Friendship (Xodiac) End√

De SugaJennie24

76.8K 7.9K 4.7K

Zayyan seorang siswa pindahan dari Indonesia, akhirnya dapat mewujudkan impiannya untuk tinggal dan bersekola... Mai multe

Asrama
Ruang Mawar Melati
Gara-Gara Leo Kegerahan
Geng Belalang Kupu-Kupu
Perhatian Zayyan Pada Sing
Dongsaeng Mulai Posesif
Zayyan Menangis karena apa?
Zayyan Janjian
Salah Paham Bikin Lapar
Baikan Sama Sing?
Ada Apa Dengan Lex?
Obrolan Aneh Zayyan-Sing
Pemuda Misterius
Super Zayyan
Sing Kenapa?
Ketika Bocil Cemburu
Perasaan Lex Terhadap Zayyan
Dibalik Sikap Lex
Zayyan Perduli Pada Lex?
Lex-eu Jangan Menangis
Pergi Camping
Camping #1 (Mimpi Aneh)
Camping #2 (Di Mana Zayyan?)
Camping #3 (Selamatkah Zayyan?)
Davin Ke Mana?
Maunya Sama Zayyan
Sayang Lex juga?
Cemburu Sama Eunbi
ZaySing Yang Aneh
Perdebatan Para Bocil
Perkara Suap-Suapan
Pengakuan Sing?
Bogoshippeo
Saling Menjauh
Lebih Sakit Dari Luka
Upaya Mendamaikan
Curahan Hati
Dibohongi
Malam Minggu
Patah Hati
Who's That Girl?
Aku Tak Mengerti Perasaan Ini
Nasi Goreng Spesial
Sama-Sama Cemburu
Hati Yang Mendua
Disuruh Putus
Keputusan Berat
Pesta Kelas Dadakan
Jadikanku No.1 Dihatimu
Leo Nggak Mau Turun Tahta
Mencuri Kesempatan
Gara-gara cemburu
Pertengkaran Dongsaeng
Pengumuman
Zayyan Berterimakasih
Siapa Yang Menculik Zayyan?
Rasa Kehilangan
Zayyan Tinggal Di Mana?
Upaya Mencari Zayyan
Apakah Semua Sandiwara?
Penyebab Zayyan Menghilang
Rahasia Davin Ketahuan
Menunggumu
Surprise
Akhirnya Aku Kembali
Perasaan Yang Tak Berubah
Akhirnya Saling Jujur
Pengumuman 2

Keadaan Zayyan

851 84 55
De SugaJennie24

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Woossshhh...woossshhh...wooshhh...

Udara di luar semakin terasa dingin, suhu di Korea Selatan kini mencapai 11° celcius. Begitu sangat dingin hingga menusuk ke kulit.

Jaket tebal, selimut tebal, kaos kaki dan bahkan penghangat ruangan yang dinyalakan pun tak dapat menghalau rasa dingin di tubuh mungilnya.

Ia mencoba bangkit berdiri, namun tiba-tiba kepalanya terasa pusing.

"Ini pasti karena aku tak makan sejak kemarin malam," pikirnya.

Sambil berpegangan pada benda apa saja yang bisa ia raih, ia pun mendekati cermin di ruangan kamar yang sempit itu.

Ia menatap wajahnya di cermin. Matanya sayu dan sembab, rona wajahnya memudar. Rambutnya acak-acakan dan pipinya pun semakin tirus.

"Aku semakin terlihat kurus, tidak enak di lihat," gumamnya.

Drrttt...drrtt...drttt...

Ponsel miliknya yang berada di atas meja nakas, samping tempat tidur berbunyi.

Dengan susah payah menahan bobot tubuhnya yang terasa lemas, ia pun mencoba kembali ke ranjang tempat tidur, bermaksud untuk mengambil ponselnya.

Namun...

"Bruukk...!!"

"Aaahhkkk!!" Teriaknya saat bokongnya mendarat dengan sangat tidak bersahabat di lantai. Rupanya ia terjatuh.

Merintih, menahan sakit, sambil bertumpu pada lantai.

"Sshhh...Sing...tolong bantu aku berdiri," pintanya.

Tapi tentu saja orang yang dimintai tolong tak segera menurutinya dan juga tak menjawabnya, karena orang yang dimaksud tak berada di sana.

Ia tersadar, bahwa ucapannya hanyalah omong kosong belaka, sebuah angannya yang kemudian menguap diterbangkan angin.

Tapi kemudian ia menyangkali kenyataan itu, kembali menolak fakta yang ada.

"Tidak! Mungkin Sing tidak mendengar panggilanku, karena dia sedang mandi. Ouyin-aaahhh...tolong bantu Hyung berdiri!" Pintanya lagi, bahkan ia sedikit berteriak.

Namun tetap tak ada yang datang menolongnya.

Drrtt...drrtt...drrttt...

Ponselnya kembali berbunyi, terus menerus, seolah si penelepon sangat ingin berbicara dengannya, sehingga tak menyerah menghubunginya.

Namun ada hikmahnya juga, suara dering telepon itu membuatnya kembali tersadar akan fakta yang di alaminya sekarang.

Tubuhnya benar-benar lemas, sampai tak mampu berdiri.

"Aku kesepian, mereka sudah tidak ada lagi di sampingku. Aku sendirian, benar-benar merasa sendirian," sendunya.

Ia terpaksa mengesot di lantai untuk mencapai meja nakas.

Sesampainya di bawah samping meja nakas, ia meraih ponselnya.

"Yeoboseyo, Noona-yaa," ucapnya.

"Apa kau baik-baik saja, suaramu terdengar lemah?" Nada suara si penelepon terdengar khawatir.

"Iya, Noona. Aku baik-baik saja," bohongnya.

"Aku sekarang sudah tiba di sekolahmu. Wali kelasmu menghubungiku untuk membicarakan perihal dirimu. Apa kau melakukan kesalahan?"

Terdiam sejenak, bingung harus menjawab apa.

"Aku...ng...aku telah melakukan kesalahan, Noona. Maafkan aku," jawabnya kemudian.

"Memangnya kau melakukan kesalahan apa?"

"Ng...temui saja dulu wali kelasku, biar Beliau saja yang menjelaskan."

"Mmm...oke, baiklah. Aku akan segera menemuinya. Tapi apakah benar, kau baik-baik saja? Kau tidak sedang sakit, kan?"

"Iya, Noona, aku baik-baik saja. Aku tidak sakit kok, aku sehat," ia hanya tak ingin membuat orang lain khawatir.

"Oke, baiklah, kalau begitu aku tutup dulu ya teleponnya. Nanti aku telepon lagi."

"Iya, Noona."

Panggilan diakhiri. Ia meletakkan kembali ponselnya ke atas meja nakas, sementara dirinya masih berada di lantai, dengan kakinya yang selonjoran dan punggungnya bersandar pada kaki tempat tidur.

"Hhh...kepalaku pusing sekali, badanku juga panas, sepertinya aku demam," gumamnya.

"Huweeeekkk...huuwweeekkk...huweeekkkk...," ia tiba-tiba muntah. Muntahannya pun hanya berupa cairan, karena ia belum makan apa pun sejak kemarin malam, kecuali hanya minum.

Matanya sampai berair saat berusaha memuntahkan isi perutnya. Kondisinya benar-benar sedang tak baik-baik saja saat ini.

"Braakk!"

Suara pintu yang dibuka kasar oleh seseorang.

Ia menoleh ke arah orang yang baru datang, sambil mengelap sisa-sisa muntahan yang menempel di sekitar bibirnya.

"Hhh, bodyguard itu lagi," batinnya lelah. Dirinya sudah bosan melihat bodyguard itu terus.

"Apa yang kau lakukan, hah? Kenapa berisik sekali? Dan...eh apa itu? Kau muntah ya?" Tanya bodyguard itu dengan nada yang sangat tidak ramah.

"Iya, Tuan. Aku sakit," jawabnya.

"Dasar jorok! Kau mengotori lantai!" Omel bodyguard itu.

"Maaf, nanti akan kubersihkan, kalau kondisiku sudah mendingan," jawabnya.

"Aishh! Sialan! Kau menambah pekerjaanku saja!"

"Kan sudah kubilang, nanti akan kubersihkan, jadi Tuan tidak perlu repot-repot untuk membersihkannya."

"Awas! Minggir!" Namun bodyguard itu tak mau mendengarkannya. Bodyguard itu menarik tubuh lemahnya ke samping, lalu mulai membersihkan bekas muntahannya menggunakan tisu.

Dia yang sudah terlalu lemas dan tak memiliki tenaga untuk mencegahnya, hanya bisa diam memperhatikan sang bodyguard yang membersihkan bekas muntahannya sambil terus mengomel.

Setelah selesai, bodyguard itu menatapnya kembali.

"Kau sakit, kan? Ayo kita ke dokter sekarang juga!"

"Eh, tidak usah. Aku hanya butuh istirahat," tolaknya.

Namun lagi-lagi bodyguard itu tak mau mendengarkannya. Bodyguard itu langsung mengangkat tubuh mungilnya ke atas bahunya, memikulnya bak karung beras dan berjalan ke luar menuju ke mobil.

Ia pun hanya bisa pasrah, bodyguard itu benar-benar membawanya ke dokter untuk berobat.

"Terimakasih, meskipun Tuan terlihat galak, tapi Tuan sebenarnya baik juga," cicitnya pelan.

Sepertinya bodyguard itu mendengarnya, karena ia pun tersenyum tipis menanggapinya.

"Aku hanya melaksanakan tugasku saja. Karena kalau sampai terjadi sesuatu padamu, maka putra bosku akan memarahiku habis-habisan," jawab bodyguard itu sesaat kemudian.

***

"Dita Noona...Dita Noona...," Sing berlari mengejar gadis itu, namun gadis itu keburu masuk ke dalam ruangan guru.

"Aishh! Sial!" Sing menggeram kesal.

Sing berjongkok di depan ruang guru, menunggu gadis itu keluar dari dalam sana.

Setengah jam kemudian, kaki Sing mulai pegal, dan ia pun berdiri sambil bersandar di dinding.

"Ck! Kenapa tidak disediakan kursi sih di depan ruangan ini? Kan aku pegal menunggu di sini," keluh Sing. Namun ia tetap berdiri menunggu, tak ingin menyerah sebelum dirinya bisa berbicara dengan gadis itu. Ia berharap gadis itu mengetahui di mana Zayyan berada saat ini.

Lima belas menit kemudian...

"Sing, kau sedang apa di sini? kelas sudah dimulai, dan saat ini pelajaran matematika sedang berlangsung. Ayo cepat masuk!" Hyunsik datang menegurnya. Rupanya ia di suruh oleh guru matematika untuk mencari Sing yang tidak nampak di kelas, namun hanya tasnya saja yang ada di atas meja.

"Ya, tadi aku juga dengar saat bel masuk berbunyi," jawab Sing.

"Lalu kenapa tidak masuk ke kelas?" Hyunsik heran.

"Aku sedang ada misi penting," jawab Sing.

"Misi apaan? Memangnya kamu jadi agen FBI, pakai misi-misian segala?"

"Ck! Bukan gitu, bukan misi yang kayak agen-agen FBI, tapi ini ada hubungannya dengan Zayyan Hyung."

"Ha? Kok bisa?"

Sing sebenarnya bingung harus memberitahu soal Dita atau tidak pada Hyunsik. Pasalnya dulu Zayyan pernah memintanya agar tidak memberitahu siapa pun kalau Zayyan memiliki sepupu seorang idol yang adalah Dita Secret Number.

"Ng...panjang ceritanya Hyung."

"Ya udah singkat aja. Buruan kasih tahu aku apa misinya!" Desak Hyunsik yang kini kepo.

"Pokoknya intinya adalah aku lagi nungguin seseorang yang saat ini berada di dalam ruangan Bu Guru Park, dan orang itu ada hubungannya dengan Zayyan Hyung. Dan aku berharap dia tahu di mana saat ini Zayyan Hyung berada," terang Sing.

"Emangnya yang di dalam itu siapa sih?"

"Ck! Kepo!"

"Yee...nih bocah, malah ngatain lagi! Nih rasain!" Hyunsik menoyor kepala Sing.

Sing meringis.

"Pasti kamu ngarang cerita kan, biar bisa bolos pelajaran matematika? Iya, kan?" Tuduh Hyunsik.

"Nggak, Hyung. Beneran kok aku lagi nungguin orang yang ada di dalam," Sing menyanggah.

"Buktinya kamu nggak mau ngasih tahu siapa orangnya, berarti kamu bohong!" Hyunsik tak percaya.

Selagi Hyunsik sedang berbicara, tiba-tiba pintu ruangan guru terbuka, dan menampilkan sosok gadis yang sedari tadi ditunggu oleh Sing.

Nah tuh dia orangnya!" Tunjuk Sing. Hyunsik pun melihat ke arah gadis yang ditunjuk Sing.

"Ya ampun Sing, bilang aja kamu lagi nungguin yeoja cantik! Dasar ganjen! Bukannya ikut pelajaran matematika, tapi kau malah sibuk cari gebetan!" Hyunsik malah tambah menuduh yang bukan-bukan.

"Ah, terserah apa katamulah, Hyung. Aku mau mengejar gadis itu dulu, nanti dia keburu pergi!" Sing lalu berlari meninggalkan Hyunsik dan mengejar gadis yang kini berjalan menuju ke area parkir tersebut.

"Yak! Sing-aahh...tunggu! Hei, jangan lari!" Geram Hyunsik, namun Sing tak menghiraukannya.

"Dita Noonaa...Dita Noonaa...!!" Teriak Sing.

"Ya, tante Vera. Aku sudah bicara dengan wali kelasnya Zayyan. Iya...iya...tante, baik...iya...nanti aku urus semuanya. Tante nggak usah khawatir ya, Zayyan pasti baik-baik saja. Iya...tante...oke...oke...iya..siap tante. Bye...love you tante...," sambil berjalan gadis yang ternyata adalah Dita itu pun seperti sedang berbicara dengan seseorang di telepon.

"Dita Noona...hhh...Dita Noona...aku Sing, temannya Zayyan Hyung," Sing tiba-tiba muncul di hadapan Dita dengan napas terengah-ngengah.

Dita terkejut, karena ada yang mengenali dirinya dan bahkan menyebut namanya. Setelah terdiam sejenak, Dita pun tersenyum ramah pada Sing.

"Oh, jadi kau temannya Zayyan ya? Ada apa ya? Dan siapa yang memberitahumu kalau namaku Dita?"

"Zayyan Hyung yang kasih tahu," jawab Sing jujur.

"Wuahh...bocah itu benar-benar. Disuruh jangan kasih tahu siapa-siapa, eh dia malah ngasih tahu siapa aku ke temannya," batin Dita tak menyangka.

"Jadi kau tahu siapa aku?" Tanya Dita.

"Tahu dong. Noona kan member girl group Secret Number, dan juga kakak sepupunya Zayyan."

"Sssttt...jangan keras-keras! Nanti ada yang dengar!" Dita memberi isyarat dengan meletakkan jari telunjuknya di bibir agar Sing mengecilkan suaranya.

"Hehe...iya maaf, Noona."

"Ng...ada apa ya mencariku?"

"Noona tahu nggak kalau Zayyan Hyung sekarang sudah dikeluarkan dari sekolah?"

Dita terdiam sejenak, berpikir.

"Kenapa memangnya?" Dita balik bertanya.

"Ng...kok Noona biasa aja, nggak terkejut?"

Dita tersenyum. "Nggak usah khawatir, Zayyan baik-baik saja kok," jawab Dita seolah tahu apa yang sebenarnya ingin ditanyakan oleh Sing selanjutnya.

"Noona tahu di mana Zayyan Hyung berada, kan?"

"Sekarang sih belum tahu, karena aku belum mengunjunginya. Lagi pula habis ini aku juga ada jadwal syuting di televisi. Tapi percayalah bahwa Zayyan akan baik-baik saja. Ya sudah ya, aku harus segera pergi, karena aku harus segera menemui managerku untuk bersiap-siap pergi syuting," Dita meneruskan langkahnya.

"Dita Noona, tunggu! Aku ini dan Zayyan Hyung sangat dekat loh. Kami sudah seperti saudara. Jadi tolong beritahu aku di mana Zayyan Hyung berada!" Sing berjalan mengikuti Dita.

"Kan sudah kubilang kalau aku belum tahu di mana dia berada. Maaf ya, aku buru-buru, jadi tidak bisa lama-lama berbincang denganmu. Bye...Sing!" Dita mempercepat langkahnya, dan langsung masuk ke dalam mobil.

Kendati Sing terus merengek meminta diberi tahu, namun Dita tak menghiraukannya lagi. Mobil Dita melaju meninggalkan halaman sekolah.

Sing pun tampak putus asa.

Dari kejauhan, Hyunsik yang diam-diam mengikuti mereka dari belakang, kini berdiri tertegun.

"Jadi ternyata Zayyan memiliki sepupu seorang idol, wah daebak! Hmm...pantesan dari tadi kok aku kayak nggak asing dengan gadis itu. Sepertinya aku memang pernah melihatnya tapi di mana ya?" Hyunsik mencoba mengingat-ingat. "Aaaa...aku ingat, dia pernah jadi bintang tamu di Knowing Bros dan juga di acara JTBC! Mulai sekarang aku mau kepoin Secret Number ah, itung-itung buat nambahin daftar girl group favoritku," batin Hyunsik.

***

Di dalam perjalanan, Dita kembali menghubungi seseorang.

"Aku sudah menemui wali kelasmu. Dan aku sudah tahu masalahmu," ucapnya pada seseorang di telepon.

"Sekarang bertahanlah, kau yang berbuat, kau yang bertanggung jawab. Jangan khawatir, Noona tidak memberitahu yang sebenarnya pada Ibumu. Aku memberikan alasan lain pada Ibumu mengenai masalahmu ini."

"Iya, Noona tahu kau menyesal. Sesalah apa pun dirimu, kau tetaplah saudaraku. Aku akan terus menyokongmu, dan tak akan meninggalkanmu. Sekarang bertahanlah, kau pasti bisa melewati semuanya."

"O ya, tadi aku bertemu dengan temanmu yang namanya Sing."

"Dia sepertinya sangat mengkhawatirkanmu."

"Tidak...tenang saja. Aku bilang padanya kalau kau baik-baik saja, supaya dia tidak khawatir."

"Oke, baiklah. Jangan lupa untuk selalu menghubungiku dan mengabariku tentang keadaanmu ya. Oke...take care, bye."

Dita pun menutup panggilannya. Saat sedang menelepon ia bersikap biasa saja, tapi setelahnya Dita pun menitikan air mata. Jujur dia sedih dengan semua yang terjadi. Dia berharap semua akan baik-baik saja pada akhirnya.

***

Tiga tahun kemudian...

Para murid di kelas Xodiac yang sudah lulus, kini tak tinggal di asrama OCJ lagi, melainkan telah dipindahkan ke sebuah dorm di daerah Gangnam.

Mereka berdelapan telah resmi menjadi trainee di bawah naungan agensi One Cool Jacso Entertainment milik Louis Koo.

Meski belum resmi debut, tapi mereka sudah di pastikan akan debut dengan nama Xodiac sama seperti nama kelas mereka dulu sewaktu di SMA.

Hari-hari mereka disibukkan dengan berbagai macam latihan yang lebih intens dari pada sebelumnya saat mereka masih berada di SMA.

Sing menatap jendela kaca sambil memegang secangkir coklat hangat di tangannya. Wajahnya semakin terlihat tampan dan tubuhnya pun bertambah tinggi dan ramping dibandingkan dulu. Sing telah berusaha keras untuk menurunkan berat badannya demi mendapatkan berat badan yang ideal bagi seorang calon idol.

"Sing-ie," Leo menepuk pundaknya dari belakang, mengagetkannya. Tinggi badan Leo pun juga sudah bertambah. Wajahnya yang sudah tampan, kini menjadi semakin bertambah tampan. Tubuh Leo tetap ramping meskipun dirinya tak pernah melakukan diet sedikit pun.

Keduanya tumbuh menjadi pemuda tampan dan keren layaknya idaman para remaja maupun para Noona.

"Kau melamun?" Tebak Leo.

"Aku sedang memikirkan Zayyan Hyung," jawab Sing.

Leo terdiam sendu. Baik Sing dan dirinya sampai kini belum dapat melupakan sosok Zayyan dari hati dan pikiran mereka.

"Beberapa bulan lagi, kita berdelapan akan memulai debut kita. Tapi rasanya ada yang kurang, karena Zayyan Hyung tidak ada bersama kita lagi," lanjut Sing.

"Kau benar, Sing. Padahal Zayyan Hyung pun sangat berbakat dan memiliki impian yang sama dengan kita, yakni menjadi seorang idol. Tapi sekarang semuanya sirna. Hhh...," Leo menghela napas.

"Apakah menurutmu Zayyan Hyung masih memiliki impian sebagai idol, atau jangan-jangan ia sudah mengubur impiannya itu?"

"Entahlah, Sing. Aku juga tidak tahu. Namun kuharap suatu saat nanti kita bisa bertemu dengannya lagi."

"Kau ingat tidak, saat liburan kelulusan, kita berdua pernah nekat mencarinya ke Indonesia, namun sayangnya kita tidak bisa menemukannya, karena kita tidak tahu alamat lengkapnya," Sing mengingat masa itu.

"Iya, dan kita malah nyasar ke pantai Ancol. Hh...kesal sekali rasanya, jauh-jauh pergi tapi tidak menemukannya," timpal Leo yang juga mengingat masa itu.

"Iya, mana nomor ponsel Zayyan Hyung sudah lama tidak aktif. Semua media sosialnya pun tidak aktif. Aku juga kesal sekali rasanya," Sing juga merasa kesal karena tidak dapat berkomunikasi sedikit pun dengan Zayyan lagi.

"Semoga saja nanti dia tahu kapan kita akan debut, siapa tahu nanti dia mau datang di hari debut kita," harap Leo.

"Iya, kuharap begitu. Tapi aku malah jadi tidak tega jika seperti itu. Karena itu artinya dia tidak jadi debut bersama kita dan hanya datang sebagai penonton," Sing kembali sendu.

Leo pun ikut sendu.

***

Davin mengemasi barangnya ke koper dan bersiap pergi ke suatu tempat. Di antara para member, Davinlah yang terlihat sering berpergian selama tiga tahun belakangan ini dengan alasan ingin pergi berlibur atau mengunjungi sanak saudaranya. Dan anehnya Louis Koo selalu mengijinkannya.

"Hyung, aku pamit pergi dulu ya," pamitnya pada Lex.

"Sampaikan salamku padanya ya. Bilang padanya, kalau aku masih sama seperti dulu, masih sangat menyayanginya," pesan Lex.

Davin tidak menjawab, ia hanya menghela napas, lalu melangkah pergi sambil menarik kopernya.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca.

Jangan lupa votmen jika suka dengan cerita ini.

🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸








Continuă lectura

O să-ți placă și

243K 36.5K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
110K 11.6K 37
Bahagianya Junghwan saat tau bahwa sebenarnya dia tidak lah sendiri.
Afgan De Putri Amelia

Ficțiune adolescenți

75.1K 4.7K 19
Hei asal kalian tau, aku bukan lagi bayi yang harus dijaga dengan begitu ketat apalagi aku ini cowo bukan cewe. "jangan membantah baby!" "menurutlah...
13.6K 1.5K 18
Memori artinya kenangan. Sesuatu yang akan membekas dalam ingatan, sebuah cerita yang selamanya tidak akan terlupakan. ••• Sepanjang hidup tidak ada...