Happy reading...
***
Di pagi hari yang cerah terdengar keributan di mension keluarga Caksara. Pelakunya adalah sang kepala keluarga yaitu Riberto Darman Caksara. Sudah tiga kali Riberto berteriak membuat seisi mension dipenuhi oleh suaranya.
"Bund dasi ayah yang warna merah mana" Teriak Riberto dari lantai atas. Ini sudah teriakan yang ke empat kalinya, mulai dari dompet, kemeja, berkas, dan sekarang dasi semua ia tanyakan pada Fana. Sampai sampai masakan yang sedang Fana buat hampir gosong karna harus terus membalas teriakan suaminya.
"Astaghfirullah ayah kan udah bunda bilang semua dasinya udah bunda susun rapih di lemari sebelah kiri" Fana juga ikut berteriak.
"Gak ada, ayah udah cari" Teriaknya lagi.
Fana menghela nafas gusar, pagi pagi sudah harus emosi karena ketidak telitian suaminya itu. "Bi tolong lanjutin saya mau ke atas dulu"
"Iya siap nyonya" Ucap bi Ani mengambil alih penggorengan itu.
Fana keluar dari dapur dan menghampiri suaminya. "Awas ya kalau sampai bunda cari ketemu, liat aja" Ancamnya.
Fana membuka lemari tempat dasi Riberto, ia mengambil dasi yang di cari suaminya itu dan menunjukkan padanya.
"Ini apa" Ucapnya memegang dasi itu.
Riberto menggaruk tengkuknya tak gatal "Tadi gak ada beneran sumpah" tangannya terangkat dan membuat jari jarinya berbentuk V.
Fana memukul tangan Riberto. "Kebiasaan mu itu loh gak hilang hilang. Kalau apa apa tuh cari yang bener kenapa sih, jangan langsung teriak teriak" Omelnya sambil melangkah menuju dapur tak lupa Riberto yang mengekorinya di belakang.
"Ada apa sih bund, pagi pagi udah ngomel aja. Ayah juga tadi kenapa teriak teriak, suara ayah sampai kamar Yezran tau" Ucap Yezran yang sudah duduk di kursi meja makan.
"Biasa ayah kamu ini gak bisa nemuin barang barangnya kalau bukan bunda yang nyari" Sindir Fana sambil merapihkan makanan di atas meja.
"Bukan gak bisa, emang barangnya aja yang gak mau di temuin sama ayah" Ujar Riberto memberi alasan.
"Halah kebanyakan alasan kamu" Fana meletakkan sepiring nasi goreng di depan Riberto.
Baru saja Riberto ingin memasukkan satu sendok nasi goreng kedalam mulutnya malah di tahan oleh Fana.
"Tunggu bunda mau panggil Giren dulu" Fana melangkah berniat naik ke lantai atas memanggil Giren namun sang empuh sudah muncul menuruni tangga.
"Gak perlu bund" Ujar Giren baru saja sampai di meja makan.
"Baru aja bunda mau naik" Giren hanya tersenyum menanggapi Fana.
"Yaudah kalau gitu ayo makan" Ucap Fana duduk di samping Riberto.
"Tunggu, bang Devan mana bund" Tanya Giren.
"Oh Abang kamu itu punya kelas pagi jadi tadi sarapan duluan" Giren hanya ber'oh'ria.
***
Motor Yezril dan Yezran memasuki kawasan parkiran sekolah. Giren yang duduk di jok motor Yezril turun dengan perlahan. Sudah Giren duga si Pajero dkk pasti berada di parkiran menunggu kedua Abangnya. Emang kelewatan solid mereka.
Tak ingin merusak pagi cerahnya, Giren buru buru meninggalkan parkiran tak lupa melepas helmnya dan memberikannya pada Yezril.
Jerome dkk mendekat pada Yezril dan Yezran. Ovan yang semula memperhatikan Giren menatapnya aneh. "Buru buru amat tuh bocah, udah kayak abis liat setan aja"
"Iya lo setannya" Celetuk Reno membuat Ovan membulatkan matanya.
"Enak aja ganteng gini dikira setan"
"Perlu gue beliin kaca" Sahut Abizer sebelum pergi di ikuti oleh Jerome, Yezril dan Yezran. Ucapan Abizer semakin membuat Ovan kesal, bagaimana tidak sekalinya Abizer menyahut malah mengeluarkan ucapan yang pedas.
"Tega banget sih a' sama Ovan" Teriak Ovan dramatis sambil mengerucutkan bibirnya membuat Reno merauk wajahnya.
"Muka lo bukannya imut malah serem tau gak Van" Reno meninggalkan Ovan.
"Kenapa sih gue tiap hari ternistakan mulu" Gerutunya menghentak hentakkan kakinya mengekori Reno.
***
Giren berada di koridor menuju ke kelasnya namun langkahnya terhenti saat mendengar suara keributan di satu ruangan kosong. Ruangan itu sudah tak terpakai lagi, tadinya ruangan itu tempat ekskul lukis tapi karna peminatnya sedikit kepada sekolah memberhentikan ekskul itu.
Karna rasa penasaran yang tak bisa ia tahan, Giren membuka sedikit pintu itu dan mengintip dibalik pintu. Ruangan itu sedikit gelap tapi tak menghalangi matanya mencari keberadaan keributan itu. Matanya tertuju pada dua orang gadis yang sedang bersitatap. Betapa terkejutnya Giren saat melihat salah satu gadis itu menampar gadis yang tentu ia kenal, gadis itu adalah Miranda.
"M-maaf kak" Ucap Miranda.
"Lo fikir karna Giren udah berhenti bully lo, lo bakal aman" Ucap gadis itu bernama Vioren. Ternyata selain Giren dan teman temannya ada juga tukang bully yang lain di sekolah ini.
"Aku salah apa sampai kakak bully aku"
"Lo tanya salah lo apa?"
"Lo hidup aja udah salah TAU GAK" Sentak Vioren membuat Miranda terkejut.
Vioren tersenyum miring lalu mendekat pada Miranda. Tangannya menjambak Miranda sampai membuat sang empuh mendongak.
"Ternyata selain lo caper ke keluarga gue, lo juga caper sama anak Fegozy. Gue gak nyangka lo sehaus kasih sayang itu" Vioren melepas jambakannya dengan kasar.
"Hiks hiks" Miranda terus menangis membuat Vioren semakin geram.
"Bisa gak gausah nangis, telinga gue sakit denger suara lo yang jelek itu" Vioren mendorong Miranda sampai terjatuh.
Vioren berjongkok di depan Miranda. "Gue peringatin sama lo, berhenti caper ke keluarga gue. Kalau gak gue bakal buat yang lebih parah dari ini" Miranda terus menangis sambil memeluk lututnya.
"DENGER GAK" Bentak Vioren.
"Hiks D-denger kak" Ucap Miranda terbata bata.
Vioren berdiri lalu melangkah menuju pintu. Dengan buru buru Giren bersembunyi di balik tong sampah dekat dari pintu ruangan itu. Untung saja Vioren tak melihatnya.
Giren tak ingin mendapat masalah lagi, ia beranjak dari sana menuju kelasnya.
***
Keadaan kelas Xll IPA 2 sedikit rusuh akibat jamkos. Guru yang mengajar di jam pertama hari ini izin tak hadir karna harus menemani istrinya lahiran.
Semua murid berbuat sesukanya di dalam kelas. Walaupun jamkos mereka tetap mematuhi aturan untuk tidak keluar kelas. Lain jika itu adalah anak Fegozy, semua aturan sudah mereka langgar.
"Eh gue inget sesuatu" Ucap Reno tiba tiba.
"Apaan" Sahut Ovan sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Semalam bang Johan ngabarin gue bakal ada balapan malam ini"
"Terus" Balas Ovan.
"Bang Johan nanya kita mau ikutan kagak"
"Gimana Jer" Tanya Yezril.
"Gue sih ayo ayo aja"
"Siapa yang mau turun kali ini" Tanya Yezran.
"Jerome minggu lalu kan udah, gimana kalau Abizer aja" Ujar Ovan memberi saran.
"Ide bagus tuh" Reno menjentikkan jarinya.
"Boleh, gimana Zer" Jerome menatap Abizer menunggu jawaban dari sang empuh.
"Hm" Singkat, padat dan menyebalkan.
"Oke nanti malam kita kumpul di markas jam 8" Ucap Jerome.
Bersambung...