Spicy Romance

Da midjuness

66.5K 4.9K 429

Ada dua alasan kenapa Kanatya Aleesha harus segera menikah; Yang pertama, demi memenangkan taruhan dengan Ol... Altro

Prolog
01. Morning After
02. Unexpected Request
03. Enemies
04. Stupid Game, Stupid Prize
05. Him
06. Her
07. Bad News
08. Drunk Again
09. Lost in Lust
10. Traces of You
12. Touching You Right
13. The Weirdest Proposal
14. Family Dinner I
15. Family Dinner II
16. Casually in Love
17. Main Course
18. The Invitation
19. Partners
20. Trying to Break
21. Officially Mr & Mrs. Atmajaya

11. Encounter

2.8K 258 21
Da midjuness

CHAPTER 11

Ryan Reinald : Hai, besok jadi, ya? Kamu mau aku jemput dimana?

Kanatya Aleesha : Jadi!!!! Aku besok stay di hotel deket Ancol. Nanti jemput aku disana nggak papa?

Ryan Reinald : Boleh. Ini kita ngadate-nya berarti di sekitaran Ancol nggak masalah? Biar pulangnya aku bisa langsung drop kamu ke hotel lagi. Atau kamu ada rencana lain?

Kanatya Aleesha : Aku mau ke beach club kamu. Boleh?

Ryan Reinald : Haha, boleh banget. Sekalian aku ajakin jalan-jalan di pantai.

"Jadi, lo belain stay di Ancol karena beach club cowok itu ada Ancol? Emang jarak Kemang Ancol berapa jauh, sih? Harusnya dia effort jemputin lo dong."

"Macet, Inessss. Mana besok malem minggu lagi. Lo tau sendiri lah Jakarta pas malam minggu gimana."

Ines geleng-geleng kepala tak habis pikir.

"Belum lagi pas pulangnya, Nes. Bisa stress gue di jalan. Gue juga belum terlalu percaya sama Ryan ini, gue nggak mau dia tahu dimana apartemen gue."

"Jadi lo udah pesan kamar?"

"Udah, gue dapet promo. Lumayan banget kamar bagus dengan harga segitu. Lo mau ikut temenin gue staycation nggak?"

"Nggak, gue kerja."

"Weekend juga kerja?" Kanatya sungguh heran.

"Ini lah kehidupan budak korporat, Kanatya sayang. Yaudah deh, hati-hati aja sama Ryan. Jangan mau disuruh minum yang macem-macem, kalau dia mulai mencurigakan, segera telepon gue atau Darel."

"Iya, tenang aja."

Jadi, Ryan Reinald adalah laki-laki yang tak sengaja Kanatya temui di dating apps. Sudah hampir seminggu mereka intense menggobrol dan Kanatya merasa sangat nyambung dengan cowok itu.

Ryan satu tahun lebih tua dari Kanatya, tapi cowok itu sudah mengelola beach club di Ancol. Tempatnya ternyata lumayan terkenal. Selain itu, Ryan juga punya beberapa kafe kekinian di Jakarta Utara.

Secara fisik, melalui foto pada profilnya, Ryan tampak ganteng. Tipe bad boy berpenampilan semi berantakan yang bisa memikat perempuan. Kanatya tentu tidak menyia-nyiakan berkenalan lebih jauh dengan laki-laki yang potensial seperti ini.

Siapa tahu, ini dia jodoh yang Kanatya tunggu-tunggu selama ini.

***

Sabtu siang Kanatya check in di hotel sendirian. Dia menggunakan kesempatan itu untuk tidur. Meski hotelnya dekat dengan pantai, Kanatya masih belum mau jalan-jalan. Di luar panas sekali jadi lebih baik stay di dalam kamarnya.

Kanatya terbangun jam empat sore. Janjinya dengan Ryan jam tujuh malam nanti. Jadi dia bermalasan-malasan dulu sambil chattingan dengan papanya yang sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

Kanatya juga mengecek sosial media, postingan Olivia langsung menyapa. Perempuan itu sepertinya sedang liburan ke Singapura melihat fotonya di Universal Studio bersama Bastian. Hidup mereka tampaknya menyenangkan. Apalagi Olivia, menjadi anak dari seorang pengacara handal membuatnya tidak pernah kekurangan secara ekonomi, dan karirnya sebagai fashion designer membuat sosoknya jadi begitu keren dari kacamata siapapun. Lalu, Bastian, dia seorang auditor di perusahaan besar. Bastian juga dari keluarga yang kaya karena papanya adalah jajaran direksi perusahaan BUMN dengan profit paling tinggi di Indonesia. Ya, mereka memang tampak cocok dan setara. Sulit diakui tapi itulah kenyataannya.

Kanatya segera move on dari postingan itu. Dia tidak mau melihat dua monyet jatuh cinta. Menjijikan.  Lebih baik dia mengisi perutnya dengan lasagna yang dipesannya dari restoran hotel.

Setelah menghabiskan lasagna-nya sambil menonton youTube, Kanatya memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap. Pukul enam sore, Kanatya sudah tampil rapi dan cantik. Dia memakai dress casual berwarna putih bermotif bunga kecil-kecil dengan model off shoulder dan ruffle simple di sekitar dadanya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai.

Kanatya memutuskan untuk turun ke lobby karena merasa lebih baik dia menunggu Ryan dari sana. Sepertinya di ballroom utama juga sedang acara. Daritadi Kanatya lihat orang berpakaian biru dan pink beseliweran. Dari outfitnya sih sepertinya baby's shower atau gender reveal. Ya, kerjaan orang kaya, merayakan pesta di hotel mewah seakan itu bukan apa-apa. Kanatya tidak ingin berkomentar karena kalau dia punya keluarga besar yang harmonis, lingkup pertemanan yang besar, dan rekening suami yang unlimited, dia juga akan membuat acara seperti ini.

Kanatya duduk di lobby hotel dengan tenang dan nyaman sebelum akhirnya matanya menangkap sesosok pria yang baru saja keluar dari area ballroom. Ferrish David Atmajaya. Kanatya langsung membuang muka dengan kekuatan maksimum.

Semenjak kejadian di apartemennya, mereka sama sekali tak bertukar pesan sebab Kanatya memblokir nomor itu. Kanatya betul-betul serius ketika mengatakan dia tidak ingin berurusan lagi jadi dia mengambil langkah ekstrem tersebut.

Dan kali ini, mereka kembali dipertemukan. Kanatya buru-buru googling di hp-nya, barangkali ada yang dia lewatkan tentang hotel ini. Kanatya mengetik nama tempatnya menginap saat ini dan benar saja, hotel ini ternyata masih di bawah kepunyaan Multicitra Nusantara Group. Masih saudaranya Svarga Hotels. Tidak heran dia bertemu laki-laki ini. Tapi, dari baju lelaki itu yang berwarna biru navy, sepertinya Ferrish adalah bagian dari tamu yang memenuhi ballroom.

Meski sudah berusaha keras untuk mengalihkan wajah, sepertinya Ferrish dapat menangkap sosoknya. Lelaki itu tiba-tiba saja sudah berdiri menjulang di hadapannya.

"Kamu ngapain disini?" tanya Ferrish tanpa basa-basi sama sekali.

Kanatya turut berdiri dan tersenyum sok riang. "Eh, Bapak. Saya kebetulan lagi ada janji. Bapak kenapa disini?"

Ya, bersikap santai adalah cara terbaik agar Ferrish tak menyadari betapa tidak sukanya Kanatya dengan kebetulan macam ini.

"Saya ada acara keluarga."

"Oh, acara gender reveal, ya? Tadi saya lihat banyak yang pakai baju pink dan biru juga."

"Iya, acara tujuh bulan kehamilan sepupu saya," jelas Ferrish. Cowok itu menatapnya dari atas sampai ke bawah. "Kamu janji sama siapa?" Dia curiga dengan penampilan rapi dan kelewat cantik ini.

"Kayaknya saya nggak punya kewajiban untuk ngasih tau Pak Ferrish." Kanatya mencoba tersenyum sopan.

"Janji dengan laki-laki?" Alis Ferrish menukik tajam.

"Bukan urusan Bapak." Hilang sudah kesantaian dan kesopanan yang ia coba pupuk.

"Ini usaha kamu untuk mencari suami? Ketemu dimana? Dating apps?"

Kanatya tersentak. Tak menyangka semua tebakan Ferrish tebak sasaran. Apa penampilannya sekarang begitu terlihat seperti sedang mau first date dengan lelaki random yang ditemuinya di internet?

"Kok Bapak bisa tau saya main dating apps? Bapak main dating apps juga, ya? Terus ketemu saya tapi swipe kiri?"

"Kenapa harus ketemuan di hotel? Jauh dari tempat tinggal kamu pula. Kamu segitu percayanya sama laki-laki?" Ferrish tak menggubris tuduhan Kanatya dan sibuk mencecarnya.

"Pak, saya rasa Bapak nggak perlu menginvasi kehidupan pribadi saya. Apapun yang saya lakukan itu bukan urusan Bapak."

"Kamu nggak bisa mencari laki-laki secara acak dan berharap dia akan bertanggung jawab sama hidup kamu."

Percakapan mereka berjalan tak seirama karena isi kepala mereka saling bertentangan.

Kanatya menghela napas keras. "Makasih atas nasihatnya, nasihat Bapak akan tertanam di kepala saya dan nanti akan saya ajarkan juga ke anak cucu saya nanti. Saya permisi."

Belum sempat Kanatya melangkah, Ferrish menahan tangannya.

"Apalagi, Pak?"

"Ferrish!"

Panggilan itu sontak membuat Ferrish dan Kanatya menoleh. Seorang wanita paruh baya yang mengenakan gaun berwarna pink yang cantik berjalan mendekati Ferrish.

Saat pandangan Kanatya dan wanita itu bertemu, wanita itu tak bisa menyembunyikan raut penasarannya.

"Ferrish, sama siapa? Acaranya sudah mau mulai. Suami Tia nyariin kamu."

Kanatya melirik Ferrish dari ujung matanya.

"Ini Kanatya, Ma. Kanatya, ini Mama saya."

Dan Kanatya berusaha mati-matian menyembunyikan raut kagetnya. Dia cuma bisa tersenyum lebar dan salim ke tangan mama Ferrish yang menyambutnya dengan bersemangat.

"Pacar Ferrish?" tanya mama Ferrish dengan mata berbinar.

"Bukan," sahut Kanatya lebih cepat dari yang dia rencanakan. Dia harus segera mengkonfirmasi agar tidak ada kesalahpahaman.

"Teman," ralat Ferrish.

"Oh, teman. Teman dari mana? Maksudnya kenalan dimana?" Mama Ferrish masih bersemangat menginterogasi.

Masa Kanatya harus bilang kenal dari kelab malam?

"Dari teman juga. Dia temen dari orang yang kukenal, Ma."

Olivia maksudnya? Kanatya mencoba meraba maksud lelaki ini.

"Oh, masih muda dan cantik ya. Sekarang Kanatya kerja?"

Kanatya hendak menjawab, tapi didahuli Ferrish. "Nggak, dia sedang istirahat, Ma. Kanatya anak Pak Rasyid Hendarta, kontraktor hotel kita."

"Apa?!" Kalau tadi semangat Mama Ferrish menyentuh presentase delapan puluh persen, saat ini, sudah naik ke level hampir maksimal. Sembilan puluh sembilan persen. "Anak Pak Rasyid, toh. Pantesan cantik!"

Kanatya cuma bisa tersenyum. Bingung harus mendahului perasaan tersipunya karena dipuji atau menginjak kaki Ferrish yang sudah menyebut nama papanya tanpa seizinnya.

"Ayo masuk dulu, Kanatya. Kita lagi ada acara di dalam. Ayo ngobrol sama Papa Ferrish juga," undang Mama Ferrish begitu ramah.

Disambut sebegini baiknya membuat Kanatya mendadak kikuk. "Maaf banget, Tante. Aku juga berharap bisa ngobrol-ngobrol lagi, tapi sekarang aku lagi mau pergi. Udah ada janji." Kanatya menampilkan raut bersalah.

"Oh, begitu.."

"Iya, maaf ya, Tante. Makasih atas undangannya. Mungkin bisa ngobrol di lain kesempatan, Tante."

"Ma, aku ngobrol sama Kanatya bentar, nanti aku nyusul ke dalam," kata Ferrish. Mama Ferrish mengangguk kemudian dia memberi salam perpisahan pada Kanatya dengan cipika-cipiki yang begitu hangat.

Sepeninggal mama Ferrish, Kanatya langsung memelototi pria di sampingnya itu. "Pak, saya nggak suka Bapak ngenalin saya sebagai anak Rasyid Hendarta."

"Kenapa? Kamu memang anaknya, kan?"

"Iya, Pak. Tapi nggak harus disebut begitu."

"Ya, sudah kesebut, jadi nggak ada yang bisa saya lakuin sekarang, kan? Saya nggak mungkin datengin mama saya dan meralat omongan saya, kan?"

Kanatya berdecak. Sungguh menyebalkan!

"Mama saya ngundang kamu ke dalam. Bukannya lebih baik kamu ikut menemani saya daripada ketemu lelaki nggak jelas di luar sana?"

Pertanyaan Ferrish membuat Kanatya tak bisa berkata-kata lagi. Sepertinya bukan cuma dirinya yang butuh ke psikiater, tapi lelaki ini juga!

Ponsel dalam tas Kanatya bergetar. Pesan yang masuk dari Ryan yang mengatakan dia akan segera sampai. Setelah membalas pesan itu, Kanatya menyimpan ponselnya kembali.

Ditatapnya Ferrish yang ternyata memandang semua gerakannya tanpa berkedip.

"Maaf mengecewakan, tapi saya udah effort banget booking kamar di Ancol demi bisa menjalani first date tanpa gangguan macet, saya nggak mungkin ngebatalin janji saya ketika jemputan saya sudah hampir sampai."

Ferrish tak menjawab, tapi tatapannya tak lepas dari Kanatya.

"Yuk, mari, Pak. Saya duluan."

***

Gara-gara ballroom Svarga Hotels sudah dibooking untuk acara pernikahan malam ini, acara baby shower atau gender reveal Tia, sepupunya, dilaksanakan di The Cielo Hotels, hotel yang juga dikelola keluarganya.

Dari banyaknya tempat, Ferrish tidak menyangka dia justru bertemu Kanatya disini, dalam keadaan yang tidak begitu menyenangkan karena perempuan cantik itu sedang ada janji dengan lelaki lain.

Ferrish tak tahu kenapa dia harus merasa segelisah ini. Dia memang tidak baik-baik saja ketika Kanatya tidak bisa dihubungi seminggu belakangan, namun dia tahu perempuan itu mungkin butuh waktu untuk menjernihkan pikirannya. Jadi dia berusaha santai. Tapi sekarang, perempuan itu justru kembali memancing lelaki lain agar mau menikahinya. Ferrish baru tahu ada orang segegabah itu.

Ferrish jadi tak begitu bersemangat menghadiri acara keluarganya ini. Mamanya juga tampaknya tak bisa menyembunyikan kegembiraannya karena melihat Ferrish bersama Kanatya tadi. Bagi mamanya itu adalah pertanda.

Setelah acara selesai, Ferrish tak bisa menahan dirinya. Dia mendatangi meja resepsionis dan bertanya nomor kamar yang ditempati perempuan itu.

Dia tahu perbuatannya melanggar privasi, tetapi sungguh ia tak bisa menahan diri.

***

a.n
makasi banyak ya temen-temen yang udah ngerekomendasiin cerita ini di wattpad base X. makasi juga yang setia mengikuti cerita ini, semoga cerita ini bisa terus menghibur kalian semua🩵

Continua a leggere

Ti piacerà anche

164K 9.4K 99
Bagaimana jika gadis yang dicintai, ternyata adalah anak dari kekasih di masa lalu? [SEBAGIAN PART HANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA] ...
8.9K 345 19
Blurb: Giselle Putri Natapradja, gadis cantik ambisius - seorang konsultan senior yang mengidamkan posisi Partner yang sedang kosong di kantornya Th...
641K 2.1K 13
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.4M 136K 33
Ralph Williams leads dual life. Nobody knows his secret life as a professional male escort. Except one woman who he called Daisy. Lisa Ariana decided...