senyuman tipisnya.

"Maaf Zam sebelumnya, kedatangan kami kerumah mu kami ingin menyampaikan niat baik kami atas permintaan Putri semata wayang kami yaitu Via"

Kazam melirik ke arah Umi nya seolah bertanya ada apa sebenarnya. Sementara

"Kamu telah bercerai dengan istri mu, kan? Jadi, saya harap kamu mau menerima anak saya" Kazam membulatkan matanya terkejut mendengar sambungan kalimat dari Dika.

"Maksudnya Ibu dan Bapak kesini karena ingin melamar saya?"

"Kurang lebih seperti itu. Mohon maaf Via tidak ikut karena dia merasa malu untuk menyampaikan ini jadi biar kami sebagai orang tua yang mewakilinya" Kazam terdiam dengan ekspresi anehnya.

Apakah mungkin Via yang kelihatannya santai-santai saja kepadanya ternyata diam-diam menyimpan perasaan lebih?

"Bagaimana nak Kazam?" Tanya Bu Hanifah.

"Tapi mohon maaf Bu, saya tidak bisa menerima Via. Karena saya hanya menganggap dia sebagai sahabat saja tidak lebih, dan saya pun tidak ada perasaan apa-apa sama Via. Lagian sampai saat ini saya belum mendapat petunjuk dari Allah. Jadi sampai saat ini pun saya belum bisa menceraikan istri saya" jelas Kazam.

Bu Hanifah dan Pak Dika saling memandang dengan tatapan sendu mereka.

"Baiklah nak, Ibu dan Bapak tidak memaksa kehendak kamu. Jika memang begitu kami akan berusaha memberikan pengertian kepada Via"

"Kalau begitu kami pamit Pak kyai, Bu nyai, nak Kazam. Assalamu'alaikum" kedua pasutri itupun beranjak dan pergi dari kediaman Kyai Abduh.

"Wa'alaikumsalam" jawab semuanya.

Kazam terdiam sambil memijat pangkal hidungnya. Ia jadi teringat waktu Ajma mengatakan jika Via itu menyukainya. Entah kenapa ada penyesalan tersendiri karena Ia sudah tidak mempercayai istrinya sendiri.

"Aku selama ini udah nahan rasa sakit aku karena cemburu liat keakraban kamu sama Via. Kamu gak pernah peka sama perasaan aku Mas. Aku tau kamu sama dia emang udah sahabatan dari kecil tapi, sikap Via ke kamu itu berlebih. Kamu sadar gak si, dia itu lagi berusaha deketin kamu dengan dia ngasih perhatian lebih, ngasih makanan, pura-pura nolongin kamu.

Aku tau gerak-gerik dia selama ini, dia itu nyimpen perasaan sama kamu. Dia berusaha menghancurkan rumah tangga kita, harusnya kamu sadar dengan perlakuan berlebihan dia selama ini sama kamu"

Suara Omelan Ajma terdengar jelas dan detail di telinganya. Hari ini, akhirnya Ia tersadar kenapa Via sering kali perhatian kepadanya. Jujur ada penyesalan karena Ia menganggap omongan istrinya hanya lah keoverthinkingannya saja karena efek cemburu.

'Ternyata aku yang selama ini salah menilai Via'

Kazam meringis sambil memegangi perutnya. Entah kenapa perutnya tiba-tiba saja terasa tidak enak.

"Kamu kenapa?" Tanya Umi Affah khawatir melihat Kazam tiba-tiba memegangi perut bagian atasnya.

"Kazam ke kamar mandi dulu" Kazam pun berlari dengan cepat menuju kamar mandi karena perutnya benar-benar terasa tidak enak.

Kazam pun langsung berjongkok dan memuntahkan semua isi perutnya kedalam kloset. Nafas Kazam menjadi tidak teratur dan kepalanya pun mendadak pusing.

"Apa asam lambung ku naik ya?" Pikir Kazam.

****

Menatap sebuah kalender dengan wajah cemasnya, bagaimana Ia tidak cemas sedangkan tanggal yang Ia kurung merah telah terlewati dua minggu. Ajma menghela nafas sambil menggaruk kepalanya frustasi.

"Duh.... gimana nih, aku gak mau jadi janda anak satu" Ajma merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan mulai menangis tanpa suara.

Ia tidak tau apa yang harus Ia lakukan. Ia ingin mengetesnya untuk memastikan kejelasan namun, entah kenapa Ia takut hasilnya akan positif. Jika Ia benar-benar hamil, itu artinya persidangan akan di tunda sampai Ia melahirkan.

Ajma meraih bantal guling di sampingnya dan memeluknya erat. Ia benar-benar bingung apa yang harus Ia lakukan sekarang, tidak mungkin Ia terus-terusan merepotkan Bi Indah dan Paman Dani disini jika saja Ia memiliki seorang anak nanti.

"Padahal dulu kamu sangat menanti kabar ini Mas. Kamu janji akan mendidik anak kita bersama-sama dan kamu yang menenangkan aku soal tidak usah khawatir mengenai keturunan, tapi sekarang? Pernikahan kita hanya tinggal menunggu surat dari pengadilan saja" Ajma menangis tersedu-sedu dengan menyembunyikan wajahnya di balik bantal guling.

Tok... Tok... Tok...

"Gianni" Ajma menoleh ketika mendengar suara Bi Indah. Ternyata Bi Indah sudah berdiri di ambang pintu sambil menatapnya khawatir.

Ajma pun cepat-cepat bangun dari posisinya dan menyeka air matanya walaupun Ia tidak yakin ekspresi sembabnya dapat hilang.

"Kamu kenapa nak?" Bi Indah berjalan masuk dan duduk di samping Ajma seraya memeluk tubuh perempuan itu.

"Aku.... Mmm...." Ajma bingung menjelaskannya bagaimana.

"Ada apa? Cerita sama Bibi" pinta Bi Indah.

"Aku udah telat dua minggu Bi, aku takut" Ajma terisak-isak di pelukan Bi indah.

"Kok takut? Maksudnya kamu takut kamu hamil?" Ajma mengangguk.

"Coba saja kamu tes dulu" Ajma terdiam karena jujur Ia tidak berani melakukannya.

"Yaudah nanti Bibi mampir ke apotek ya sambil mau nganterin kue" Ajma hanya mengangguk lesu.

"Udah gak usah takut. Selalu ada hikmah dibalik setiap masalah" nasehat Bi Indah yang hanya di angguki oleh Ajma.

****

Kazam yang tak sengaja berpapasan dengan Via memilih untuk mengabaikan perempuan itu, bahkan kini ekspresi Kazam datar dan dingin tidak seperti biasanya.

"Zam Zam" Kazam menoleh ketika ternyata Via mengikutinya.

"Ada apa?" Tanya Kazam dingin.

Via menunduk seolah faham penyebab Kazam bersikap dingin seperti ini kepadanya.

"Aku minta maaf karena gak pernah konfirmasi dulu sama kamu. Tapi, okeh gak papa kalo kamu belum bisa nerima aku mungkin kamu belum siap karena masih dalam proses perceraian dengan istri kamu. Gak papa kok, aku gak masalah. Tapi plis jangan cuekin aku"

"Aku duluan" Kazam berbelok saat sudah sampai di depan kelas yang akan Ia ajar.

Via mendengus kecewa dengan perlakuan Kazam. "Aku gak akan nyerah walaupun rencana aku sebelumnya gagal" Via meremas tangannya dengan tatapan tajam menatap punggung Kazam.

Kazam berusaha rileks dan fokus walaupun kepalanya terasa pusing dan perutnya pun terasa tidak enak. Kazam menghela nafas dan mulai berdiri untuk menjelaskan materi.

"Baik untuk materi__arggh..." Kazam hampir oleng namun untungnya Ia tepat menumpukan tubuhnya pada meja.

"Astagfirullah, Gus tidak papa?" Beberapa muridnya inisiatif maju untuk mengecek kondisi guru mereka.

"Gak papa, gak papa" balas Kazam berusaha tidak membuat muridnya khawatir.

"Yasudah begini saja, karena tidak memungkinkan untuk saya menerangkan materi, kalian kerjakan LKS yang belum di kerjakan nanti taruh di meja saya"

"Baik Gus. Mau saya bantu Gus?"

"Tidak usah, insyaallah saya kuat. Saya permisi Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" semua siswanya menatap kepergian Kazam dengan raut khawatir mereka.

****

Semalaman ini Ajma tak bisa tidur. Ia menyesal karena menuruti keyakinan hatinya. Harusnya tidak malam-malam begini Ia melakukan tes. Sudah 3 testpack dengan jenis yang berbeda Ia coba dan tiga tiganya sama-sama positif.

Ajma bingung harus apa sekarang. Apakah Ia harus menghubungi Kazam untuk meminta sidangnya di batalkan terlebih dahulu? Entahlah, di dalam hatinya seperti masih tersimpan sebuah harapan kepada Kazam. Ia ingin tau reaksi laki-laki itu saat tau kabar ini.

Tanpa lama Ajma pun meraih handphonenya dan mulai memotret ketiga testpack itu, Ajma pun mengirimnya ke kontak WhatsApp Kazam yang memang masih Ia simpan.

****

Ting...

Tangan lemasnya meraih benda pipih itu di atas nakas dengan hati-hati. Dahinya mengernyit saat melihat sebuah notifikasi pesan WhatsApp dari sebuah kontak bernamakan Istri ku. Kazam menghela nafas karena telah lupa mengganti nama kontak itu.

Tanpa memikirkan nama, Kazam pun langsung membuka isi pesan tersebut yang berisikan sebuah foto yang masih proses loading. Ia pun membaca pesan di bawahnya terlebih dahulu.

Mas sidangnya tunda dulu kamu gak bisa cerain aku dalam keadaan hamil.

Matanya membulat sempurna saat membaca pesan tersebut, di tambah lagi Ia kini sudah dapat melihat foto bukti yang di kirimkan Ajma. Dadanya terasa berdetak kencang melihat benda bergaris merah itu. Kazam terdiam mematung, entahlah Ia harus menunjukkan ekspresi bagaimana. Apakah bahagia? Ataukah malah sebaliknya?

Kazam membuang handphonenya ke atas kasur dengan asal. Ia mengusap wajahnya kasar merasa frustasi akan langkah hidup yang akan Ia ambil sekarang.

"Ya Allah kenapa engkau belum juga memberikan petunjuk untuk hamba?" Kazam memejamkan matanya.

****

"Assalamu'alaikum" atensi semua orang pun teralihkan saat seorang gadis bergamis tosca datang sambil membawa sebuah rantang tingkat.

"Wa'alaikumsalam" jawab semua orang di ruang makan.

"Maaf mengganggu, saya hanya ingin memberikan ini" Via tersenyum simpul menatap semuanya.

Nampak roman Kyai Abduh tidak seramah biasanya kepada Via mengingat kejadian kemarin waktu orang tua Via datang dan meminta Kazam menikahi gadis itu.

"Terimakasih nak Via sudah repot-repot"

"Enggak kok gak repot Bu nyai" Via tersenyum simpul.

"Mmm... Kazam mana ya Bu nyai? Dia gak ikut sarapan? Saya ada sedikit urusan sama dia, terkait sesama pengajar madrasah" bohongnya padahal Ia ingin bertemu Kazam karena ingin membicarakan perasaan.

"Dia ada di taman belakang, silahkan kamu temui disana" perintah Umi Affah.

"Baik, terimakasih Bu nyai" tanpa lama Via pun berjalan pergi menuju taman belakang.

Sesampainya di taman, Via celingukan mencari keberadaan Kazam namun Ia tidak menemukannya, yang Ia temukan hanyalah handphone dan kopinya saja yang tergeletak di atas meja santai.

Ting...

Dahi Via mengernyit melihat notifikasi pesan masuk di handphone yang Kazam tinggalkan tersebut. Matanya membulat melihat nama kontak di bar notifikasinya.

"Jadi Kazam belum ganti nama kontaknya" Via menggerutu kesal.

Ia pun mengambil benda pipih tersebut dan membuka pesan yang masuk. Matanya membulat sempurna ketika melihat isi pesan tersebut serta Ia pun membaca pesan sebelumnya yang di kirim pada pukul 21:00 yaitu semalam.

"Jadi dia hamil? Aduh bisa gawat nih, bisa-bisa mereka gak jadi cerai" Via nampak gelisah.

Senyuman licik pun tercetak dari bibirnya saat menemukan suatu ide untuk kembali membuka perempuan itu terkena masalah.

"Ekhem..." Tubuh Via mengejut saat mendengar dekheman seseorang.

"Eh, sorry tadi ada pesan masuk aku pikir penting jadi aku buka" alibinya seraya meletakkan kembali benda pipih itu ke atas meja.

"Ada apa?" Tanya Kazam dingin.

"Zam, mending kamu hati-hati deh. Siapa tau istri kamu ngabarin kalo dia hamil, ternyata anaknya bukan anak kamu" Kazam mengernyitkan dahinya menatap Via ragu.

"Diakan sebelumnya udah pernah selingkuh sama Alaric, pasti mereka udah pernah ngapa-ngapain. Kamu udah lama, kan gak main sama dia? Atau bahkan kamu gak per__"

"Tentu aku pernah melakukannya karena dia istri aku gak mungkin aku gak pernah melakukannya" sela Kazam.

"Tapi udah lama, kan?" Via berusaha membuat Kazam terintimidasi.

"Proses pembuahan sel telur membutuhkan kurun waktu 40 hari jadi aku rasa masih kemungkinan besar itu anak aku" Kazam berbicara tanpa menatap Via.

"Bagaimana kamu yakin? Kamu, kan gak tau DNA nya" Via masih berusaha keukeh.

"Aku tau karena disini aku yang merasakan rasa mualnya" Via terdiam mendengar itu.

"Kalau kamu kesini hanya untuk membicarakan perasaan mu lebih baik kamu pergi! Karena jawaban aku masih tetep sama" Via menunduk dengan perasaan berkecamuk karena telah di tolak untuk yang kedua kalinya oleh orang yang Ia cinta.

"Zam... Kamu beneran gak ada rasa sedikit aja sama aku? Kamu gak mau ngasih aku kesempatan? Aku udah mendem perasaan aku dari lama loh, bahkan dari kita SMA aku udah sempet kasih kode sama kamu tapi kamu gak pernah peka sama perasaan aku" Mohon Via.

"Kamu pergi! Jangan bikin aku makin ruet" Kazam menunjuk ke arah pintu keluar dengan wajah melengos.

"Maaf Zam" Via menunduk dan mengalah untuk pergi. Namun, sebenarnya tidak dengan hatinya, Ia berjanji tidak akan menyerah untuk mendapatkan Kazam.

'Andai rencana penyekapan Alaric waktu itu berhasil gue pasti punya bukti palsu buat gue tunjukin sama Kazam. Tapi gak papa gue masih punya rencana lain' batin Via dengan seringai liciknya.

_

_

_

Jangan lupa voment→⁠_⁠→

Continue Reading

You'll Also Like

4.7M 285K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...
17K 1K 21
Raina hanya seorang gadis biasa namun mempunyai kemampuan tak biasa dibawa oleh paman dan bibinya tinggal di negara lain atas insiden kematian kedua...
2.8M 188K 40
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
60.6K 7.2K 13
"there is nothing more beautiful than loving you, Jung Wooyoung" ㅡSan, choi.