Ending [Vmin] ✔

By Keripikpisang__

6.3K 401 23

❛❛ Jimin dikutuk untuk menerima karma orang tuanya ❜❜ __Vmin;Brothersip. || SELESAI ✔|| #7 Jimin... More

PROLOG
1|| Tentang luka Jimin
2|| you're name
3 || Tempat misteri
4|| Andai aku ikut mati
5|| Taehyung dan dendamnya
6|| Jimin pantas dihukum
8|| Aeri si guru lukis
9|| Penyupus ruangan
10|| Dalang peristiwa
11|| Perasaan yang hilang
12|| Perubahan Taehyung
13|| something wrong
14 || You'll be fine
15|| Pria asing
16 || Siapa dia?
17|| Sesuatu yang baru
18|| Mantan kekasih
19|| Gulungan kertas lagi
20|| Sekilas masa lalu
21 || Anggota baru mereka
22 || Dunia dan lukanya
23 ||Something missing
24 || Misi penyelamatan
25 || Tetaplah hidup
26 || Kasus terungkap
27 || Rona merah jambu
28 || Stay Together
29 || Ajakan kencan
30 || Lebih lama didunia
31 || Tertangkapnya pelaku
32 || Senja Terakhir
33 || Dia yang pergi [END]
EPILOG

7|| Tawanan Tampan

173 11 0
By Keripikpisang__


***

Ini sekian kalinya Jiwo menghela nafas berat. Mungkin bukan hanya 10 kali pemuda itu menelpon tak jarang mengirim pesan, namun tak ada jawaban dari orang tersebut.

Ya, Jimin nampaknya hari ini menghilang, Jiwo tidak tau mengapa anak itu hari ini sangat sulit dihubungi.

Sekali lagi Jiwo kembali menelpon Jimin, namun tetap saja tak ada yang menjawab panggilan tersebut.

Pemuda itu kesal, namun juga ada perasaan cemas, takut temannya itu kenapa-kenapa.

"Hei, Ji!"

Aeri datang menghampiri Jiwo, "Kau sedang apa, mengapa wajahmu ditekuk begitu?" Tanyanya.

Jiwo kembali mendengus kesal, "Jimin tidak bisa dihubungi, dia tak biasanya begini."

Aeri mengangguk kecil. Perempuan itu kemudian mengambil rokok dari sakunya sudah siap menghisap benda itu dengan nikmat.

Jiwo menatap perempuan itu dengan menggeleng, "Kau masih merokok? Tidak takut mati?"

Aeri tetap membakar rokoknya tanpa memperdulikan perkataan Jiwoo barusan, "Banyak yang mati padahal dia tidak merokok. Kita hanya hidup sekali."

Kalau berbicara dengan perempuan ini Jiwo tau dia tidak akan pernah menang. Tangan pemuda itu dia kibaskan saat asap rokok sengaja disemburkan kearahnya.

"Kau tau, tadi aku bertemu Jimin, memberikan barang bukti itu." Ujar Aeri setelahnya kembali mengisap rokok tersebut.

"Lalu kenapa dia tidak menjawab panggilan ku?"

Aeri menaikkan kedua pundaknya, "mana ku tau, mungkin dia tidak mau berteman denganmu lagi."

Jiwoo membulatkan matanya. Jimin tidak akan seperti itu, dia bukan contoh teman yang bisa memutuskan persahabatannya begitu saja apalagi tanpa ada alasan yang jelas.

Jiwo menggigit bibir bawahnya, dia sekarang khawatir. Aeri mengatakan dia bertemu dengan Jimin. Mungkin saja pemuda itu sedang dalam kesulitan.

"Ayo kerumah Jimin!" Ujar Jiwo sembari langsung berdiri.

Aeri masih dengan santai mengisap rokoknya. Perempuan itu memang agak sedikit bodoamat dengan segala hal.

Jiwo menoleh kearah Aeri, menatapnya dengan geram kemudian menarik perempuan itu paksa agar ikut dengan dirinya.

"Hei! Kalau mau ke rumah Jimin yang pergi saja! Aku tidak ikut." Ucapnya lalu kembali duduk.

Keras kepala.

Pemuda itu kembali menarik Aeri, kini dia tidak akan membiarkan perempuan itu terlepas dari genggamannya.

"Hei! Kalau aku kesana aku akan bertemu dengan saudara tirinya itu. Dia menyebalkan!"

Aeri terus saja menyeletuk. Dia tidak mau ikut, sungguh malas dirinya harus bertemu lagi dengan pria yang menurutnya sangat menyebalkan tersebut.

Oh, Aeri tidak bisa membayangkan betapa geramnya dia saat melihat wajah dari pemuda itu. Dengan rakyat wajah yang sombong, angkuh, sifat tak mau mengalah, sok keras, sungguh Aeri tidak bisa bertemu lagi dengan pemuda itu.

_Rintik_riuh_

Jiwo dan Aeri sampai didepan rumah Jimin. Rumah itu telihat begitu sepi seperti tak berpenghuni. Jiwo memarkirkan motornya didepan pagar rumah tersebut lalu kemudian melangkah masuk kedalam pekarangan rumah.

Aeri masih diam ditempatnya. Dia cukup takjub melihat rumah Jimin ternyata cukup besar. Perempuan kemudian kembali  mengambil rokok tersebut lalu membakarnya.

Jiwo yang sadar tak ada Aeri dibelakangnya kembali menoleh, dan benar saja perempuan itu masih asik mengisap rokoknya diluar pagar.

"Oh, ayolah Aeri! Kenapa masih disana ayo temani aku masuk!"

Aeri menatap Jiwo kesal, "Apa kau anak kecil? Hei disana tidak ada hantu yang akan memakan mu hidup-hidup." Ujarnya lalu kembali mengisap batang rokok itu.

Sepertinya Aeri lebih sayang dengan rokok dari pada sahabat, Jiwo. Tentu saja. Baginya rokok sudah sebagian dari hidupnya walau sebagian orang tak mengerti mengapa.

Tapi Hei, rokok itu enak. Setelah dihisap akan menimbulkan rasa manis di bibir, bahkan lebih enak daripada merasakan jatuh cinta. Atau mungkin Aeri sudah jatuh cinta dengan rokoknya.

Lupakan tentang rokok. Kini Jiwo masih saja memandang Aeri dengan tatapan memelas bak anak kecil yang ingin ditemani pipis.

"Dasar bocah! Ayo masuk!"

Karena sudah tidak tahan menahan geli dengan tatapan sok minta dikasihani tersebut akhirnya Aeri memilih untuk masuk menemani Jiwo.

Jiwo mengetuk pintu itu, namun tak ada orang sama sekali yang mengubris dari dalam.

Aeri memukul kepala Jiwo dengan keras, "Bodoh! Ayo masuk saja tidak usah mengetu."

Jiwo menatap Aeri dengan tatapan takut, "Aku takut, nanti dikira pencuri."

Aeri berdecak sebal. Tanpa aba-aba perempuan itu masuk dengan santainya kedalam rumah tanpa permisi sama sekali.

Jiwo masih ragu untuk masuk, dia sungguh tidak ingin habis digebuki warga karena dikira pencuri nantinya. Wajahnya juga tampan, sangat di sayangkan kalau dipukuli.

Tapi melihat Aeri yang tidak ragu sama sekali melangkah lebih jauh pemuda itu memberanikan diri untuk ikut masuk.

"Nyalinya cukup besar ternyata. Dasar perempuan."

Langkahnya begitu pelan, Jiwo hanya takut nanti ada orang yang melihatnya, dia benar-benar tak mau dikira pencuri.

"Hei lambat sekali! Lagian kita hanya ingin mencari Jimin 'kan?" Kesal Aeri dengan berteriak.

Jiwoo meletakkan jari telunjuk nya di bibir, "Hei pelan-pelan, nanti ada orang yang mendengar kita."

Perempuan itu memutar bola matanya malas, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Tak jarang Aeri juga takjub melihat rumah ini, isinya begitu cantik. Namun yang ditanyakan Aeri, mengapa Jimin terlihat begitu gembel? Apa sekejam itu orang dirumah ini.

"Kalian ingin apa?"

Jiwo dan Aeri tersentak. Disana ada Taehyung, berdiri diambang pintu kamar dengan memegang balok. Jiwoo menelan ludahnya kasar lalu beralih menatap Aeri yang telihat nampak santai.

"Mencari saudara tirimu. Jimin. Dimana kau sembunyikan dia?"

Dengan berani Aeri melangkah mendekati Taehyung, tak lupa menepuk pundak Jiwoo, "Jangan takut. Cari Jimin, aku akan menangani tuan Kim ini." Bisiknya kembali berjalan.

Taehyung menatap datar perempuan itu, "Dia pergi. Tak tau kemana."

"Pembohong! Kau pasti menyiksanya kembali!"

Taehyung mendekat kearah Aeri, "Hei nyonya, lagipula kalau aku melakukan itu, semuanya tidak ada urusannya denganmu dan teman banci mu itu!"

Aeri melongo dengan melebarkan matanya, "Siapa yang kau panggil banci, keparat!" Kesalnya kemudian mendorong pemuda itu.

Taehyung tersungkur ke lantai sambil memegangi punggungnya, "Wanita sialan!"

Aeri sudah memasang kuda-kuda kalau memang pemuda itu akan memukulnya. Tapi belum sempat mereka saling memukul, suara Jiwo dari arah dalam membuat Aeri tak jadi bertarung.

"Aku menemukan, Jimin!"

***

Jiwoo menemukan Jimin dikamar mandi, dengan keadaan yang hampir kehabisan napas, mungkin itu dia berada disana sejak pagi.

Taehyung yang ditanyai tak mau jujur kalau dia yang mengurung Jimin disana. Katanya mungkin dia terkurung sendiri, atau mungkin tak sengaja hantu yang menutupnya.

Aeri dan Jiwo sudah sangat kesal, ditambah Jimin yang mengatakan bahwa dia yang kurang teliti dan akhirnya dia terkunci didalam sana.

"Kau disini tuan, Kim!" Ujar Aeri memaksa Taehyung untuk masuk kedalam kamar.

Taehyung memberontak tak mau dikurung didalam kamarnya, "apa-apan! Ini rumahku, dan kalian masuk tanpa izin disini aku bisa laporkan kalian di kantor polisi."

Aeri tak mau kalah, dia ikut mengancam, "Dan akan ku laporkan kau dengan kasus pencobaan bunuh diri!"

"Apa buktinya?"

"Akan ku cari! Dasar perundung!"

"Berani sekali kau!"

Belum sempat maju satu langkah, Aeri lebih dulu menendang perut pemuda itu membuatnya langsung terlempar kedalam.

taehyung mengadu kesakitan didalam sana, tendangan perempuan itu tidak main-main, cukup membuat dirinya serasa di pukul pereman yang berotot.

Aeri dengan cepat menutup pintu kamar,"Tinggal saja kau disini! Untuk apa kau bebas berkeliaran kalau hanya menyakiti!"

"Ku adukan kalian dengan ibuku!" Teriak Taehyung dari dalam sembari memukul pintu dengan kuat.

"Aku juga mempunyai ibu! Akan kita adukan ibu kita. Dasar anak manja!"

Setelah berhasil mengurung Taehyung, Aeri kemudian menghampiri Jiwo di ruang tamu yang tengah mengompres luka Jimin.

"Aku sudah selesai mengobatinya, Aku kedapur dulu sebentar, kau temani Jimin."

Aeri mengangguk setuju kemudian duduk disofa samping Jimin. Perempuan itu dapat melihat Jimin yang terlihat begitu lemas dia jadi iba melihatnya.

"Aku tak tau Taehyung begitu tega."

"Bukan dia, Aeri."

"Jangan menyangkal!"

Aeri tau bahwa pemuda itu yang melakukannya. Lagipula kalau memang bukan dia yang sengaja, pasti dia akan menolong Jimin yang sejak tadi mengetuk pintu dari dalam kamar mandi.

Jimin hanya diam.

Dia tak mau mengatakan kejujuran, walau dia tau Aeri dan Jiwo akan tetap saja menyebut Taehyung sebagai pelakunya.

"Kau tidak pantas diperlakukan seperti ini, Jim. Kau harus melawan."

"Kalau aku bisa, sudah lama aku melakukannya."

Aeri menghela nafas berat. Mungkin bagi Jimin keluarga ini cukup berarti, itu simpulan Perempuan tersebut. Tanpa Jimin katakan jelas sekali bahwa pemuda itu menyayangi Taehyung dan juga ibu tirinya.

"Aeri Taehyung lari!"

Dengan cepat Aeri bangkit dari duduknya, walau Jimin mencoba menghentikan dan mengatakan tak usah dikejar tapi Aeri tetap mengejarnya.

Taehyung berlari lebih kencang tanpa melihat kedepan, hanya terus memperhatikan Aeri yang berlari cukup kencang kearahnya. Dia heran, mengapa ada perempuan yang berlari begitu cepat seperti atlit.

"Pemuda sialan! Berhenti berlari!"

"Perempuan tak waras!"

Aeri semakin mempercepat larinya, saat pemuda itu semakin berlari lebih kencang.

Sebenarnya Taehyung sudah tak kuat berlari, dia tak pernah berlari sejauh ini. Pemuda itu memilih menyerah, dengan keadaan nafas tersengal-sengal, dia menaikkan kedua tangannya keatas.

"Sudah, berhenti mengejarku, aku tidak akan lari lagi."

Aeri memegang kedua tangannya lalu kemudian menariknya untuk kembali kerumah, "Mana bahasa lo, gw, nggak kamu pake lagi?" Cibir Aeri sembari terus menarik Taehyung.

"Kenapa si mau nangkap aku, tidak ada gunanya."

"Ada."

"Apa?"

Aeri berhenti sejenak, "Hei kau masih ada hutang kepadaku waktu itu, apa mau ku laporkan ke polisi karena telah berjudi? Ingat kau masih menjadi buronan."

Sialnya Taehyung baru ingat itu. Mereka berdua kembali berjalan dengan pelan, namun Taehyung rasa dia harus kabur dari sini kalau tidak ingin di Sandra lagi oleh Aeri.

"Aku tau kau berjasa, tapi--"

Bugh!

Aeri di dorong hingga terjatuh ke tanah. Perempuan itu hendak kembali ingin mengejar tapi kakinya sudah tidak sanggup, sepertinya tergilir.

"Awas kau yah! Kau masih tawanan ku!" Teriak Aeri

Taehyung berbalik dengan menjulurkan lidahnya, "Tawanan tampan!" Balasnya dengan berteriak.

Brengsek!

TBC

Maaf apabila banyak typo, Terima kasih yang sudah mau membaca dan meninggalkan vote serta komen.

Continue Reading

You'll Also Like

786 63 13
tentang seorang park jimin si anak indigo yang mempunyai kekuatan tersembunyi Tapi di cerita ini jimin itu bisa ganteng,cantik,imut,ceriah,savega pen...
32.4K 2.9K 9
Bangtan akan pergi camping untuk merayakan ulang tahun Jimin, tetapi tiga hari sebelum rencana mereka terlaksana, Taehyung dan Jimin malah bertengkar...
56.9K 4.5K 53
seokjin yang tiba tiba berubah menjadi little karena pekerjaan yang membuatnya seperti itu. Setelah bermimpi tentang dia menjadi little dan menjadi l...
99K 8.2K 31
Hanya bercerita tentang Taehyung yang menjadi bungsu dan semua masalah yang ia lalui semenjak menjadi Idol. Start : 26 Maret 2021 End. : 13 Oktober...