GADIS ATHEIS GUS ZAYYAN [END√]

By Abyylatte_

93.9K 5.6K 5.8K

"Lo yakin Tuhan itu ada?" "Di dunia ini nggak ada yang bisa lo percaya selain diri sendiri." "Untuk apa perca... More

P R O L O G
[1] Tidak direstui
[2] Kesayangan
[3] Saling kenal?
[4] Pertemuan menjengkelkan
[5] Pernikahan dipercepat
[6] Keputusan terbaik
[7] Berakhir?
[8] Ikhlas?
[9] Kunjungan yang salah
[10] Alesya dan gadis kecil
[11] Kericuhan di kantin
[12] Sudut pandang Alesya
[13] Hari yang tak dinanti
[14] Kakak atau Om?
[15] Membuat ulah
[16] Pengajian bareng
[17] Masih sayang
[18] Hati Alesya panas
[19] Islam itu kok beda?
[20] Zayyan punya anak?
[21] Mama ....
[22] Suami Ale ganteng!
[23] Alesya sakit
[24] Pacaran halal?
[25] Putus? Lagi?
[27] Nggak mau putus!
[28] Pembuktian Alesya
[29] Belajar berhijab
[30] Masuk islam?
[31] Berakhirnya masa putih abu-abu
[32] Pondok pesantren An-Nabawi
[33] Bertemu Adik ipar
[34] Manusia pertama di bumi?
[35] Penyebaran foto
[36] Anak?
[37] Pelukan yang menenangkan
[38] Sudah Cinta?
[39] Kekhawatiran Alesya
[40] Umi ...
[41] Pria asing
[42] Pendonor
[43] Istri seutuhnya
[44] Kesayangan Zayyan
[45] Penyesalan
[46] Kabar bahagia
[47] Pendonor [spoiler]
[48] END
E P I L O G
[C A S T]
infooooo harus di baca

[26] Belajar cinta

1.4K 99 37
By Abyylatte_

jangan lupa follow akun author! Abyylatte_

aku ga mau pakai target lagi, serah kalian deh mau komen atau kagak terserah kalian mah,
PUYENG AING TEH! AAAAA MINIMAL KASIH SUPPORT GITUUUU

HAPPY READING SAYANGGG!

_________________________________________

"AAAAA BROTHER!!"

Di sebrang sana Kevan menutup telinganya karena teriakan cempreng Alesya yang tidak dikondisikan.

"Brother gue ..." Alesya merengek. Kevan yang sudah paham langsung memutar bola matanya malas.

"Apa lagi? Sok sok an pakai manggil gue brother lagi lo, Kak. Giliran ada maunya aja lo nelpon gue setan."

"ZAYYAN MARAH KEVAN, AAAA GUE HARUS GIMANA." Kali ini, rengekan itu diiringi dengan teriakan. Membuat Kevan mendengus kesal.

Kenapa giliran ada masalah dengan Zayyan kakaknya itu selalu mengadu padanya coba? Giliran ia minta susu aja nggak dikasih. Dasar pelit.

"Van, kamu kalau video call sama cewek kamu jangan berisik dong! Aku lagi belajar!" Kekesalan dari teman asramanya membuat dengusan kesal lagi-lagi dikeluarkan Kevan.

Di pondok tempat Kevan menuntut ilmu memang diperbolehkan membawa ponsel, laptop, atau sejenisnya. Tapi diluar itu juga kalau ingin memainkan semua benda itu pasti ada jamnya. Misalnya setiap jam 2 siang hingga azan ashar berkumandang semua ponsel dan laptop di kumpulkan lagi diruangan ustadz.

"Iya-iya, cerewet." Kevan memutuskan untuk membawa laptopnya yang masih menyambung dengan Alesya keluar dari asrama, cowok itu duduk lesehan di teras asrama. Sekalian menatap para santri yang berlalu lalang. Beda sekali dengan tipe Kevan yang mageran dan lebih suka diam di asrama.

"Van," panggil Alesya.

"Hm, apaan?" sahut Kevan yang sebelumnya menatap para santri yang lewat kini beralih menatap Alesya.

"Lo dengerin gue kan?"

"Iya, Kak. Denger. Tadi teman gue marah karena suara lo, jadi gue pindah. So, Kak Zayyan marah karena apa lagi?" tanya Zayyan.

Alesya menekuk bibirnya sedih. Matanya berkaca-kaca bersiap menumpahkan air mata yang sejak tadi ia tahan.

"G-gue salah ya, Van? Kemarin malam gue ketemuan sama Arvan, di apartemen dia. Sebenarnya gue nggak mau, tapi Arvan maksa dan gue nggak bisa nolak, Van. Gue harus gimana ..." lirih Alesya merasa frustasi.

"Kak Zayyan di rumah?"

"Enggak, dia kerja."

"Lo pergi ke sana izin sama Kak Zayyan?" tanya Kevan yang dibalas gelengan pelan dari Alesya.

"Pantes," sahut Kevan, menghela nafas. "Lo sadar kesalahan lo kan, Kak? Kenapa lo nggak izin coba? Lo anggap dia suami nggak? Coba aja lo izin pasti dia bakal izinin, gue yakin dia bakalan ngertiin kondisi lo. Lo pikir dia nggak sakit hati? Kak, dia juga manusia kali. Lo sendiri kalau dia jalan sama cewek lain terima nggak? Nggak, kan? Terus kenapa malah lo yang giniin dia. Lo patokan semuanya sama diri lo sendiri, lo terima nggak kalau ada di posisi Zayyan, ha?"

Bibir Alesya semakin bergetar mendengar ucapan Kevan. Kenapa Kevan marah? Sebelumnya sepupunya itu tidak pernah berucap kasar seperti itu. Itulah makanya Alesya selama ini lebih suka cerita dengan sepupunya itu. Karena memang cuma Kevan yang bisa mengerti kondisinya selama ini. Tapi sekarang apa? Cowok itu malah bicara seperti itu. Memang bukan kasar, tapi bagi Alesya itu cukup membuat ia sakit hati.

"L-lo nyalahin gue?" tanya Alesya tidak percaya. Air mata kembali merembes membasahi pipi gadis itu. Memangnya siapa juga yang mau berada di posisi seperti Alesya? Tidak ada.

"Terus lo pikir gue nyalahin siapa selain lo?"

"Arvan nggak baik buat lo, Kak. Berapa kali gue harus bilang sama lo?" Kali ini nada Kevan terdengar serius.

Habis sudah kesabaran Alesya. Gadis itu mengacak spray kasurnya dengan frustasi. Menatap kesal pada Kevan yang hanya diam. "Serah, deh! Capek gue anjing! Kenapa lo malah ikutan nyalahin dan mojokin gue sih?! Emang lo pikir gue curhat gini supaya dapat apa? Harusnya lo bantu nyari solusi, Kevan anjing! Bukan mojokin gue kaya gini! Arghh! Sama aja kalian semuaaaa!!"

Kevan mendesah berat saat panggilan dimatikan sepihak oleh kakaknya. Cowok itu meraup wajahnya frustasi. Pikirannya lagi kalut karena masalah yang ada di pondok. Kevan tidak berniat bicara seperti itu. Padahal, ia niatnya tadi juga ingin cerita dengan Alesya. Tapi malah berakhir kebawa emosi.

Kevan mengerang frustasi. Mungkin besok ia akan menelepon Alesya lagi untuk meminta maaf dengan sepupunya itu.

🍉

Di kamarnya, Alesya tidak berhenti menangis. Oh ayolah, Alesya itu cengeng jika menyangkut hal sepele. Makanya itu Alesya tidak suka dimarahin, apalagi yang memarahinya adalah orang terdekatnya.

Alesya menangis kencang dengan memukuli bantal karena rasa sakit di hatinya. Ia sakit, tapi kenapa orang di sekitarnya selalu saja menyalahkannya? Belum lagi ponselnya yang masih ada dengan Arvan. Arghh! Dasar manusia itu nyebelin ya?! Alesya mau menyalahkan tapi ia juga manusia.

"Kak Zayyan kapan pulang ..." lirih Alesya semakin membenamkan wajahnya pada bantal.

Setidaknya, dari banyak orang yang pernah marah dengannya, Zayyan lah yang tidak pernah membentak Alesya. Walaupun cowok itu sedang marah sekali pun. Suaranya tetap lembut sedikit di dominasi dengan dingin. Menyeramkan emang!

"Mau nelpon tapi ponselnya nggak ada ..."

"Masa pakai laptop lagi," sambung Alesya merasa putus asa. Tidak ada cara lain selain menunggu Zayyan pulang saja.

Sore berlalu, Alesya masih berada di kamarnya tanpa minat untuk makan sedari tadi siang. Sebenarnya bukan tidak minat, tapi Alesya tidak bisa masak. Jadi, ya nggak makan deh.

Suara mobil berhenti di perkarangan rumah mengalihkan pandangan Alesya yang sebelumnya masih membenamkan wajah di bantal. Gadis itu yakin 100% kalau itu pasti Zayyan.

Dengan antusias Alesya berlari turun dan langsung menabrak Zayyan yang baru saja membuka pintu dengan pelukan.

"Ale?" Zayyan masih mencerna apa yang terjadi. Belum lagi saat merasakan bajunya yang basah dan bahu Alesya yang bergetar diiringi isakan pelan yang semakin membuat Zayyan bingung.

"J-jangan marah. M-maaf, maafin Ale. M-maaf udah bikin Kakak marah, Ale tau, Ale salah," ujar Alesya masih terisak. Semakin membenamkan wajahnya pada dada bidang sang suami.

"Ale, kenapa nangis, hm? Kenapa minta maaf?" Zayyan melepas jas kerjanya lalu memyampiri pada bahu Alesya. Dengan mudah Zayyan mengangkat tubuh Alesya. Membuat kaki Alesya reflek melingkar pada pinggang Zayyan, dan tangannya melingkar pada leher cowok tersebut. Zayyan membawa Alesya duduk di sofa ruang tamu dengan menggendongnya ala koala. Kaya di drakor-drakor kalau kata Ale mah.

"Kamu tidak ada salah sama Kakak, jadi berhenti menangis, sayang. Nanti badannya panas." Zayyan mengusap kedua pipi istrinya yang basah. Ia sudah hafal sekali kalau Alesya terlalu lama menangis maka badannya akan panas.

Alesya tidak mendengarkan, semakin mengeraskan tangisannya dengan wajah yang membenam di celuk leher Zayyan. Yang bisa Zayyan lakukan hanya mengusap punggung Alesya yang terus bergetar hingga gadis itu lumayan tenang.

"K-kalau nggak marah, k-kenapa Ale dicuekin?" Alesya membuka suara, menjauhkan wajah dari leher Zayyan dan mendongak menatap wajah suaminya.

Zayyan tersenyum. Mengusap hidung Alesya yang berair dan beralih mengecupnya. Alesya kembali menenggelamkan wajahnya pada celuk leher Zayyan.

"Kakak tidak marah."

"BOHONG!" Alesya kembali menjauhkan wajahnya, menatap tajam Zayyan.

"Kakak bohong!" sentak Alesya, merasa kesal karena Zayyan tidak mau jujur. "KALAU KAKAK NGGAK MARAH KENAPA MALAH DIAMIN ALE? KENAPA TADI PAGI CUEKIN ALE? KENAPA MUKANYA DATAR BANGET SAMA ALE?! KAKAK PASTI MARAH! IYA ALE TAU ALE SALAH! TAPI KAKAK NGGAK BOLEH DIEMIN ALE! JANTUNG ALE SAKIT!"

"Kakak pasti-"

"Sstt." Zayyan meletakkan jari telunjuknya pada bibir Alesya. "Kakak tidak marah sama kamu. Kakak cuma ada masalah sedikit di kantor. Jadi, jangan mikir kaya gitu, ya?"

"A-ale udah mutusin Arvan. Ale mau b-belajar u-untuk cinta sama Kakak ... Boleh kan?" tanya Alesya menunduk malu membuat Zayyan menarik kedua sudut bibirnya.

"Ish! Jangan senyum gitu dong! Ale nanya juga!"

"Iya boleh, sayang. Kita sama-sama belajar." Zayyan mengecup lembut kening Alesya.

Alesya mengangguk riang dan menyandarkan wajahnya pada pundak Zayyan.

"Ale, kamu belum makan?" tanya Zayyan menatap wajah Alesya yang memucat. Mendapatkan balasan gelengan kepala dari Alesya, Zayyan pun langsung menggendong Alesya menuju dapur.

"Kakak masakin, ya? Kamu tunggu di sini sebentar."

🍉

Alesya asik menonton drakor di ponsel Zayyan. Seperti yang kalian ketahui, ponsel Alesya sudah tidak ada karena direbut paksa di sekolah tadi dengan Arvan. Alesya juga tidak mau ambil pusing. Walaupun sedikit pusing karena ia lebih suka menonton di ponsel bukan laptop. Makanya dia minjam ponsel Zayyan.

"Ponsel kamu ke mana?" tanya Zayyan melingkari tangannya di pundak Alesya, dengan dagu yang bersandar pada puncak kepala Alesya. Karena kalau memeluk perut gadis itu, membuat Zayyan kesulitan karena tubuh Alesya lebih kecil darinya. Jadi otomatis Zayyan harus membungkukkan tubuh.

Posisi mereka saat ini adalah duduk di atas kasur dengan Alesya yang bersandar pada dada bidang suaminya. Itu selalu menjadi tempat ternyaman untuknya.

"Nggak tau, ilang diambil tuyul kayanya." Alesya menjawab seadanya.

Alesya yang asik sama filmnya, Zayyan asik pula menontoni Alesya. Wajah Alesya yang terlihat serius, benar-benar menjadi candu untuk Zayyan memainkan pipinya. Bahkan, berkali-kali Alesya kesal dan memperingati Zayyan agar tidak mengganggu acara menontonnya.

"Sayang," panggil Zayyan dengan jari telunjuk yang aktif menusuk-menusuk pipi chubby istri kecilnya.

"Sayang," panggil Zayyan lagi, tapi Alesya masih fokus pada acara drakornya. Seakan tidak ada hari lagi untuk menonton bagi Alesya.

"Istri Kakaaaaak." Entah angin dari mana, Zayyan tiba-tiba merengek karena kesal Alesya mengacuhkannya.

"Mmm, apa?" Alesya menyahut, tapi pandangannya tidak teralihkan sedikit pun.

"Sayang jangan cuekin Kakak! P-perut Kakak sakit banget! Aduh!" Hingga tiba-tiba Zayyan mengadu sambil memegangi perutnya yang langsung membuat Alesya menoleh dan meletakkan ponselnya.

"Kakak sakit apa?!" tanya Alesya tidak kalah panik, tangannya langsung menyentuh perut Zayyan.

"Sakit, sayang ..." cicit Zayyan pelan, seraya memeluk pinggang istrinya.

"Sakit karena dicuekin ayang."

Plak!

Alesya menggeplak pelan bibir Zayyan karena merasa kesal sudah di permainkan. Sejak kapan coba Zayyan jadi alay gini? Ais, yang pasti Alesya akan kesal dengan orang yang mengajarkan suaminya itu.

"Nggak lucu tau! Ale khawatir Kakak malah bercanda, ih!" Sedangkan yang digeplak hanya tertawa dengan dagu yang bersandar pada bahu Alesya. Mencari posisi ternyamannya.

"Kakak nggak boong kok, memang sakit ini kepala karena dicuekin ayang."

Alesya mencibir, "Kikik nggik biing kik, miming pising ini kipili kili diciikin iying, nyenyenye."

Zayyan hanya tertawa mendengar cibiran Alesya. Sedangkan Alesya kembali melanjutkan kegiatan menontonnya yang tertunda.

"Sayang."

"Apa, Kak? Manggil mulu dari tadi."

Zayyan sedikit memiringkan posisi kepalanya agar bisa menatap wajah Alesya. "Tamat SMA kamu ikut Kakak tinggal di pondok, ya?"

🍉🍉🍉

JADI AKU MAU BILANG KALAU MULAI SEKARANG AKU MANGGIL READERS AKU DENGAN NAMA 'MOMOL' YEYY!!

soalnya aku mau punya sebutan khusus untuk kalian, tapi ga mau yang ribet, jadi momol aja deh, suka ga? suka ga? ga suka jg ga papa


MOMOL MAU BILANG APA SAMA ALE?

SAMA ZAYYAN?

SAMA ARVAN?

ALZAY OR ALVAN?

men komen MOL!! sepi amatt kaya hati kalian

Btw kalian suka konflik ringan atau berat nih?"

Sampai di sini dulu ya! Harap sabar kalau konfliknya belum keluar, author orangnya santai, nggak mau buru-buru takut ntar malah jadi nggak fokussss

Suka nggak sama cerita ini? Mau cerita ini lanjut terus? 🥺

Jujur aja, aku seneng banget cerita ini bisa ramai dan banyak yang minat, makasii yaa buat kalian yang selalu menjadi support sistem aku, kalau ga mungkin cerita ini ga bakal sejauh ini

Padahal dlu cerita ini udh kena written block loh😔 tapi karena aku pikir ada yang nungguin jadi aku sambung deh semampu aku

OKEY SEE YOU NEXT CHAPTER

Continue Reading

You'll Also Like

598 236 8
"Sejauh-jauhnya langit sama bumi, masih jauhan takdir kita." ujar Arshaka menatap manik hitam legam milik gadis cantik dihadapannya. Gadis yang selal...
6.5M 276K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
40.8K 4.5K 28
Ini bukan cerita tentang keromantisan seorang Nabi Muhammad dengan istri-istrinya. Tapi ini cerita tentang kedua insan yang di takdir kan berjodoh da...
2.5M 148K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...