Ending [Vmin] ✔

By Keripikpisang__

5.9K 383 23

❛❛ Jimin dikutuk untuk menerima karma orang tuanya ❜❜ __Vmin;Brothersip. || SELESAI ✔|| #7 Jimin... More

PROLOG
1|| Tentang luka Jimin
2|| you're name
3 || Tempat misteri
4|| Andai aku ikut mati
6|| Jimin pantas dihukum
7|| Tawanan Tampan
8|| Aeri si guru lukis
9|| Penyupus ruangan
10|| Dalang peristiwa
11|| Perasaan yang hilang
12|| Perubahan Taehyung
13|| something wrong
14 || You'll be fine
15|| Pria asing
16 || Siapa dia?
17|| Sesuatu yang baru
18|| Mantan kekasih
19|| Gulungan kertas lagi
20|| Sekilas masa lalu
21 || Anggota baru mereka
22 || Dunia dan lukanya
23 ||Something missing
24 || Misi penyelamatan
25 || Tetaplah hidup
26 || Kasus terungkap
27 || Rona merah jambu
28 || Stay Together
29 || Ajakan kencan
30 || Lebih lama didunia
31 || Tertangkapnya pelaku
32 || Senja Terakhir
33 || Dia yang pergi [END]
EPILOG

5|| Taehyung dan dendamnya

194 14 0
By Keripikpisang__


***

Taehyung rasanya hampir kehilangan akal sehatnya. Sebenarnya dia benci harus setiap hari menyimpan dendam kepada Jimin, setiap hari harus melihatnya menderita agar hatinya sedikit tenang. Dia bukan manusia yang tidak punya hati, dia dulu manusia yang mempunyai hati lembut.

Namun sekarang, Taehyung tidak tau kemana dirinya yang dulu pergi. Seakan raganya direbut oleh sesuatu yang disebut kebencian. taehyung ingin mengembalikan dirinya yang dulu, tapi sayangnya dia yang dulu enggan kembali.

Mari lupakan tentang Taehyung yang ingin kembali menjadi dirinya yang dulu. Sekarang mari kita liat pemuda itu yang sedang berjudi bersama teman-temannya.

Pemuda itu mencuri uang ibunya saat wanita itu berpergian tadi sore, karena merasa bosan jadinya dia mencuri uang ibunya sendiri lalu memakainya untuk berjudi sekarang.

Nominal uangnya cukup banyak, sekitar 3 juta, entah bagaimana Taehyung akan menyangkal saat wanita itu akan mencari gulungan uang itu nanti, yang ada dipikirannya sekarang adalah bersenang-senang.

"Gotcha! Mati kau Tae!" Teriak salah satu pemuda disana.

Taehyung mengacak kasar rambutnya, ini ke 2 kalinya dia kalah, setiap satu kali permainan mereka menaruh taruhan satu juta. Taehyung hanya memiliki satu kesempatan lagi, kalau dia kembali kalah maka dia harus relakan uang 3 juta itu ludes lalu pulang dengan tangan kosong.

Baru saja mereka membagi kartu tersebut untuk main, suara sirine polisi membuat mereka tak peduli dengan permainan mereka lalu berhamburan begitu saja untuk melarikan diri dari sana.

Saat ingin melarikan diri Taehyung tersandung sehingga membuat dirinya tersungkur ke tanah. Polisi sudah memasuki gang kecil itu, Taehyung yang ingin berlari sepertinya sudah tidak sempat namun pemuda itu masih saja mencoba.

Dia berlari semampunya menyusuri gang sempit tersebut. Tak lama berlari tiba-tiba ada yang menarik tangannya. Hampir saja Taehyung berteriak kencang andai mulutnya tidak cepat di sumpal oleh orang itu.

"Aku tak akan menyakiti mu, bodoh!"

Taehyung menatap gadis itu. Lalu kembali mengalihkan pandangannya kearah polisi yang terus mencari-cari keberadaan Taehyung.

Mungkin karena sudah letih mencari, polisi tersebut pergi dari sana. Taehyung sekarang bisa bernapas dengan lega.

Perempuan itu menyingkir dari samping Taehyung, lalu diikuti oleh pemuda tersebut.

Taehyung mengulurkan tangannya dengan tersenyum, "Namaku Kim Taehyung, Terima kasih sudah menolong ku." Ujarnya.

Perempuan tersebut dapat melihat pemuda didepannya ini. Tinggi badan yang cukup tinggi, rambut jatuh dengan warna sedikit kecoklatan, ada sedikit luka lebam diujung bibir pemuda itu, bibir tipis, rahang tegas, menurutnya cukup tampan.

Perempuan itu menjabat tangan Taehyung, "Sama-sama. Aku masih ada urusan, aku pergi dulu."

Taehyung menatap punggung wanita tersebut yang kian menjauh, lalu terbesit di pikirannya, kalau dia belum menanyakan nama dari wanita tersebut.

"Namamu siapa?" Teriak Taehyung dari kejauhan.

Langkah perempuan tersebut nampak berhenti, lalu tak lama dia berbalik menatap Taehyung.

"Aeri, simpan namaku untuk di tulis malaikat."

Taehyung melongo.

"Damn!"

_Rintik_Riuh_

Taehyung baru saja memasuki rumah sampai perhatiannya teralihkan dengan suara kegaduhan dari dapur. Dengan rasa penasaran, pemuda itu segera berjalan kearah dapur ingin melihat apa yang terjadi disana.

"Ibu sakit bu! Bukan Jimin!"

Taehyung memandang Jimin yang tengah kesakitan. Dia melihat asap yang menyebut dari air tempat tangan Jimin direndamkan, dengan melihat itu Taehyung dapat menyimpulkan bahwa itu adalah air panas.

Taehyung sedikit meringgis melihat hal itu, namun entah mengapa dirinya sama sekali tidak ingin membantu Jimin.

"Kenapa lagi bu?" Tanya Taehyung yang tak beranjak dari pintu dapur.

Ibu menoleh kearah pintu, mendapati putranya berdiri disana dengan melipat tangan didada dengan santainya.

"Jimin mencuri uang ibu ditas, dan dia tidak ingin mengakuinya."

Oh uang itu. Taehyung tersenyum miring. Andai ibu tau bahwa yang mencuri nya bukan Jimin melainkan dirinya. Tapi dia bersyukur tidak mengatakan hal tersebut sebab dia bisa melihat Jimin tersiksa lagi.

"Bukan aku bu! Bukan aku yang curi uang ibu." Ujar Jimin yang sedang mengadu kesakitan.

"Lalu siapa kalau bukan kamu sialan! Tidak ada orang yang tinggal di rumah selain kamu! Kamu kemanakan uang itu anak sialan?!"

Ibu semakin menekan tangan Jimin kedalam air panas tersebut. Jimin dapat merasakan tangannya serasa direbus didalam sana, perih bukan main menjalar di sekujur tangannya.

Ibu tetap kekeh untuk membuat Jimin mengaku, tapi pemuda itu enggan sebab bukan dia yang melakukan hal itu.

Sedangkan Taehyung hanya memandang pemandangan tersebut dengan senang. Namun tak lama dia menonton pertunjukan tersebut, pemuda itu memilih pergi dari sana dan memasuki kamarnya.

Pemuda itu melihat wajahnya dicermin. Ada lebam di ujung bibirnya, ini karena selingkuhan pacarnya, atau mungkin dia yang selingkuhan? Entahlah, Taehyung tak mengerti.

"Wanita brengsek! Enak saja menyia-nyiakan laki-laki menawan seperti ku."

Taehyung mendengus, lalu duduk disamping ranjangnya. Pemuda itu mengambil sebatang rokok dari sakunya kemudian membakar benda panjang itu.

Begitu nikmat dia mengisap rokok tersebut. Hidupnya ternyata tak cukup dengan hanya hancur di keluarga, di percintaan juga ternyata harus hancur juga.

Dia mungkin memang brengsek, mungkin juga keliatan suka main perempuan. Namun asal mereka tau, bahwa Taehyung hanya memiliki satu wanita dihatinya, sayangnya dirinya tak tau bagaimana cara untuk menyampaikan cinta itu.

Taehyung tak mengerti akan cinta.

Rokok itu terus dia hisap, dia nikmati setiap isapannya diiringi dengan hatinya yang mungkin kembali sakit. Kali ini karena orang yang dia cintai.

Senyum tipis dia lukis dibibirnya, bukan main sakitnya melihat perempuan yang sangat dia perjuangkan ternyata ada orang lain dibelakangnya.

Semua Taehyung berikan, namun mungkin dia tak lain hanya seorang brengsek bagi wanita itu.

"Mulai sekarang, Jangan lagi ada yang namanya cinta Tae."

***

Jimin berdesis kesakitan saat sedang
Mengobati tangannya yang melepuh. Andai teman ibu tadi tidak tiba-tiba menelpon mungkin sekarang tangannya masih saja direndam dia air panas tersebut.

Ini memang bukan pertama kalinya, sebab memang ibu selalu melakukan itu kalau Jimin melakukan kesalahan. Namun sumpah, bukan Jimin yang mencuci uang Ibu, dia tidak mungkin seberani itu.

"Sakit sekali... Pasti lukanya bakal lama sembuh."

Saat sedang mengobati lukanya, tiba-tiba saja Taehyung masuk kekamar dengan menatap Jimin tanpa ekspresi.

"Kenapa Tae?"

Taehyung berjalan mendekat kemudian duduk disamping Jimin. Jimin yakin saudara tirinya itu hanya akan mengejeknya.

"Kenapa tidak kau jadikan sekalian sup saja tanganmu?" Ujarnya dengan tersenyum.

Jimin tak menghiraukan hal tersebut, bagaimana pun dia sudah sering mendapat ejek dari itu bahkan mungkin lebih. Pemuda itu sering saja mengatakan mati saja kau, sialan, kenapa tidak hilang saja kau mati, Kadang-kadang juga lebih kasar, lo nggak pantas hidup bajingan!

Iya, itulah kalimat yang setiap hari Jimin dapatkan dirumah ini.

Taehyung mencengkram kuat pipi Jimin lalu mengharapkannya didepan wajah tegas miliknya, "Kalau gw ngomong liat! Dasar nggak tau diri!"

Jimin hanya bisa pasrah, walau pipinya terasa sakit karena cengkraman Taehyung yang cukup kuat namun tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menerima semua perlakuan pemuda itu.

"Siksaan itu belum ada apa-apanya, gw janji lo bakal ngerasain hal yang lebih menderita dari ini."

Taehyung melepas pipi Jimin kemudian bangkit dari kasurnya. Jimin menatap punggungnya yang perlahan hilang dari ruangan tersebut.

"Kita ini saudara Tae, kau dan aku seharusnya saling menyayangi bukan malah seperti ini."

Dari kecil tak pernah dia rasakan kasih sayang dari kakak tirinya tersebut. Mereka berdua memang hanya beda 1 tahun saja. Ibu dan ayah Taehyung diperkirakan memang sudah lama menjalani hubungan saat sudah bersama ibu Taehyung.

Jimin tidak bisa menyalahkan Taehyung karena sangat membencinya, dia tau pasti sangat menyakitkan melihat keluarga kita hancur. Tapi, Jimin juga tidak seharusnya disalahkan atas semuanya. Dia tak tau apa-apa.

_Rintik_riuh_

Esoknya, semua murid sudah kembali masuk sekolah, kembali menjalani rutinitas sebagai siswa SMA pada umumnya. Mereka sudah melewati jam pelajaran sebagian dan yang ditunggu-tunggu telah tiba.

Jam istirahat berbunyi, semua berhamburan dari kelas masing-masing. Namun pemuda manis itu masih setia tinggal didalam kelas.

Jimin sama sekali tidak mendapat uang jajan ataupun bekal, jadilah dia harus menahan lapar hingga jam pulang tiba.

"Jimin!"

Namun kadang kala juga, pemuda itu tidak kelaparan karena orang yang memanggilnya barusan.

Jiwo masuk dengan menenteng satu kantong berisi kan tupperware lalu langsung duduk disamping Jimin.

"Aku membawakan bekal, ayo kita makan sama-sama." Ujarnya kemudian mengeluarkan dua tupperware dari dalam kantong tersebut.

Jimin tersenyum tipis, temannya ini memang paling mengerti dengan keadaannya. Dan memang hanya Jiwo yang ingin berteman dengan Jimin secara tulus, kalau yang lain hanya mau berteman bila ingin menyontek.

"Terima kasih."

Jiwoo tersenyum, "Kenapa harus Terima kasih, kau ini temanku, dan aku harus membantu temanku. Tidak mungkin aku biarkan dia kelaparan."

Jiwo memberikan satu tupperware berwarna kuning dengan gambar bebek, katanya itu cocok untuk Jimin yang lucu seperti bebek, juga katanya cocok Karena Jimin pendek bagaikan bebek.

"Aku heran kenapa ibu mu tidak pernah memberikan uang jajan, kalau kau pingsan karena kelaparan bagimana?"

Jimin terkekeh pelan, "Kan ada kamu, pasti temanku yang baik ini tidak akan membiarkan Jimin sampai pingsan kelaparan."

"Betul sekali, kau bisa memanfaatkan aku kapan saja kau mau."

Jimin menggeleng pelan, pemuda di samping nya yang sedang makan dengan lahap ini memang agak cerewet dan kadang menyebalkan juga. Tapi, dia satu-satunya orang yang sangat memahami dan menjaga Jimin.

Jimin beruntung masih punya Jiwo dihidupnya.

Brak!

"Hei bocah sialan!"

Jiwo sampai-sampai tersedak saat tiba-tiba Taehyung datang menggebrak meja.

"Kau ini apa-apaan! Aku kaget sampai tersedak tau tidak!"

Taehyung memutar bola katanya malas, "ngga ada urusannya dengan gw."

"Kalau aku tersedak kamu mau tanggung jawab?!"

Taehyung tanpa mengatakan apapun mendorong kursi Jiwoo dan pemuda itu menjauh dari sana. Dia menarik paksa Jimin untuk dibawa bersamanya.

"Hei mau kau bawa kemana Jimin?" Teriak Jiwo yang tak di gubris Taehyung sama sekali.

Jimin meracau ingin dilepaskan namun ternyata cengkraman pemuda itu cukup kuat dibanding kekuatan dari Jimin.

Taehyung terus menarik Jimin hingga ke rooftop sekolah. Sesampainya disana Taehyung melempar Jimin dengan kasar ke lantai membuat tubuh pemuda itu jatuh begitu saja dilantai.

"Kamu mau apa Taehyung?" Tanya Jimin.

Taehyung menarik kerah baju Jimin memaksanya untuk bangun, "lo harus diberi pelajaran, lo harus tersiksa, lo harus bayar semuanya."

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Beberapa tinju dia layangkan ke wajah Jimin, membuat pemuda itu kembali tersungkur ke lantai. Pemuda itu kembali menarik kerah baju Jimin lalu setelahnya memukulnya lagi.

"Sudah Tae, kamu bisa membunuh ku."

Taehyung menghentikan pukulannya yang siap melayang lagi. Matanya merah, sangat geram melihat Jimin. Itulah yang Taehyung inginkan, yaitu kematian Jimin, tapi entahlah.

"Woi! Anak sekolah belajar bukan malah berantem!"

Taehyung menoleh kearah belakang, mendapati perempuan yang tak asing baginya. Itu adalah perempuan yang menolongnya waktu itu saat dia hampir ditangkap polisi.

"Aeri?"

Aeri mendekat kemudian menatap Jimin yang sudah lebam-lebam wajahnya, lalu beralih menatap Taehyung.

"Lepaskan dia."

Taehyung segera melepaskan tangannya dari kerah baju Jimin. Dia hanya menatap keduanya sebentar lalu melangkah pergi, "Gw benci sama lo, Jimin!" Ujarnya sebelum benar-benar pergi.

Aeri menghampiri Jimin lalu membantunya bangun, perempuan itu mendudukkannya disofa tua yang ada disana lalu ikut duduk.

"Siapa dia jimin?"

"Kakak tiriku. Dia membenci ku."

"Ya, terlihat jelas."

Jimin kemudian berhenti menundukkan kepalanya dan kini mengalihkan pandang kearah Aeri,"Mengapa kau disini?"

"Tak penting."

Jimin kembali hanya bisa mengangguk, sepertinya perempuan itu memang akan terus hanya pada pendiriannya.

Aeri bangkit dari tempat duduknya, "Dia memang membenci mu, tapi percaya, dia masih seorang kakak dan saudara. Aku yakin sifat sosok kedua itu masih ada dalam dirinya, manusia memang kadang malu-malu menunjukkan nya."

Itu yang dikatakan Aeri kemudian pergi dari sana meninggalkan Jimin yang masih memikirkan perkataan Aeri tersebut.

"Benarkah?"

TBC

Maaf apabila banyak typo, Terima kasih yang sudah mau membaca dan meninggalkan vote serta komen.

Continue Reading

You'll Also Like

237K 18K 39
Seorang maknae yang tak sepenuhnya mendapatkan kebahagiannya. Terlebih saat banyak yang mengetahui kelainan dalam dirinya. "Yoonie capek" - Yoongi "...
24.1K 1.7K 18
"Jiminie Hyung~ Kau mengingkari Janji mu~" "Jimin maaf kan Samchon yang tak mengurusmu" "Jangan menangis. Izinkan aku tertidur nee. Aku akan mendatan...
120K 12.1K 34
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
244K 21.1K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...