Ending [Vmin] ✔

By Keripikpisang__

6.1K 385 23

❛❛ Jimin dikutuk untuk menerima karma orang tuanya ❜❜ __Vmin;Brothersip. || SELESAI ✔|| #7 Jimin... More

PROLOG
1|| Tentang luka Jimin
2|| you're name
3 || Tempat misteri
4|| Andai aku ikut mati
5|| Taehyung dan dendamnya
6|| Jimin pantas dihukum
7|| Tawanan Tampan
8|| Aeri si guru lukis
10|| Dalang peristiwa
11|| Perasaan yang hilang
12|| Perubahan Taehyung
13|| something wrong
14 || You'll be fine
15|| Pria asing
16 || Siapa dia?
17|| Sesuatu yang baru
18|| Mantan kekasih
19|| Gulungan kertas lagi
20|| Sekilas masa lalu
21 || Anggota baru mereka
22 || Dunia dan lukanya
23 ||Something missing
24 || Misi penyelamatan
25 || Tetaplah hidup
26 || Kasus terungkap
27 || Rona merah jambu
28 || Stay Together
29 || Ajakan kencan
30 || Lebih lama didunia
31 || Tertangkapnya pelaku
32 || Senja Terakhir
33 || Dia yang pergi [END]
EPILOG

9|| Penyupus ruangan

116 8 0
By Keripikpisang__


***

Matahari cukup terik hari ini. Hari ini Jimin terlihat bahagia, sebab ibunya sedang keluar dan kemungkinan akan menginap dirumah sahabatnya itu jadi dia bisa sedikit bebas.

Kalau Taehyung, pemuda itu memang kadang keras tapi juga sedikit tidak peduli Jimin ingin kemana, yang penting ada makanan yang sudah dimasak dia akan acuh saja.

Jimin akan ke apartemen Aeri, sekarang dia tengah didalam perjalanan kesana. Tak sengaja, netranya teralihkan kepada seseorang yang tidak asing baginya. Seseorang itu tak lain ibu tirinya.

Pemuda itu mengikutinya dari belakang dengan pelan, ingin tau kemana perempuan itu akan pergi, sebab yang Jimin tau katanya dia ingin ke luar kota bersama teman-temannya.

Namun setelah lama dia ikuti, ibu menghilang ditengah-tengah banyaknya orang yang berlalu lalang disana. Baru ingin kembali melangkah, seseorang sudah menepuk pundaknya pelan.

Jimin menoleh, "Astaga, ternyata kau Jiwoo." Ujarnya merasa lega.

Jiwoo ikut menatap kedepan, "Sedang apa disini Jim? Aku kira jalanan ke apartemen Aeri tidak kearah sini."

"Oo iya, aku agak sedikit lupa." Ucapnya mencoba untuk menghindar.

Jimin tidak mau mengatakan bahwa dia baru saja melihat ibunya, lagian itu juga belum tentu ibunya. Bahkan Mungkin jiwoo akan menanyakan banyak pertanyaan, Jimin malas untuk menjawabnya satu persatu.

"Sudahlah, ayo kita ke tempat Aeri." Ajak Jimin kemudian menarik lengan pemuda itu menjauh dari sana.

Jiwo sepertinya masih penasaran namun akhirnya kembali acuh. Karena dia juga membawa motor, keduanya ke Apartemen Aeri menggunakan motor tersebut.

"Aeriii!" Teriak Jiwoo saat memasuki ruangan tersebut.

Terlihat betul bahwa Jiwoo dan Aeri sudah sangat dekat. Bahkan Jiwoo mempunyai kartu akses sendiri untuk masuk ke apartemen perempuan itu.

Keduanya memasuki ruangan itu. Cukup rapi ujar Jimin dalam hatinya. Terakhir kali saat dia masuk ruangan ini bak kapal pecah, namun sekarang sangat berbeda.

Aeri yang masih dengan serbet yang dia kenalan menghampiri keduanya, "Hei kalian sudah datang? Duduk dulu yah, atau anggap rumah sendiri saja, ini aku tengah memasak kalian tunggu saja." Ujarnya lalu kembali kedapur.

Jiwoo terkekeh kecil, "Mungkin dia berkata itu kepada kau Jim, karena kalau aku tanpa disuruh pun akan menganggap ini rumah ku sendiri." Ujarnya lalu menatap Jimin.

Jiwoo langsung masuk kekamar lalu melemparkan badannya keranjang. Jimin hanya menatap sahabatnya itu dengan menghela nafas pelan.

Jimin memutuskan untuk masuk kedapur menyusul Aeri tadi.

Disana perempuan itu terlihat sangat sibuk dengan rambut yang dia ikat. Kalau dilihat, Aeri seperti perempuan pada umumnya yang terlihat lembut dan fenimin.

Tapi itu kalau saat dia memasak, kalau dilain waktu dia akan kembali menunjukkan sisi premannya.

Jimin menghampiri perempuan itu, "Hei, ada yang bisa ku bantu."

Aeri mengalihkan pandangannya kearah Aeri sekilas lalu kembali sibuk dengan  masakannya, "Tak perlu, kau bersantai lah. Aku bisa memasak sendiri."

Namun Jimin tak mau mendengar, pemuda itu langsung mengambil alih pisau Aeri lalu memotong daun bawang itu.

"Kau memang bisa sendiri, tapi kalau aku membantumu dipastikan piringnya saja akan kau jilat."

Aeri tertawa kecil, "Ternyata kau cukup percaya diri."

Jimin hanya bisa menggeleng kecil. Keduanya kemudian membagi tugas, Jimin yang memotong bahan-bahan masakan dan Aeri yang akan memasaknya.

Keduanya tak jarang juga bercanda, dan tak disangka dugaan Jimin tentang perempuan itu tidak benar. Pemuda itu Kira Aeri hanya wanita yang keras, suka merokok, dan tidak bisa memasak. Ternyata tidak, Aeri tetap perempuan yang bersifat seperti ibu, yang bisa tertawa lepas.

Dan Jimin rasa senyumannya cukup manis.

Dan hari ini, Jimin rasa Aeri menampakkan dirinya sebagai wanita yang bersifat benar-benar wanita. Mengerti kan?

Dia yang dulunya memakai celana robek-robek, sekarang memakai baju kemeja putih polos oversize dengan celana pendek yang tertutup kemeja yang dia kenakan.

Tunggu, Jimin kira Aeri cukup cantik hari ini apalagi sangat senada dengan kulitnya yang putih bersih.

Jimin menepuk pipinya pelan, "Bodoh! Jangan berpikir begitu."

"Kenapa?"

Jimin dengan cepat menggeleng, "Tidak, tadi ada lalat."

Aeri yang memang tidak begitu mendengar perkataan Jimin hanya mengangguk saja.

Perempuan itu tak lama menatap Jimin yang tengah serius memotong sayuran, yang merasa ditatap sudah merasa tak nyaman, dan kini tak tau ingin bergelagak seperti apa.

"Kenapa menatap ku?"

"Tidak, aku hanya merasa kau begitu berbeda dengan saudara tirimu."

"Kenapa."

Aeri kemudian berhenti mengaduk masakannya. Dia lalu mengingat semua perlakuan Taehyung, lalu teringat waktu pemuda itu mengatakan bahwa dia seperti nenek-nenek.

Aeri memukul meja membuat Jimin sedikit tersentak. Dia kemudian menatap Jimin dengan tatapan kesal, "Dia itu, sangat... Sangat... Menyebalkan!"

Jimin tergelak, "Mungkin karena kau baru mengenalnya."

"Hei! Dia mengatakan ku nenek-nenek!"

"Pfttt... Tunggu, kapan dia mengatakan itu?"

Aeri berdecak sebal, "Saat aku mengajar seni lukis dikelasnya."

Dahi jimin mengerut, "Kau ini guru?"

Aeri hanya mengangguk. Jimin cukup terkejut mendengar pengakuan itu, dia kira Aeri ini masih seumuran dengan dirinya.

"Sebenarnya umur mu berapa?"

"Sudah 23."

Mata Jimin membulat sempurna. Astaga, dia tidak pernah berfikir perempuan didepannya ini sudah sedewasa tersebut. Pantas saja Jimin tidak pernah melihat Aeri memakai seragam sekolah ataupun kesekolah.

Sekarang pertanyaannya tentang mengapa Aeri ada disekolahnya hari itu sudah terjawab.

"Kau sudah cukup tua."

Aeri menatap sinis Jimin, "Kau sama saja dengan saudara mu."

"Hei, aku baru berumur 17, dan Taehyung baru 19."

"Kenapa begitu tua? Aku kira anak sekolah yang baru kelas 1 SMA baru berumur 15 atau 16, dan Taehyung juga begitu kenapa sudah 19 saja?"

"Kami terlambat disekolahkan."

Ditengah percakapan itu terdengar kegaduhan dari luar baru saja Jimin ingin keluar mengecek tapi Jiwoo tiba-tiba saja datang dengan begitu tergesa-gesa. Jimin dan Aeri dengan bersamaan menatap pemuda itu yang tadinya bersantai didalam kamar dengan heran.

"Ada penyusup!"

"Haa?!"

***

Taehyung duduk disofa ruang tengah dengan tatapan tajam kearah Jiwoo, sedangkan yang ditatap hanya menggaruk kepalanya tanpa ada sedikit rasa bersalah pun diwajahnya.

Baru saja tadi dia digebuk oleh pemuda itu menggunakan sapu kayu, lalu dibungkus dengan selimut sambil terus saja dirinya berteriak penyusup.

"Salahnya kenapa masuk tanpa permisi."

Taehyung menukul meja dengan keras, "lagian kenapa lo nggak lihat wajah gw lebih dulu sebelum mukul ge? Apa kah wajah tampan ku terlihat seperti pencuri?"

Jiwo ikut menaikkan nada bicaranya, "Kau memakai topi, jaket, masker, bagaimana caranya wajah mu ku lihat."

Jimin dan Aeri menatap kedua pemuda itu yang tengah beradu mulut dengan muak, dari tadi mereka hanya meributkan siapa yang salah.

"Sudah, sudah." Ucap Aeri melerai.

Perempuan itu beralih menatap Taehyung yang sudah babak belur dibuat Jiwoo, "Lagian kau kenapa bisa masuk kesini? Siapa yang tidak menyangka kau orang jahat apalagi sambil memakai pakaian seperti tadi."

Taehyung memutar bola matanya malas, "Semua ruangan ini diisi dengan manusia menyebalkan."

Aeri sekarang ikut merasa kesal, Jimin yang melihat ini tak akan ada habisnya kemudian mengambil alih.

"Tae, ayo ikut dengan ku ke kamar, aku akan obati lukamu."

Taehyung menepis tangan Jimin dengan  kasar, "jangan sok peduli!"

Aeri dan Jiwo nampak sudah sangat geram, kalau saja Jimin kemungkinan besar tidak membela saudaranya itu mungkin sudah Aeri hajar sejak tadi.

Jimin yang mendapat penolakan tentu saja tidak menyerah, dia membujuk pemuda itu dengan penuh kesabaran sehingga dia luluh. Walau dengan celotehan.

Keduanya masuk kekamar, setelah Jimin meminta kotak P3K kepada Aeri dia segera kembali menghampiri Jimin yang duduk di kasur dengan wajah cemberut miliknya.

Kadang Jimin merasa gemas, wajah Taehyung yang terlihat galak tapi juga gemas menjadi satu saat pemuda itu kesal. Andai mereka dekat akan Jimin unyel-unyel wajah itu.

"Apa sakit?" Tanya Jimin sembari mengoleskan obat merah keluka Taehyung.

Taehyung menatap Jimin dengan kesal, "Idiot! Tentu saja sakit. Apa lo nggak liat wajah gw lebam seperti ini, lo buta atau apa!"

Jimin kembali mengobati luka pemuda itu, memang saudaranya itu sering naik darah kalau ditanya padahal Jimin bertanya dengan baik-baik.

"Kenapa kau masuk tadi tanpa izin? Aku juga heran bagaimana caranya kau masuk, padahal pintunya tidak terkunci."

Taehyung hanya diam.

"Tae?" Jimin sekali lagi mencoba bertanya.

Pemuda itu berdecak sebal, "Yang pertama yang harus lo tau pintunya nggak kekunci, yang kedua gw cuman iseng masuk. Lagian nggak ada gunanya gw kesini, kalian bertiga itu menyebalkan."

"Tapi kau tau alamatnya dari mana?"

"Nggak penting!"

Brak!

Satu gelas air diletakkan Aeri dimeja dengan cukup keras lalu menatap Taehyung dengan tatapan tajam. Pemuda itu tentu saja tidak mau kalah, dia sudah menetapkan bahwa perempuan ini akan menjadi musuhnya.

Tak ada kecuali. Dan dia tidak akan pernah mengalah ataupun rela kalah dari perempuan itu.

Itu janji Taehyung pada dirinya sendiri.

"Apa kau memata-matai ku?!"

Taehyung tertawa puas, "perempuan seperti lo? Untuk apa pria tampan kayak gw mata-matain perempuan aneh kaya lo!"

Oh, Aeri sangat benci kalau pemuda itu mulai lagi dengan gaya bicara lo-gw miliknya. Entahlah, itu terasa begitu menyebalkan.

"Terus buat apa kesini?"

Taehyung mencoba mencari alasan, kalau dia mengatakan karena penasaran dengan mereka bertiga dia akan dicibir. Kalau boleh Jujur Taehyung hanya ingin tau kenapa Jimin yang biasanya tidak suka keluar, dan kalau keluar itupun bersama Jiwoo.

Sekarang sejak bertemu Aeri, perempuan yang kata Taehyung sudah tante-tante karena umurnya berbeda jauh, Jimin jadis sering keluar.

Siapa tau saja Jimin dan kawannya itu sedang merencanakan sesuatu, atau malah merencanakan hal tidak baik untuk dirinya karena dia yang sering menindas Jimin?

Kalau begitu dia kan harus tau itu semua. Jadi dengan berani Taehyung mencari alamat Aeri, dan ketemu. Saat ingin masuk ternyata tidak terkunci makanya dia langsung masuk, niatnya hanya ingin memeriksa sampai Jiwoo datang dan menggebuknya dengan sapu.

Tapi tunggu, tentu saja Taehyung tidak akan mau menceritakan alasannya itu kepada Jimin maupun kedua temannya itu. Tentu saja dia akan diejek karena alasan konyol tersebut.

"Hei brengsek kenapa melamun! Jangan-jangan benar kau ingin memata-matai aku?"

Taehyung dengan cepat menggeleng, "Gw bilang nggak, yah, nggak!"

Aeri berdecak sebal, "Kalau berbicara dengan ku atau ada aku, tolong jangan pakai lo-gw begitu, menyebalkan!"

"Astaga, lo aja yang kuno sama teman-teman lo ini! Gw kan anak yang kece."

Ingin rasanya Aeri ludahi wajah mengejek Taehyung saat ini. Perempuan itu masih menahannya, dia tidak bisa bertengkar hari ini.

"Kau tau Kim Taehyung, rencana kami untuk makan bersama dan bersenang-senang hari ini rusak karena kau!"

"Enak aja! Lagian kalau gw mau gw aduin teman lo Jimin ini sama ibu gw, supaya dia dihukum karena sudah keluar tanpa seizinnya."

Aeri menatap tajam pemuda itu. Sudah dia duga Kim Taehyung ini akan selalu menyebalkan bagi dirinya, dan bila ingin berdebat bersamanya Aeri harus membuat strategi terlebih dahulu.

Dan Aeri tau.

"Kau masih ada hutang dengan ku, mau aku laporkan kepada polisi bahwa kau telah berjudi?"

"Dan akan ku laporkan kau karena masuk kerumah ku sembarangan, kau dan teman banci mu itu akan dipenjara!" Ancam Taehyung kembali.

Aeri mencengkram kerah jaket pemuda itu, "kalau sampai kau mengadukan Jimin, dan aku tau dia dihukum karena kau, akan aku cari kau sampai ke ujung dunia dan akan kusiksa, kupatahkan lehermu!"

Taehyung meneguk ludahnya kasar. Wanita ini cukup menyeramkan baginya.

Jimin hanya bisa mengelus dadanya saja. Ternyata dua orang ini tidak bisa dipertemukan karena akan terjadi konflik seperti saat sekarang.

"Hei teman-teman aku punya satu petualangan." Ucap Jiwoo yang baru saja tiba di ruangan tersebut.

Keduanya menatap Jiwoo, kecuali Taehyung yang acuh.

"Apa?" Tanya Aeri.

"Ayo ikut dengan ku. Dan bawa juga penyusup itu agar dia tidak mengadu kepada ibu tersayangnya."

Merasa terpanggil Taehyung menunjuk dirinya dengan heran, "Gw?"

"Gw? iya kamu!"

Taehyung dengan cepat menggeleng, "Nggak mau! Apaan nggak penting banget ikut sama orang nggak jelas kayak kalian."

Aeri kembali mendekat, menatap pemuda itu dengan tatapan menakutkan, "Kalau kamu nggak ikut awas ajah, kamu belum tau siapa Aeri yang sebenarnya."

"Sang guru lukis? Nenek lampir? Tante-tante anak dua?" Ucap Taehyung kemudian di akhiri gelakan.

"Sialan!" Umpat Aeri kemudian menendang perut pemuda itu.

Jimin meringgis melihat hal itu. Pasti sakit katanya dalam hati.

"Ikut, atau tidak kau habis di tangan ku."

Taehyung dengan wajah yang memerah mengangguk pasrah, "Iya, ikut."

Setelahnya Aeri dan Jimin keluar dari kamar. Taehyung yang masih kesakitan juga ikut mengekor dengan terus saja Menyeloteh.

"Dasar tua!"


TBC

Maaf apabila banyak typo, Terima kasih yang sudah mau membaca dan meninggalkan vote serta komen.

Continue Reading

You'll Also Like

214K 19.6K 151
Chapter 151-300 Penjahatnya, Lu Junhan, sangat pengkhianat dan licik sehingga dia telah melakukan segala macam hal buruk, dan tidak ada seorang pun...
245K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
8.5K 933 20
langsung baca aja kuy🤗🤗
228K 12.4K 52
Penasaran? Yuk, simak cerita ini ! Brothership✔