Happy reading...
***
Di kamar, Giren duduk di meja belajarnya seraya membolak balikkan hp merek apel yang sudah digigit itu.
"Aku minta tolong siapa ya nganterin ke konter hp" Giren menangkup wajahnya. Ia bingung ingin meminta tolong pada siapa, pada Kesya tapi ia tidak tau harus menghubunginya bagaimana.
Giren menepuk jidatnya sendiri. "Bodoh, kan sekarang aku udah jadi orang kaya pasti ada supir pribadi disini."
Giren beranjak dari kursi dan keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Fana lagi. Baru saja ingin ke kamar Fana, Giren melihat Fana berjalan ke arah dapur.
Dengan terburu buru Giren menuruni tangga. "Bunda tunggu" Teriaknya dari atas tangga membuat Fana berbalik.
"Iren hati hati turunnya" Ucapnya khawatir.
"Bunda" Giren tiba dihadapan Fana.
"Kenapa sih, sampai lari lari gini"
"Bunda Iren mau pergi ke konter hp tapi Iren bingung mau naik apa kesananya. Ada supir gak yang bisa nganterin Iren"
"Ada dong, kapan perginya"
"Sekarang" Fana menatap jam tangannya. Sekarang jam itu tertuju pada pukul 07.04.
"Udah malam, kamu di anterin Yezran aja ya" Giren menggelengkan kepalanya.
"Gak ah bund, bang Yezran mah ngeselin"
"Terus sama siapa dong, ini udah malam loh"
"Iren di anterin supir aja ya bund, Iren bisa kok pergi sendiri"
"Gak bisa sayang, kamu ini baru sembuh bunda gak mau kamu kenapa kenapa"
Devan yang ingin ke dapur malah dicegat oleh Fana membuatnya berhenti.
"Nahh kamu sama bang Evan aja ya perginya" Giren melirik Devan, wajah itu selalu saja datar. Karna tak ingin berdebat lagi Giren mengiyakannya saja.
"Yaudah Iren mau ke kamar dulu siap siap" Giren berbalik ingin melangkah namun suara bariton itu menghentikannya.
"Pake hoodie sama celana panjang" Giren berbalik kembali ke arah Devan.
"Kenapa" Ujarnya tak mengerti.
"Dingin" Ucap Devan sebelum pergi ke dapur.
Giren menyipitkan matanya. "Dasar kulkas" Umpatnya kesal.
Tak ingin buang waktu Giren kembali melangkah menuju kamarnya untuk bersiap siap takut nanti semakin malam.
***
Sesuai dengan keputusan Fana tadi, Giren pergi bersama Devan. Di perjalanan tak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun. Devan fokus mengemudi dan Giren fokus melihat keluar jendela disepanjang jalan.
Sampai di sebuah konter hp cukup besar. Devan memarkirkan mobilnya dan membuka seat belt begitu pula dengan Giren. Mereka keluar dari mobil dan masuk kedalam konter itu.
"Selamat datang di konter Kerja Jasa ada yang bisa saya bantu" Ucap pegawai itu ramah.
"Saya mau perbaiki hp bisa" Ucap Giren.
"Boleh saya cek kondisi hpnya terlebih dahulu"
"Ah silahkan" Giren memberikan hpnya pada pegawai itu.
"Oh ini LCDnya rusak, mungkin butuh waktu sekitar 3 jam memperbaikinya. Mbak mau tunggu atau di ambil besok?" Tanya pegawai itu.
"Bang" Giren mendongak sedikit menatap Devan. Devan menghela nafas lalu mengangguk. Giren tersenyum gembira.
"Tunggu aja mas" Ucap Giren tersenyum.
"Baik, silahkan duduk di ruang tunggu" Pegawai itu mulai memperbaiki hp Giren.
Sedangkan sang pemilik hp sedang duduk manis bersama Devan di sampingnya. Devan sedang fokus dengan hpnya mengecek berkas berkas lewat online. Sungguh gila kerja fikir Giren. Namun suara gemuruh perut seseorang membuat fokus Devan terganggu. Sang pemilik perut sudah cengengesan sambil memegangi perutnya.
"Ayo" Ucap Devan berdiri dari duduknya.
Giren mendongak menatap Devan. "Kemana"
"Cari makan" Giren langsung tersenyum sumringah mendengar kata makan. Giren mengekori Devan masuk ke mobil.
"Mau makan apa" Tanya Devan fokus menyetir.
"Apa aja yang penting makan" Ucap Giren memainkan tali Hoodienya.
Devan mencari restoran terdekat dari konter tadi. Sampailah mereka di restoran Starnice's. Restoran itu terbilang mewah dan lagi viral di kalangan remaja.
Mereka masuk dan duduk di satu ruangan VIP. Devan lebih suka ruangan yang tertutup karena ia tak terlalu suka kebisingan saat makan makanya ia memesan ruangan VIP untuknya dan Giren.
"Pesan" Devan menyodorkan menu pada Giren.
Giren membukanya, membaca setiap nama makanan yang ada di menu itu. Sampai matanya tertuju pada satu makanan yang menggugah seleranya.
"Aku mau Kerang Saus Tauco, grilled cheese sa-"
"Jangan Grilled cheese kamu alergi keju, yang lain" Ujar Devan memotong ucapan Giren.
"Kalau gitu kimchi ji.. apa jiga ah pokonya itu" Masa bodo sama nama makanannya.
"Yang lain, terlalu pedas" Devan kembali melarang.
"Tapi aku lagi mau makan pedas" Ucap Giren keukeh ingin memesan itu.
"Gak, yang lain" Devan tetap melarang, pasalnya Giren kalau makan makanan yang terlalu pedas sering mengalami sesak nafas jadi Devan sangat melarangnya.
"Plisss kali ini aja, Iren pengen tau rasanya kimchi kimchi itu boleh ya bang" Giren mengeluarkan jurus andalannya dengan tatapan memohon.
Menyerah, Devan tak sanggup melihat Giren menatapnya penuh mohon. "Oke tapi dikit aja nanti makanya" Giren mengangguk antusias.
Devan memencet bel di sudut dinding, tak lama kemudian seorang pelayan masuk. "Baik pesanannya apa mas mba" Tanya pelayanan itu memegang Notebook dan pulpen di tangannya bersedia menulis pesanan mereka.
"Kerang saus tauco, Kimchi jjigae, Skirt steak, Tiramisu, minumnya Ice Squash-" Ucapan Devan terpotong.
"Aku Chocolate Milkshake" Sambarnya cepat.
"Baik tunggu sebentar ya, pesanannya akan segera di buat" Pelayan itu keluar menyisakan Giren dan Devan yang saling diam diaman.
***
Di kediaman Caksara kedatangan tamu tak di undang. Siapa lagi kalau bukan Miranda. Kini ia duduk di tengah tengah ke enam pemuda itu yang pastinya Jerome berada di sampingnya.
"Kak Yezril gapapa, kata kak Jerome tadi kakak di hajar geng Andaroz ya" Ujar Miranda.
"Gue gapapa, thanks udah repot repot datang kesini jengukin gue"
"Sama sama, kalau boleh jujur tadi aku khawatir banget pas denger kabar kalau kak Yezril di pukulin"
"Lo emang baik banget Mir, makasih ya sekali lagi" Miranda tersenyum lebar pada Yezril membuat seseorang berdigik negeri.
"Cari perhatian" Batin seseorang.
Bersambung...
♣♠♣
Hayo siapa ya kira kira yang gak suka sama Miranda selain Giren dkk.
Ada yang penasaran gak???
Biar tau ayo ikutin terus cerita el, jangan lupa di vote ya biar el tambah semangat lanjutin ceritanya.
Salam cinta dari el🧡