Ending [Vmin] ✔

Bởi Keripikpisang__

6.3K 392 23

❛❛ Jimin dikutuk untuk menerima karma orang tuanya ❜❜ __Vmin;Brothersip. || SELESAI ✔|| #7 Jimin... Xem Thêm

PROLOG
1|| Tentang luka Jimin
2|| you're name
3 || Tempat misteri
4|| Andai aku ikut mati
5|| Taehyung dan dendamnya
6|| Jimin pantas dihukum
7|| Tawanan Tampan
8|| Aeri si guru lukis
9|| Penyupus ruangan
11|| Perasaan yang hilang
12|| Perubahan Taehyung
13|| something wrong
14 || You'll be fine
15|| Pria asing
16 || Siapa dia?
17|| Sesuatu yang baru
18|| Mantan kekasih
19|| Gulungan kertas lagi
20|| Sekilas masa lalu
21 || Anggota baru mereka
22 || Dunia dan lukanya
23 ||Something missing
24 || Misi penyelamatan
25 || Tetaplah hidup
26 || Kasus terungkap
27 || Rona merah jambu
28 || Stay Together
29 || Ajakan kencan
30 || Lebih lama didunia
31 || Tertangkapnya pelaku
32 || Senja Terakhir
33 || Dia yang pergi [END]
EPILOG

10|| Dalang peristiwa

144 9 0
Bởi Keripikpisang__


***

"Hei disini bau!"

Kuping Aeri rasanya muak dengan perkataan tersebut. Sudah sejak tadi pemuda bernama Kim Taehyung tersebut menyeloteh disepanjang jalan, ingin rasanya perempuan itu menyumpal mulut Taehyung dengan kos kaki bau.

"Apa mulutmu itu tidak bisa mengeluarkan apa-apa kecuali keluhan?"

Taehyung hanya berdecak keras, "Lagian kenapa lo malah nyuruh gw ikut."

Aeri kembali menoleh menatap Taehyung yang berada dibelakangnya. Pemuda itu sudah terseok-seok berjalan, padahal mereka belum berjalan begitu jauh.

Tadi mereka ber-empat berpencar, katanya Jimin dan Jiwoo ada urusan sebentar, jadilah Taehyung kembali bersama Aeri.

"Mending mulutmu kau tutup. Telinga ku sudah muak mendengar semua keluhanmu."

Perempuan itu kembali berjalan. Kaki Taehyung rasanya keram dia bahkan tidak tau arah dari perjalanan ini.

Namun tak lama, Aeri berhenti disalah satu rumah digang itu. Rumah tersebut terlihat kuno, kotor, dan sangat bau. Taehyung rasa ini lebih bau dari pada jalan disepanjang gang yang dia lewati tadi.

"Aku pulang saja." Ujar Taehyung yang sudah tidak tahan berada disana.

Aeri dengan cepat menarik jaket pemuda itu, "Hei! Kita belum selesai, kau harus ikut hingga kasus ini selesai."

Taehyung menggeleng cepat dengan hidung yang dia tutup menggunakan tangan, "Tidak, disini sangat bau aku tidak bisa. Aeri, kali ini saja aku memohon untuk melepaskan aku."

Namun perempuan itu tetap kekeh dengan pendiriannya, "Siapa suruh masuk ke apartemen ku sembarangan."

"Dengar. Kali ini aku akan menggunakan bahasa yang sopan, mari kita lupakan hal itu dan aku juga akan melupakan kalau kau dan Jiwoo masuk sembarangan di rumah ku. Dan dengan begitu urusan ki selesai. Setuju?"

Aeri menggeleng dengan tegas. Sorot matanya menajam kearah Taehyung, "Kau harus ikut!" Ucapnya menekan satu persatu kata.

Taehyung memasang muka memohonnya, "Tolong sekali saja, kali ini biarkan aku pergi. Aku tidak bisa mengikuti perjalanan melelahkan kalian ini."

Aeri hanya memutar bola matanya malas, tak peduli dengan  permohonan Taehyung barusan, mungkin walau pemuda itu bersujud di kakinya dia juga tidak akan membiarkan pemuda itu pergi.

"Yasudah, kalau begitu berikan alasan mengapa aku harus ikut. Atau apa yang sebenarnya ingin kita selidiki."

Hanya ada suara celotehan dari pemuda itu diantara mereka, Aeri sama sekali tidak mengubris dengan perkataan, seakan tuli perempuan itu tetap melanjutkan membuka pintu rumah terbengkalai tersebut.

"Ayo masuk!" Panggil Aeri yang sudah berada didalam rumah.

Taehyung rasanya ingin menangis, sumpah, kali ini Taehyung benar-benar ingin menangis apalagi mencium bau yang menyeruak dari dalam ruangan gelap itu.

"Aeri, kumohon." Mohon Taehyung sekali lagi.

Pemuda itu tetap mendapatkan gelengan dari Aeri. Taehyung mengutuk dalam hati, andai tadi dia tidak perlu penasaran pasti dia tidak akan terjebak disini.

Lagi-lagi bersama perempuan yang begitu Taehyung benci.

Dengan langkah yang pelan Taehyung memasuki rumah tersebut. Seisi ruangan terlihat begitu kotor, barang-barang berdebu bahkan langkah kaki Taehyung berbekas dilantai akibat debu disana.

"Kau yakin ingin menyelidiki kasus mu disini?" Cicit Taehyung.

Pemuda itu terus mengekor dibelakang Aeri. Melihat  ruangan ini Taehyung jadi ingat film horor yang dia tonton.

"Tak ada hantu disini."

"Kau yakin."

"Ya, cukup yakin. Karena rumah ini masih ditempati oleh orang."

Bukannya tenang Taehyung semakin melongo, "Kau gila! Kalau kita ketahuan aku akan di kira penyusup sekali lagi. Aku sudah kapok di pukuli."

"Tenang saja, kita hanya sebentar disini tak lama."

Mereka terus saja menyusuri tempat tersebut, tak lama sampailah mereka kekamar tidur rumah itu.

Taehyung heran, begitu banyak sampah disini, dia kira dia orang terjorok didunia ternyata masih ada yang lebih jorok contohnya pemilik rumah ini.

Ditengah keheranan Taehyung, Aeri tertarik dengan foto yang berada diatas meja. Perempuan itu tersenyum kecil, dia mengeluarkan handphone miliknya lalu memotret foto tersebut.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Taehyung.

Pemuda itu ikut menghampiri Aeri,"Hei, kau menyukai kakek-kakek?" Tanyanya diikuti kekehan yang mengejek.

Aeri memukul kepala pemuda itu cukup keras, "Bodoh! Tentu saja tidak, apa dengan wajah ku yang cantik terlihat menyukai kakek-kakek?"

Taehyung tambah tertawa walau dengan kepala yang masih sakit akibat pukulan tadi, perutnya terasa tergelitik saat mendengar perempuan itu memuji dirinya sendiri.

Tiba-tiba terdengar bunyi decitan pintu dari arah depan. Taehyung dan Aeri berhenti bertengkar dan kemudian saling memandang satu sama lain.

Dengan cepat Aeri menarik tangan Taehyung untuk bersembunyi di kolong tempat tidur. Mereka berdua bersembunyi disana dengan mulut yang dibungkam.

Suara langkah kaki dari depan pintu beralih kearah kamar. Mereka berdua dapat melihat dua pasang kaki yang berada dikamar. Dari sepatu mereka, telihat ada satu pria dan ada satu perempuan.

Tak sengaja perempuan itu menjatuhkan sesuatu dan dengan cepat dirinya memungut benda tersebut. Untung saja dia tidak menengok kearah kolong ranjang, kalau tidak mereka berdua akan ketahuan.

Saat dua orang itu meninggalkan ruangan tersebut Taehyung dan Aeri keluar dari kolong tempat tidur.

"Fuuh.. Untung saja kita tidak ketahuan Taehyung, kalau ketahuan kau bisa dihajar lagi." Ujar Aeri dengan kekehan.

Namun kekehan itu berhenti saat dia menoleh menatap Taehyung. Kening perempuan itu mengerut saat dia mendapati wajah Taehyung yang pucat.

Aeri menepuk pundak Taehyung pelan, "Kau tak apa-apa?"

Taehyung mengalihkan wajahnya kearah Aeri dengan ekspresi yang begitu cemas, "Kau lihat wajah perempuan itu?"

Aeri mengangguk, "iya, tapi aku tidak mengenalnya. Apa kau kenal?"

Taehyung menggeleng kaku, "Tentu saja.... Tidak."

***

Jimin dan Jiwoo yang baru saja datang menghampiri Taehyung dan Aeri yang tengah duduk di salah satu bangku kafe tempat mereka berjanji akan bertemu.

Namun saat Jimin tiba dapat dia liat ekspresi Taehyung yang terlihat kebingungan.

"Kenapa lama sekali?" Tanya Aeri.

"Tadi penjual perhiasan cukup lama untuk mencari anting yang sama dengan yang kita punya."

Aeri mengangguk, "Apa kau sudah menemukan siapa yang pernah membeli anting itu?"

Mereka kemudian duduk kursi kosong disana, kemudian kali ini Jimin yang menjawab, "Katanya anting ini keluaran lama, bahkan sekarang sudah jarang yang memproduksi anting seperti ini."

Jimin kembali mengarahkan pandangannya kepada Taehyung yang sejak tadi hanya terdiam.

"Kau kenapa Taehyung?"

Taehyung tak menjawab. Pemuda itu sepertinya tengah berperang dengan pikirannya sendiri sejak tadi.

Aeri yang berada di dekatnya mencoba membuatnya sadar, "Hei!"

Lamunan Taehyung buyar, "Kenapa?"

Jimin mengulang pertanyaan nya, "Kau kenapa? Sejak tadi hanya diam, apa yang kau pikirkan?"

Taehyung menggeleng, "Tidak ada. Aku hanya ingin pulang."

"Kalau begitu pulang lah, hari juga sudah mulai sore." Ujar Jimin.

Aeri yang sejak tadi menahan Taehyung untuk tidak pulang sekarang tak mengatakan apapun. Sejak mereka meninggalkan rumah kumuh itu, Taehyung jadi tidak cerewet dan malah diam lagi.

"Kalau boleh tau, kalian menyelidiki apa?" Tanya Taehyung penasaran.

Ketiga nya saling memandang. Aeri, Jimin, dan Jiwoo tidak tau apakah baik untuk mengatakan ini kepada Taehyung atau tidak. Sebab mereka tau bahwa Taehyung memiliki dendam kepada Jimin, yang bisa saja pemuda itu gagalkan misi mereka.

"Hei!" Panggil Taehyung saat dia rasa tidak ada yang menanggapi.

Namun, taehyung terlanjur masuk kedalam misi ini. Pemuda itu bahkan sudah menemani mereka mencari tau kebenaran, tentang kematian orang tua Jimin.

Jimin menghela nafas pelan, "Aku akan mengatakannya Tae, tapi berjanjilah kau tidak akan mengatakannya. Walau kau membenci ku tolong jangan beritahu ini kepada siapapun."

Taehyung mengerutkan dahinya, "Sepenting apa memang kasusmu ini?"

Jimin diam sejenak. Selanjutnya setelah berfikir mantap dia kembali menjawab pertanyaan Taehyung barusan.

"Ini tentang kematian orang tuaku, dan juga kematian ayahmu."

Deg!

Taehyung langsung terdiam. Pemuda itu tidak menyangka mendengar tentang kematian Ayahnya lagi setelah sekian lama kasus itu terjadi.

Banyak pertanyaan muncul dikepala Taehyung, namun yang paling membuatnya bertanya-tanya adalah wanita yang dia lihat di rumah tadi.

"Tolong simpan rahasia ini yah, kali ini saja Tae, tolong bantu aku."

"Aeri, rumah tadi?"

"Rumah itu ditempati tersangka pembunuhan kedua orang tua Jimin dan juga ayahmu. Namun tidak ada bukti yang cukup untuk menangkapnya, walau kasus itu sudah lama tapi tetap saja sampai saat ini dia belum ditangkap. Lalu perempuan tadi, mungkin itulah komplotannya." Jawab perempuan itu panjang lebar.

"Kenapa kau menyimpulkan bahwa perempuan itu komplotannya?"

Aeri menghela nafas berat, "Pria yang tadi aku lihat fotonya hanya disuruh. Aku juga tidak tau kenapa polisi begitu teledor tidak mencari tau kasus ini, mereka kan bisa mencari bukti dulu."

Taehyung tak mengatakan apapun. Mulutnya seakan kamu. Jadi selama ini Jimin tengah sibuk mencari kebenaran kecelakaan waktu itu. Tapi kebenaran apa? Bukannya semua orang mengatakan kalau itu murni kecelakaan? Dan pria itu? Apa benar ada yang menyuruhnya untuk melakukan itu semua, tapi kenapa.

Taehyung bingung, semua pertanyaan yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya tiba-tiba saja terlintas dipikiran pemuda itu.

"Tae, apa kau baik-baik saja?"

Taehyung menggeleng.

Tanpa mengatakan apapun pemuda itu berlari keluar dari tempat itu. Jimin meneriakinya dari dalam kafe tapi tidak dipedulikan pemuda itu sama sekali.

Jimin dan kedua temannya itu memilih untuk mengejar Taehyung yang terus saja berlari kencang. Mereka tak tau apa alasan pemuda itu terlihat sangat ketakutan.

Jimin akhirnya berhasil menangkap lengan pemuda itu, dia memegangnya kuat saat Taehyung memberontak ingin dilepaskan.

"Kau kenapa tae?" Tanya Jimin dengan nada yang cukup tinggi.

"Lo yang kenapa?! Kenapa nggak lo kasih tau gw kalau kematian ayah gw bukan murni kecelakaan? Kenapa baru sekarang Jimin!"

Terlihat raut kesal, kecewa, bahkan sedih diwajah pemuda itu. Jimin dapat melihatnya jelas. Dari gaya bicara dan juga nadanya Taehyung jelas sangat marah.

"Tae, dengar, aku hanya takut kau merusak rencana ku dengan Aeri dan Jiwo."

Netra Taehyung memerah, "Apa semua ini berarti buat lo? Kalau kasus ini berarti buat lo buat gw juga!"

Jimin diam. Dia tidak pernah memikirkan hal itu.

"Gw marah, gw benci sama lo, gw benci sama ayah yang lebih memilih ibu lo daripada tinggal dengan keluarganya."

"Gw sakit hati ditinggalin, sakit hati liat kalau lo lebih diprioritaskan oleh ayah, hati gw sakit lihat ibu nangis setiap malam karena ayah."

Jimin tak pernah memikirkan itu.

"Tapi Jimin, hati gw memang sakit, tapi dia tetap ayah gw. Jadi gw juga berhak tau. Apa lo pikir gw sejahat itu?"

Jimin menatap sendu Taehyung, kini anak itu menangis didepan Jimin. Tangisan pilu itu tidak pernah Jimin lihat keluar dari manik Taehyung dari lama.

Aeri dan Jiwo terdiam saja dibelakang kedua saudara tiri yang tengah beradu argumen tersebut. Aeri tak pernah tau, seorang Kim Taehyung memiliki luka yang begitu hebatnya juga. Mereka berdua bahkan Jimin, tidak pernah terlalu berfikir jauh tentang luka Taehyung.

"Tae, percaya kepadaku, aku ini saudara mu, aku menyayangimu. Kau tau, aku bukannya menganggap mu kejam tapi aku kira kau membenci ku dan tidak akan mau mendengarkan ku."

Taehyung menggeleng. Pemuda itu kini kembali melangkah jauh dari mereka bertiga yang kali ini tidak kembali mengejar Taehyung.

Jimin tau dia kecewa, dan ini salahnya. Selama ini dia tidak cukup memikirkan perasaan saudaranya itu. Dia hanya selalu berfikir Taehyung membenci dirinya.

_Rintik-riuh_

Perempuan paru bayah itu dengan tergesa-gesa masuk kedalam rumahnya. Ada perasaan gelisah yang terpancarkan di raut wajah perempuan itu.

"Mereka tidak boleh mengetahui hal itu."

Dengan cepat dia mengeluarkan kotak perhiasan miliknya dari lemari, lalu mengeluarkan satu buah anting dari dalam sana. Perempuan itu mengambil anting tersebut dan berniat akan membuangnya saja.

Itu satu-satunya menghilangkan barang bukti, siapa tau saja ini akan berdampak besar bagi rencananya yang sudah dia tutup sejak lama.

Baru ingin melangkah keluar rumah, dirinya dikagetkan oleh seseorang, "Taehyung, kau sudah pulang?"

Pemuda dengan mata yang sembab itu menatap ibunya dengan bingung, "Ibu kenapa panik begitu?"

Ibu menggeleng dengan tawa yang renyah, "Tidak, ibu ada urusan sebentar kau masuk lah." Ujarnya kemudian pergi meninggalkan Taehyung.

Setelah melihat tidak ada yang mengikutinya Ibu membuang anting tersebut di tong sampah dan berharap tidak ada yang mengetahuinya.

Setelah membuangnya ibu langsung berlari dari sana dengan cepat, takut ada yang melihat dirinya.

Taehyung yang sejak tadi memang mengikuti ibu segera menghampiri tempat sampah itu. Pemuda itu dapat melihat anting yang dibuang Ibunya.

"Ini anting yang itu."

Anting itu yang pernah Taehyung tegur sebab ibu hanya memakai sebelah, dan katanya mungkin sebelahnya terjatuh di pasar.

Taehyung memasukkan anting itu didalam saku. Mungkin saja dugaannya benar, ibu ada sangkut pautnya dengan kejadian itu.

"Ternyata benar, ibu yang aku lihat di rumah itu."

TBC


Maaf apabila banyak typo, Terima kasih yang sudah mau membaca dan meninggalkan vote serta komen.

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

786 63 13
tentang seorang park jimin si anak indigo yang mempunyai kekuatan tersembunyi Tapi di cerita ini jimin itu bisa ganteng,cantik,imut,ceriah,savega pen...
229K 12.4K 52
Penasaran? Yuk, simak cerita ini ! Brothership✔
56.9K 4.5K 53
seokjin yang tiba tiba berubah menjadi little karena pekerjaan yang membuatnya seperti itu. Setelah bermimpi tentang dia menjadi little dan menjadi l...
214K 19.6K 151
Chapter 151-300 Penjahatnya, Lu Junhan, sangat pengkhianat dan licik sehingga dia telah melakukan segala macam hal buruk, dan tidak ada seorang pun...