Hi, We Are ZxVorst Team

By matchaIatte

18.6K 707 541

Tongkrongan bukan sembarang tongkrongan. Tongkrongan kami bukan kumpulan anak berandal, tapi anak-anak yang i... More

Prawacana
Chapt. 1
Chapt. 2
Chapt. 3
Chapt. 4
Chapt. 5
Chapt. 6
Chapt. 7
Chapt. 8
Chapt. 9
Chapt. 10
Chapt. 11
Chapt. 12
Chapt. 14
Chapt. 15
Chapt 16
Chapt 17
Chapt. 18

Chapt. 13

397 21 0
By matchaIatte

Chaenssss
How are you today? Good or no?

Halah, sok Inggris kali lah Matcha ini

Dahlah. Ayok, lanjut bacaa. Scroll ajee sambil vote ye

==========================================



"Wadepak!" teriak Hazell secara mengejutkan tiba-tiba saja menggema mengisi ruangan. Ia terbangun dari tidurnya kemudian berteriak.

Ravend yang sedang membaca pesan dengan membatin seketika terkejut dan menolehkan kepalanya ke arah Hazell yang acak-acakan setelah bangun tidur. "Ngapa lo, Cil?"

"Pen, Pen, gawat, Pen! Gawat, gawat! Gawat banget!" ucapnya panik.

Ravend menautkan kedua alisnya seraya menatap heran. "Apa? Lo ngomong to the point kek! Bikin kaget aja."

Gadis yang sekarang duduk di samping Varess itu hanya bisa nyengir. "Maaf, maaf. Sorry, ngampuntene. Gue keinget cucian gue yang direndam dari kemarin. Duh, gimana, ya. Mana itu baju buat hadiri undangan besok." Hazell berdiri dengan mondar-mandir seraya mengacak rambutnya, membuatnya semakin persis seperti singa.

"Parah lo! Lo tinggal ngapain sampai sekarang belum dicuci," cebik Ravend pada Hazell.

"Duh, mana gue lupa lagi. Gue ngapain, ya, kemarin?" Hazell berpura-pura lupa, ia menggaruk kepalanya hingga rambutnya semakin berantakan.

"Muka lo kek baygon habis kebakar," ujar Ravend kala melihat Hazell yang sangat berantakan. Bahkan, lebih parah ketimbang orang yang baru saja bangun tidur.

Tak ingin menjawab, gadis itu kini berlari menghampiri sebuah kaca yang terpanjang di dinding ruangan. Ia melihat betapa berantakan rambutnya, seperti orang gila tak terawat.

"Buset, kok, gue macam orgil gini?" ucapnya.

Ravend terkekeh pelan, ia kemudian menyahut. "Baru nyadar lo? Parah sih, dari dulu ngga nyadar-nyadar."

Hazell berdecak sebal, ia merapikan rambut dan bajunya. Tanpa sadar jika Aiden telah selesai membuang hajatnya, tetapi masih berdiri di depan pintu toilet.

"Kalau gue sadar gue gila, Pen, udah dari dulu Iden ga bakal angkut gue jadi anggotanya. Kalau ketemu gue, gue udah dimasukin ke RSJ," gumam Hazell.

Lagi-lagi, Ravend hanya menahan tawanya. Entah harus mengejek bagaimana lagi. Mengejek Hazell itu seperti tak ada gunanya, karena cewek itu hanya akan membalasnya dengan kalimat realita.

Ravend mendekat. Ia berada di belakang Hazell dengan tangan yang bersangga di atas meja. "Zell, gue mau ngomong serius."

"Apaan?" Hazell menoleh ke belakang sebentar. Sesekali ia melihat Ravend dari pantulan kaca.

"Ekhem," Ravend berdeham. "Lo tahu, kalau Iden dijodohin?"

"Hah?"

"Ck, lo tahu ga, kalau Iden dijodohin?'

"Hah, apa?'

"Lo kalau budeg gue congkel pake pacul, ya!" ancam Ravend yang cukup geram. Ia ingin mencabik wajah Hazell di saat itu juga.

Karena geram, Ravend pun menarik rambut belakang Hazell. Membuat cewek itu menjerit kesakitan.

"Apen, monyet! Lepasin ngga lo? Ngga mau lepas gue aduin Iden!"

"Sok, aduin. Gue juga siap aduin lo ke Iden."

"Mau ngadu apa lo?"

"Ngadu kalau lo lupa ngga nyuci baju lo."

"Heh, gue semprot lo baygon, Pen!"

Berakhirlah keduanya ribut dengan saling menjambak satu sama lain. Bahkan, saking ributnya, mereka sampai tidak tahu jika ada Aiden di dekatnya. Cowok itu hanya bisa tersenyum tipis dan berdiri tenang. Sudahlah, ia pusing jika menegur terusan.

"Sok, kalau mau semprot. Baygonnya aja habis," ucap Ravend.

Tak kehilangan akal, Hazell balik membalas. "Gue semprot pakai wipol!"

"Silakan, lo lepas dulu rambut gue!"

"Ngga! Lo dulu lepas rambut gue!"

"Lo dulu, Zell. Lo yang narik rambut gue duluan."

"Ngaca, Pen, ngaca! Noh, kaca segede gengsi lo!"

"Diam ngga bisa?" Kini, Aiden yang sudah pusing pun akhirnya menegur. Merasa tak enak juga jika tiba-tiba ada perawat yang datang, meskipun telah tengah malam seperti ini.

Kedua bocah yang tadinya ribut itupun kini saling menoleh ke arah Aiden. Keduanya heran, entah sejak kapan Aiden di sana. Merasa memang tidak ada pergerakan saat itu.

"Lo kapan di situ?" tanya keduanya berbarengan.

"Ngikut aja lo!" Lagi, mereka berucap bersama.

"Heh!" Dan ketiga kalinya pun bersama.

"Kok, lo- hmpp!"

Mulut keduanya disumpal dengan tisu oleh Aiden. Jika dibiarkan, mereka akan ribut lagi.

"Bleh, ga enak!" Ravend membuang tisunya ke lantai. Ditirukan oleh Hazell.

"Tisu emang ga enak, yang enak itu tiramisu."

"Gada yang nanya!"

Aiden jengah. Ia menatap datar kedua temannya tanpa berkata. Haruskah ia membuat kandang untuk mereka berdua agar tidak ribut? Kandang kedap udara.

"Gue-"

"Diem atau gue lempar lo semua dari sini?" ancam Aiden lagi.

Namun, sepertinya ancaman itu tak cukup mempan. Sebab kini keduanya kembali bercanda. Tak mengindahkan ucapan Aiden.

"Emang lo kuat, Den? Tangan lo aja diinfus," jawab Ravend menatap tangan Aiden yang masih terpasang infus.

"Nanti gue copot."

"Emang lo kuat, Den? Lo aja masih lemes, belum makan dari kemarin," timpal Hazell.

"Nanti gue makan."

"Emang lo kuat, Den? Lo aja-"

"Diem!" gertakan Aiden menandakan amarah. Kali ini sungguhan, membuat keduanya langsung terdiam.

Tak ada yang menyahut lagi. Baik Hazell dan Ravend, keduanya hanya bisa bertatapan. Kemudian, mereka pun duduk di lantai, meratapi nasib.

"Jangan buat keributan di RS. Apalagi pas tengah malam gini. Kasian pasien lain," tutur Aiden yang nadahya berubah lembut sekarang.

Hazell dan Ravend hanya manggut-manggut. Tak berani lagi menjawab mereka. Hanya bisa menunduk dan mencoba untuk merenungi kesalahan.

"Apalagi kalau ada yang lagi tidur, terus kalian buat keributan. Kasian juga mereka. Kalian ngga tahu, seberapa capeknya orang yang lagi tidur," nasihat Aiden lagi.

Meskipun lidah Ravend gatal ingin menyahuti, namun untuk saat ini bukanlah waktu yang tepat. Karena ia tahu, Aiden benar-benar sedang lelah. Tak mungkin jika ia kembali menyahut. Bisa-bisa, ia beneran dilempar.

"Kalau ada yang lagi ngomong, dengerin. Bukan nunduk aja tapi akhirnya ngga ngerti. Paham?'

"Paham."

"Ya, udah, tidur. Gue juga ngantuk." Aiden bersiap berbaring dengan susah payah. Temannya tak ada yang peka bahwa ia sedang kesusahan.

Hazell mendelik. "Yang bener aja lo! Lo baru bangun, terus mau tidur lagi? Kapan lo mau makan?"

"Pagi. Gue lagi males. Ngga mood," jawab Aiden dengan gampang.

"Gue jejelin bubur juga lo, Den. Makan ngga!" Gantian Ravend yang menyuruh.

"Pagi aja."

"Bentar lagi pagi, Bang. Itung jam aja, lima jam dari sekarang dah pagi."

"Ngga, besok aja." Masih dengan elakan yang sama, Aiden enggan untuk makan.

"Nyari mati lo?" tanya Hazell yang ikut kesal.

"Kalau bisa."

"Heh, mulut lo minta dicium beruang ye!" teriak Hazell bersiap ingin menabok mulut Aiden.

"Udahlah. Gue capek, pengen tidur, Zell. Kalian kalau mau ribut, nyewa lapangan aja. Ntar gue bayar," gumam Aiden sembari menutup matanya dengan lengan.

Hening. Mereka tak bergeming. Mungkin memang benar, Aiden sedang lelah. Mereka tidak tahu, selelah apa Aiden. Meskipun mereka semua mempunyai rasa lelah yang berbeda, namun obatnya tetap sama. Tidur.

"Kalau tidur, jangan lupa berdoa, Den!" peringat Hazell.

"Jangan lupa bangun, Den. Lo belum makan."








==========================================

Kira-kira, Iden bangun ngga?
Harusnya bangun, sih, ya ....

Jangan lupa votment, guys!

See youuu~~

Continue Reading

You'll Also Like

6.2K 251 91
โ˜† - Whatever tf happens in my life. Save so you never miss an update !! โ˜† - None of the art I repost are never mine , lmaoo !!
20.3K 1K 12
What happened when the two bestfriends of the Indian cricket team realise that there might be something more to their friendship?
94K 2.7K 24
3 Tahun mengalami Amnesia. Membuat seorang Marven menggila dengan kehidupannya. Kehidupan yg awalnya diisi dengan baku hantam antar geng motor. Kini...
3.3K 41 13
"So you really love me?" "Yk I do ma don't act like det" ยฉ NARDOOWICKK PRODUCTIONS