Ending [Vmin] ✔

Keripikpisang__ tarafından

6.2K 385 23

❛❛ Jimin dikutuk untuk menerima karma orang tuanya ❜❜ __Vmin;Brothersip. || SELESAI ✔|| #7 Jimin... Daha Fazla

PROLOG
1|| Tentang luka Jimin
2|| you're name
3 || Tempat misteri
4|| Andai aku ikut mati
5|| Taehyung dan dendamnya
6|| Jimin pantas dihukum
7|| Tawanan Tampan
8|| Aeri si guru lukis
9|| Penyupus ruangan
10|| Dalang peristiwa
11|| Perasaan yang hilang
12|| Perubahan Taehyung
13|| something wrong
15|| Pria asing
16 || Siapa dia?
17|| Sesuatu yang baru
18|| Mantan kekasih
19|| Gulungan kertas lagi
20|| Sekilas masa lalu
21 || Anggota baru mereka
22 || Dunia dan lukanya
23 ||Something missing
24 || Misi penyelamatan
25 || Tetaplah hidup
26 || Kasus terungkap
27 || Rona merah jambu
28 || Stay Together
29 || Ajakan kencan
30 || Lebih lama didunia
31 || Tertangkapnya pelaku
32 || Senja Terakhir
33 || Dia yang pergi [END]
EPILOG

14 || You'll be fine

154 13 2
Keripikpisang__ tarafından


***

Suara dentingan jam terdengar samar di pendengaran Jimin. Saat kesadarannya sudah mulai muncul seakan suara jam itu teralihkan dengan pening yang dia rasakan pada kepalanya. Perlahan netranya terbuka, menyusuri ruangan yang ber-cat putih di sekeliling nya, sempat dia kira mungkin sudah ada di surga namun suara Jiwoo menyadarkan bahwa dia masih ada didunia.

"Bagaimana keadaan mu, Jim?"

Jimin mencoba menoleh dengan lemas kesamping, mendapati jiwoo yang menatapnya penuh kecemasan.

Jimin menyempatkan tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan itu, "Aku tidak apa-apa." Ujarnya.

"Kau tau, jantung ku hampir copot karena kau." Ucap Jiwoo.

Jimin mencoba mengingat kejadian yang membuatnya harus terbaring di kamar rumah sakit ini, namun bukannya jawaban yang dia temukan malah kepalanya terasa semakin berdenyut.

"Kenapa aku bisa disini, ji?"

"Aku dan Aeri ingin mengajak mu keluar, tapi saat masuk kedalam rumahmu kita menemukan mu tergeletak tak sadarkan diri. Naasnya tak seorang pun yang menolong mu didalam sana." Jelas jiwoo dengan nada yang sedikit geram.

Setelah penjelasan dari sahabatnya, Jimin jadi teringat sekilas bahwa dia sempat bertengkar dengan Taehyung. Hanya itu yang dia ingat, bahkan tak ingat mengapa dia bisa sampai pingsan.

Ngomong-ngomong tentang Taehyung, hati Jimin kembali sakit saat mengingat perkataannya waktu itu, tak dia sangka saudara tirinya ternyata sebenci itu kepada dia.

Disaat Jimin yang sibuk dengan pikirannya, pintu ruangan terbuka dan sosok Aeri masuk dari luar ruang rawat membawa beberapa makanan didalam kresek yang dia pegang.

"Hei, kau sudah bangun? Bagaimana keadaan mu?" Ucapnya segera menghampiri Jimin.

"Tidak apa-apa, Aeri."

Aeri akhirnya bisa bernapas lega, sungguh dirinya sangat khawatir dengan keadaan anak itu, apalagi saat mendapatinya tergeletak tak berdaya di ruang tamunya kemarin.

"Kenapa kau bisa pingsan? Apa karena si bajingan kim Taehyung itu lagi?"

Jimin dengan cepat menggeleng, "Tidak, bukan dia.. "

"... Aku juga tidak ingat kenapa sampai bisa pingsan."

Ditengah perbincangan mereka, dokter masuk kedalam ruangan membuat perbincangan itu harus terputus sementara.

"Ada yang ingin saya bicarakan, mari satu orang ikut ke ruangan saya."

Setelah dokter mengatakan hal itu, Aeri dan jiwoo sepakat bahwa Aeri lah yang akan ikut bersama dokter dan jiwoo akan menjaga Jimin.

Perempuan itu mengikuti dokter dari belakang yang kemudian keduanya sampai di ruangan yang dituju. Dokter tersebut duduk dikursinya kemudian Aeri duduk di kursi depan dokter tersebut setelah dipersilahkan.

"Sebelum saya mengatakan hal ini, apa teman anda pernah mengatakan bahwa sering merasakan nyeri pada bagian jantungnya?"

Aeri tak begitu tau tentang hal itu, apalagi mereka baru saja saling mengenal satu sama lain. Kalau tau akan di tanya begini mungkin dia akan menyuruh jiwoo saja yang pergi bersama dokter tadi.

"Saya kurang tau dok, kami juga baru saja saling mengenal."

Setelah mendengar penjelasan dari Aeri, dokter tersebut hanya mengangguk pelan. Setelah menarik nafas panjang pria itu kembali berbicara, "Teman anda mengidap penyakit jantung stadium akhir, oleh sebab itu saat melakukan aktifitas yang melelahkan dia akan gampang sesak."

Aeri membeku ditempatnya mendengar penjelasan dokter didepan. Mulut perempuan itu bungkam tidak tau apa yang harus dia katakan untuk membalas perkataan pria didepannya.

"Mungkin penyakit teman anda sudah lama dia idap, namun tak pernah dia lakukan pengobatan sama sekali. Saya berharap semoga dengan berbagai pengobatan teman anda bisa segera pulih."

Aeri masih diam menatap dokter didepannya, jantung nya berdegup kencang tak bisa dia kendalikan. Perempuan itu tak pernah berfikir akan mendengar kabar seperti ini tentang sahabatnya, apalagi mendengar bahwa Jimin memiliki penyakit yang begitu serius.

"Saya tau mendengar kabar ini pasti berat untuk anda, tapi saya percaya teman anda akan bisa sembuh dan saya harap anda juga percaya akan hal itu. Kita akan sama-sama berjuang untuk kesembuhan teman anda."

Aeri tau.

Dia harus percaya.

***

Konon, manusia punya masa tersendiri, masa dimana mereka bahagia dan masa dimana dia harus pergi setelah fase itu habis. Itu benar adanya. Faktanya fase itu sangat sulit untuk di Terima manusia, apalagi yang menyangkut kehilangan.

Bagaimana pun sakitnya akan tetap ada, bagaimanapun bentuknya.

Hari sudah mulai sore, keadaan rumah sakit sudah mulai tidak seramai tadi siang. Ada yang duduk melamun didepan ruang rawat, ada yang tertidur di kursi tunggu, dan bahkan ada yang menyendiri di taman rumah sakit.

Pemandangan sore kala itu membuat seakan suasana sangat menyelekik. Aeri memandang lurus koridor yang dia lewati. Dengan perasaan yang sesak, dia tak ada keberanian menampakkan wajahnya di depan kedua sahabatnya yang mungkin kini tengah menunggu kabar dari dia.

Lalu apa? Apa Aeri akan masuk kedalam sana dan mengatakan bahwa Jimin sekarat? Itu akan sangat melukai hati Jimin dan juga Jiwoo yang sudah sangat lama bersahabat dengan pemuda tersebut.

Kantung baju perempuan itu kembali bergetar, namun tak dia lihat karena dia tau siapa yang memanggil. Sejak tadi panggilan dari Jiwoo terus saja menghantuinya, namun lagi-lagi tak ada keberanian yang dia punya untuk sekedar berbicara kepada pemuda itu.

Aeri memilih duduk di taman rumah sakit, memandang lurus rerumputan hijau yang tak begitu panjang namun rapi ditaman itu. Disampingnya ada perempuan yang tengah berbincang dengan pria, yang mungkin pria itu adalah ayahnya setelah dilihat dari perawakan pria tersebut.

Timbul pertanyaan dibenak Aeri, apa perempuan itu juga memiliki penyakit yang mematikan seperti Jimin? Atau hanya sakit biasa saja?

Namun saat tengah bergulat dengan pikiran nya sendiri jiwoo tiba-tiba saja sudah ada duduk disamping Aeri ikut menatap perempuan yang dia lihat.

"Kau naksir dengan ayahnya?"

Seketika atensi Aeri teralihkan kepada jiwoo yang tiba-tiba saja ada didekatnya, "Kau mengagetkan ku!"

Jiwoo hanya terkekeh pelan saja, "Maaf... Aku hanya bingung kenapa kau ada disini dan menatap perempuan dan pria disana, jadi ku pikir mungkin kau naksir dengan pria paruh baya itu."

Aeri berdecak sebal namun tidak membalas ejekan jiwoo. Pikirannya tentang Jimin kembali lagi. Jiwoo sudha ada disini, dan perempuan itu bingung apa harus memberi tahunya sekarang atau tidak.

Dahi pemuda itu berkerut melihat wajah Aeri yang langsung menjadi muram, "hei, apa kau sedih dengan ejekan ku barusan?"

"Aku hanya bercanda!"

Aeri menggeleng.

"Jiwoo, apakah penyakit jantung stadium 3 bisa sembuh?"

"Kenapa kau bertanya begitu?"

Aeri memandang wajah pemuda di sampingnya itu dengan sendu. Dia tak tau apakah pemuda itu akan mengerti mengapa dia bertanya demikian atau tidak.

"Aku... Hanya ingin tau saja."

Jiwoo nampak berfikir terlebih dahulu, lalu setelah mendapatkan jawabannya dia kemudian menjawab pertanyaan Aeri, "Dari kebanyakan kasus yang terjadi, banyak yang tidak selamat."

Disaat itulah juga mata Aeri berair setelah mendengar jawaban dari Jiwoo. Pemuda yang menjawab pertanyaan sahabatnya itu dibuat kebingungan sendiri.

Aeri itu contoh perempuan yang sangat jarang menangis, bahkan tangannya patah saja dia hanya terlihat santai. Tapi kali ini perempuan itu sudah menangis tersedu-sedu didekatnya.

"Hei, kau kenapa? Aku hanya menjawab pertanyaan mu."

"Kalau begitu apakah Jimin juga tidak akan selamat?"

Jiwoo terkejut mendengar perkataan Aeri barusan, namun itu sekaligus menjawab pertanyaannya mengapa Aeri bisa menangis saat mendengar jawaban darinya.

Dia memang bodoh, tapi kali ini dia mengerti. Jiwoo menarik Aeri kedalam pelukannya, membiarkan perempuan itu menangis didalam dekapan nya sore itu.

Jimin, selama ini kukira kau sudah cukup menderita, mengapa semesta begitu senang membuat mu sengsara?

TBC

Maaf apabila banyak typo, Terima kasih yang sudah mau membaca dan meninggalkan vote serta komen.

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

523K 12.8K 6
"Seokjin belikan hyung garam" "Seokjin ambilkan handuk" "Seokjin dimana sikat gigiku?" "Seokjin jangan makan eskrim ku!" "Seokjin pel lantai yang ber...
756K 75.7K 53
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
19.2K 3K 39
Kasih sayang dan tuntutan yang tanpa di sadari menyebabkan sebuah masalah bagi kesehatan dan mental sang anak.
8K 374 12
karena sebuah permainan konyol Alex mavelos pria tampan namun cenderung cantik harus terjebak dalam suatu permainan taruhan bersama teman para teman...