IGNITES

By Murti_mutolaah

1.1M 55.4K 3.4K

Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin... More

1. IGNITES >>Wilona Syazalee<<
2. IGNITES »Jaglion Angkara«
3. IGNITES »First Glance«
4. IGNITES >>Target Terkunci<<
5. IGNITES >>Masa Lalu Wilona<<
6. IGNITES >>Menghindari Sumber Masalah<<
7. IGNITES >>Bahan Gosip<<
9. IGNITES >>Salah Paham<<
10. IGNITES >>Deretan Most Wanted<<
12. IGNITES >>Getting Stronger<<
11. IGNITES >>Bukan Ancaman<<
14. IGNITES >>Ditekan<<
13. IGNITES >>Si Lemah Yang Kuat<<
16. IGNITES >>Sebuah Kesepakatan<<
15. IGNITES >>Jadi Buronan<<
17. IGNITES >>New Couple<<
18. IGNITES >>Perhatian Tersembunyi<<
19. IGNITES >>Fakta Menarik<<
20. IGNITES >>Ulang Tahun Jaglion<<
21. IGNITES >>Posesif<<
22. IGNITES >>She's My Girl!<<
23. IGNITES >>Pita Pink<<
24. IGNITES >>Tidak Seperti Biasanya<<
25. IGNITES >>Sinyal Bahaya<<
26. IGNITES >>Cemburu atau ...?<<
27. IGNITES >>Dia???<<
28. IGNITES >>Hery Dimata Sesil<<
29. IGNITES >>Kebersamaan Yang Tak Diinginkan<<
30. IGNITES >>Salah Langkah<<
31. IGNITES >>Sebuah Kebenaran<<
32. IGNITES >>Deep Talk<<
33. IGNITES >>Terpesona<<
34. IGNITES >>Aroma Apel<<
35. IGNITES >>Pulang<<
36. IGNITES >>Yang Tidak Pernah Akur<<
37. IGNITES >>Dibalik Semua Itu<<
38. IGNITES >>Obsessed<<
39. IGNITES >>Creepin<<
40. IGNITES >>Let's Not Fall In Love<<
41. IGNITES >>Bahaya Yang Mengintai<<
42. IGNITES >>Rahasia Yang Terbongkar<<
43. IGNITES >>Jaglion Dan Keras Kepalanya<<
44. IGNITES >>Dandelion<<
45. IGNITES >>Yang Tak Pernah Salah<<
47. IGNITES >>Gue Kayisa<<
48. IGNITES >>Hubungan Yang Aneh<<
46. IGNITES >> Kejujuran Yang Menyakitkan<<
49. IGNITES >>Sisi Gelap<<
50. IGNITES >>Protektif<<
52. IGNITES >>Death Game 1<<
51. IGNITES >>We Time<<
53. IGNITES >>Death Game 2<<
54. IGNITES >>Death Game End<<
55. IGNITES >>Jatuh Cinta??<<
56. IGNITES >>Lentera Untuk Wilona<<
57. IGNITES >>Perasaan Yang Terungkap<<
58. IGNITES >>Tak Lagi Sama<<
59. IGNITES >>Pupus<<
60. IGNITES >>Siapa Yang Lebih Busuk?<<
61. IGNITES >>Bukan Untuk Aku<<
62. IGNITES >>Gani Dan Bukti<<
63. IGNITES >>Dia Dan Usahanya<<
64. IGNITES >>Loving U, Losing U<<
65. IGNITES >>Kesepakatan Yang Gagal<<
66. IGNITES >> Dan Akhirnya ...<<
67. IGNITES >>Jaglion dan Lukanya<<
68. IGNITES >>Kehilangan<<
69. IGNITES >>Senyuman Wilona<<
70. IGNITES >>Jalan Keluar<<

8. IGNITES >>Mental Baja<<

23.5K 1K 4
By Murti_mutolaah


Wilona melepas tudung hoodynya, kemudian melihat ke area sekitar aula sekolah.

Pagi itu cukup ramai untuk ukuran hari senin yang dibenci sebagian orang.

Gadis itu sedikit bingung. Ada apa dengan orang-orang yang berkerumun itu?

Dia tersenyum tipis karena pikiran konyolnya sendiri. "Jam segini masa ada yang bunuh diri di sekolah? Ada-ada aja pikiran gue," gumam Wilona.

Gadis itu kembali berjalan santai, melewati orang-orang yang tidak sadar akan kehadirannya dengan telinga yang disumbat earphone.

Tiba-tiba mereka melihat ke arahnya yang kemudian Wilona tersadar, bahwa mereka menatapnya karena seseorang memanggilnya dari jauh.

Gani berlari kecil menghampiri Wilona. "Pantesan dipanggil nggak nyaut," decak pemuda itu. Wilona terkekeh pelan, dan menyamakan langkah dengan Gani.

"Ada apa sih, pagi-pagi udah rame aja?" Tanya Wilona.

"Ohhh," Gani merapikan dasinya. "Rani, model sekolah, udah mulai aktif belajar lagi hari ini," jawabnya.

Wilona mengerutkan kening. "Model sekolah?"

"Iya. Jadi dia tu didapuk sebagai perwakilan sekolah tahun ini, di ajang kecantikan. Traine selama sebulan," jelas Gani. Pemuda itu sedikit mendekatkan bibirnya ke arah telinga Wilona. "Dia mantan gue," bisik pemuda itu.

Gadis itu tertawa ringan. Gani dengan sombongnya memamerkan mantannya yang seorang model, begitu?

"Tapi bukan gue yang nembak dia. Tiba-tiba dia mengklaim hubungan kami yang sebenarnya masih tahap pdkt. Jadi ya terpaksa gue akui," lagi, lanjut pemuda itu.

Wilona berdecak pelan. "Emang bahaya wakil ketua OSIS kita."

Gani tersenyum manis sambil berjalan mendahului Wilona. "Gue duluan ya? Ada rapat pagi," pamit pemuda itu.

Wilona membalas lambaian tangan Gani yang langsung hilang setelah berbelok.

Gadis itu melirik ke arah lapangan utama, dimana beberapa murid sedang mempersiapkan upacara rutin setiap senin.

Matanya tak sengaja melihat sosok Jaglion yang sedang duduk tak jauh dari tiang bendera.

Sepertinya ini giliran kelas pemuda itu untuk jadi petugas upacara. Wilona jadi penasaran, Jaglion ada di posisi apa kira-kira?

Tanpa sadar, dia justru sedang memperhatikan pemuda yang belakangan ini mengganggunya di sekolah.

"Lo dekat sama Gani?" Tanya seseorang, membuat fokus Wilona jadi buyar.

Di hadapannya sekarang, ada 3 siswi dengan penampilan yang membuat mata Wilona terasa sakit.

Mereka bukan seperti pelajar biasa. Apa nyaman ke sekolah dengan rok sependek itu?

Tapi, wajahnya tak asing bagi Wilona.

Maharani? Gumamnya dalam hati.

"Gue liat lo akrab banget sama dia," lanjut gadis itu. Wilona berdehem pelan.

"Kebetulan kami sekelas," jawabnya.

Mulut siswi bernama Rani itu membentuk huruf O, tapi agak sedikit lebay menurut Wilona.

Gadis itu terus menyilangkan tangan ke depan dada, menggambarkan betapa angkuhnya dia.

"Lo anak baru itu, ya? Yang katanya jadi sasaran kak Lion dan kak Raga?" Tanya siswi itu.

Wilona menghela napas, pelan. "Nggak ada berita lain tentang gue selain itu?"

"Oh," Rani menunjuk Wilona dengan gaya centilnya. "Lo juga berantem sama Kak Bella. Digosipin sama Gani dan beberapa anak basket."

Wilona memutar bola matanya, muak. "So disgusting," gumam gadis itu.

"Lo masih ingat gue, kan, Lona?" Tanya Rani. "Kita pernah di sekolah yang sama."

Wilona hanya mengangguk singkat sebagai jawaban. Rani tersenyum sinis saat seseorang menghampiri mereka.

Celine.

Gadis itu dengan wajah angkuhnya, bergabung bersama mereka.

"Morning, loser," sapa Rani pada Celine.

Gadis itu hanya berdecak sinis sambil menatap muak.

"Bentar lagi upacara. Buruan ke kelas," ajak Celine pada Wilona.

"Wait," Rani menghadang mereka. "Gue tau lo punya potensi buat jadi populer di sekolah. Gue mau nawarin lo gabung sama club kami, The Girls."

Wilona mengerenyitkan dahi. "Club? Bukan gang?"

"That's different something. Gang cuma buat mereka yang nggak punya potensi," sinis Rani sambil melirik ke arah Celine yang masih memasang wajah muak. "Gue cuma nawarin ke lo, Lona. Yang lain bahkan mohon-mohon buat masuk The Girls."

Wilona mengangguk-angguk pelan. "Biar gue pikirin lagi."

Rani tampak sedikit kesal. "Ngapain lo ragu?"

"Ini tawaran yang bagus, dan cuma buat gue. Jadi gue harus pikirin matang-matang," jawab Wilona.

Celine menatap Wilona kesal. "Seriously?"

"Good girl," puji Rani, lalu membiarkan Wilona lewat dan menarik Celine pergi dari hadapan mereka.

🏮🏮🏮

Kantin sangat ramai siang itu. Tak ada meja tersisa satupun untuk Wilona cs. Bahkan meja yang biasa mereka pakai juga sudah terisi oleh murid-murid centil yang bergabung dengan Rani.

Celine kesal setengah mati. Dia sangat tidak suka dengan kehadiran gadis itu.

"Ngapain balik lagi sih, dia?" Decih Ziya.

"Merebut kembali atensi semua orang setelah posisinya tergeser oleh Wilona," kata Kamila.

Wilona mengerutkan kening. "Kok gue?"

"Dia ambis soal urusan attention," sinis Celine. "Semua forum sekolah hot trendingnya lo mulu. Biasanya dia di posisi 5 besar, tapi kali ini nggak masuk hot issue sama sekali. Mana terima dia?"

Wilona menghela napas, pelan. Gadis itu melirik ke arah di mana Jaglion dan teman-temannya sedang makan siang.

Tunggu.

Bukannya lebih bagus kalau mereka tidak satu kantin? Wilona tersenyum lebar.

"Kita ke kantin samping aja," ajaknya.

Celine dan Sesil tak menjawab, tapi langsung setuju dan keluar lebih dulu.

Kamila ditarik oleh Ziya karena terlihat agak malas. Kantin samping tidak ada mie ayam yang biasa mereka makan. Itu sebabnya Kamila tidak mau ke sana.

Wilona mendorong pelan punggung Kamila sambil tertawa mengejek temannya itu.

Diam-diam, Jaglion memperhatikannya. Pemuda itu langsung berdiri ketika rombongan Wilona pergi dari sana.

"Mau ke mana?" Tanya Hery, penasaran. "Sekarang akhir-akhir ini lo sering banget ngejar tu cewek."

Jaglion tak menjawab. Pemuda itu tetap berlalu tanpa menghiraukan temannya itu.

Langkahnya yang lebar berhasil menyusul Wilona dan teman-temannya yang tak lama lagi sampai di pintu kantin.

Kantin samping memang lebih sepi dan kecil. Hanya beberapa murid yang memang terpaksa makan di sana. Itu juga karena jarak kelas mereka yang cukup dekat.

Lengan Wilona dicekal seseorang, membuat gadis itu berhenti dan berbalik.

Jaglion dengan tatapan mata dingin itu, mampu membuat bulu kuduk Wilona meremang.

"Lo belum puas liat orang lain luka gara-gara lo?" Kata pemuda itu.

Sontak, teman Wilona kompak berbalik dan tertegun sebentar.

"Kali ini siapa lagi kira-kira?" Lanjut Jaglion.

Wilona berdecak kesal dan melepas paksa cekalan Jaglion.

"Gue nggak suka jadi perhatian semua orang, kak. Sebelum lo nimbrung aja gue udah stres gara-gara kak Raga. Ditambah lo, kak. Gue bisa kena mental health gara-gara tatapan membunuh mereka," protes gadis itu.

Jaglion tersenyum smrik. "Kalo gitu lo harus nurut sama gue. Cuma itu solusinya."

"Ngebet banget sih, kak!" Wilona berkacak pinggang. "Kenapa nggak orang lain aja?"

"Gue udah bilang berkali-kali. Gue maunya lo! Budeg?"

Wilona melirik sekitar mereka. Banyak pasang mata yang sekarang sedang memonitor. Dia kesal dengan situasi ini.

"Bayarin makanan gue," pinta Wilona, lalu masuk ke kantin tanpa menunggu Jaglion maupun teman-temannya.

Berakhir duduk di meja yang sama, namun justru jauh dari Celine dan yang lain.

Jaglion berengsek. Gumam Wilona sambil menatap tajam manusia di depannya saat ini.

Pemuda itu memilih meja paling jauh dari pintu, dan hanya duduk berdua sekarang.

Beberapa makanan yang dipesan Wilona juga sudah datang. Tak banyak, namun Jaglion sedikit keberatan karena tidak ada makanan yang dia suka.

Jaglion berdecak sebal dan memakan kentang goreng yang dipesan Wilona. Gadis itu nampak senang karena terlihat jelas bahwa pemuda itu sedikit kesal.

Wilona merasa heran dengan pemuda itu, kenapa dia seperti kelinci percobaan yang akan dipanah Jaglion untuk dijadikan target buruan?

"Bukannya cewek-cewek yang duduk bareng lo lebih cantik, kak?" Sindir Wilona.

Jaglion terlihat malas menanggapi. "Mereka duduk sama gue karena pengin jadi pusat perhatian."

Wilona harus segera menghabiskan makanannya jika ingin cepat pergi dari hadapan Jaglion.

Pemuda itu menyadari Wilona yang terlihat sedikit gugup dan buru-buru.

"Lo bilang nggak suka jadi pusat perhatian, kan?" Tanya Jaglion. "Dengan lo menghindar terus dari gue, sama aja lo lagi narik perhatian orang-orang karena selama ini nggak ada yang bisa nolak gue."

Kening Wilona berkerut. "Gue menghindar karena gue takut, kak. Justru lebih bahaya kalo dekat sama lo," balasnya.

Jaglion menyeringai. "Lebih bahaya lagi kalo lo jauh dari jangkauan gue."

"Enggak lah," Wilona meminum es tehnya sambil menoleh ke sekitarnya. Ada beberapa orang yang masih memperhatikan mereka berdua.

Gadis itu terkejut ketika Jaglion menggebrak meja cukup keras, membuat orang-orang itu berhenti menatap mereka berdua.

"Bisa nggak, jangan bikin orang jantungan?" Bisik Wilona kesal.

Jaglion acuh. Dia menyatukan jemarinya dan meletakkan lengannya ke atas meja, seperti orang yang sedang mencoba bernegosiasi. "Ada benefitnya kalo lo mau nurut sama gue," kata pemuda itu.

"Nggak, kak, makasih banyak. Gue udah selesai makan," jawab gadis itu, hendak beranjak dari sana.

Tatapan tajam yang diberikan Jaglion membuat Wilona berdehem pelan, dan kembali duduk di kursinya. Gadis menunduk sambil mengetik pesan di grupnya.

"Mau terus-menerus jadi pemandangan yang nggak enak dilihat?"

"Maksudnya?"

Jaglion menghela napas pelan. "Lo nggak risih sama tatapan mereka?"

"Gue lebih risih sama tatapan lo," gerutu Wilona yang bisa didengar Jaglion.

Pemuda itu tersenyum miring. "Kalo gitu nurut sama gue. Semuanya bakal baik-baik aja selama lo sama gue."

"Yakin banget?" Gumam gadis itu, sinis. Mendapat tatapan tajam lagi dari Jaglion, membuat dia lagi-lagi berdehem pelan. "Apa benefitnya?" Tanya Wilona pada akhirnya.

"Keselamatan lo terjamin. Nggak akan ada yang berani gangguin lo lagi. Tatapan mereka bakal berubah kalo tau lo jadi milik gue," kata Jaglion, mantap.

Wilona sedikit bingung. 'Milik gue' dia bilang?

Gadis itu tertawa pelan. Sepertinya Jaglion sedang menawarkan tali tambang gratis beserta kayu untuk gantung diri.

"Kak Lion, gue boleh tanya sesuatu?"

"Apa," tanggapan Jaglion sangat datar.

"Kenapa gue?" Tanya Wilona. "Kenapa harus gue yang lo incar? Cuma gara-gara waktu itu? Bukannya lo udah kasih hukuman ke gue, kak?"

Jaglion menatap malas gadis di depannya itu, yang sepertinya sudah mulai kesal. "Gue maunya lo. Gue suka mental dan sikap lo."

Wilona berdecih sebal. Jawaban macam apa itu? Padahal saat pertama bertemu dia terlihat sangat tidak suka dengannya.

"Lo punya niat lain, ya, kak?"

Pemuda itu mulai lelah. "Terima aja tawaran gue," Jaglion beranjak dari duduknya. "Gue maksa," lanjutnya sambil berlalu meninggalkan Wilona.

Gadis itu berdecak dan menatap Jaglion yang sedang membayar makanannya tadi. Dia menoleh ke arah empat temannya yang tersenyum jahil.

Sepertinya Wilona mulai menyerah?

🏮🏮🏮

Hery melempar bungkus rokok ke atas meja. Di sana sudah ada banyak jenis rokok yang masing-masing dibawa oleh anggota Cyber Space yang sedang kumpul di base trial.

Diantara semua rokok yang ada, hanya milik Wildan yang berbeda karena dia vaper sendiri.

Jaglion berdecak kesal saat Raga mulai menyalakan ujung rokoknya. Bau buah-buahan membuat perut pemuda itu sedikit mual.

"Bisa nggak, lo jangan cobain semua varian rasa? Enek gue," kata Jaglion, sebal.

Raga terkekeh pelan dan tak menghiraukan omelan Jaglion. Dia memang sangat suka dengan berbagai rasa buah, tak terkecuali rokok.

Hery menghela napas dalam. Dia masih sibuk dengan laptopnya dengan rokok yang setia ia gapit di sela-sela jarinya.

"Kevin, kelas 12 teknik mesin dari SMK Unggulan. Dia anggota inti Oscar," kata Hery.

Gading mematikan puntung rokoknya ke dalam asbak dan menunjukkan sebuah foto. "Mereka juga anak Oscar. Beberapa kali gue liat mereka pake jaketnya di sekitar JPO dekat SMA Trisakti."

Jaglion menekan sebuah nomor telepon dan memanggilnya. Mereka menunggu aba-aba dari Jaglion untuk mendatangi tempat yang Gading maksud tadi.

"Hari ini aku nggak bisa ke sana, Ra," ucap Jaglion begitu panggilan terhubung.

"..."

"Ada acara sama Raga dan Hery," lanjutnya.

"..."

Mereka tahu, siapa penerima telepon dari Jaglion tadi. Masalah pribadi Jaglion tidak akan mereka ganggu. Kecuali pemuda itu sendiri yang memberitahukan langsung pada gangnya.

Wildan baru saja keluar dari ruangan billiard bersama beberapa anggota lain.

"Candra bilang kuncinya ada di Jerome," kata Wildan.

Hery terlihat mengepalkan tangannya ketika mendengar dua nama itu.

"Lo nggak bunuh Candra, kan, bang?" Tanya Raga setelah melihat tangan Wildan yang berdarah.

Pemuda itu tertawa pelan. "Tergantung si Lion. Dia yang eksekusi paling akhir."

"Ada info lain selain Jerome?" Tanya Jaglion pada Doha.

"Opso," jawab pemuda blasteran Korea itu. Dia baru bergabung beberapa bulan lalu, tapi sangat bisa diandalkan, dan berada di tim Wildan. "I'm so sick. Kill that jerk," lanjutnya dengan logat yang masih campur aduk.

Jaglion dan Raga beranjak. Mereka masuk ke dalam ruang billiard yang harusnya untuk bermain, justru jadi tempat eksekusi.

Raga memejamkan mata sekejap, melihat betapa mirisnya keadaan sahabatnya yang satu itu.

Pemuda itu berjongkok dan mengecek nadi Candra. Dia menoleh ke arah Jaglion yang hanya berdiri di dekat pintu dengan gaya andalannya-menyakukan kedua tangannya sambil menyender pada tembok-.

"Ada," kata Raga.

Jaglion mengangguk pelan, kemudian menelepon ke rumah sakit terdekat.

Raga memberikan minum pada Candra sambil berbisik, memastikan dia akan baik-baik saja dan akan membalaskan dendam pada Oscar.

"Gimana sama Hery?" Tanya Raga.

"Gue handle," jawab Jaglion santai.

🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮

For your information:

Jadi, Candra itu pernah berkhianat ke Cyber Space. Dia begitu karena terpaksa juga. Padahal nggak ada niatan buat gabung Oscar karena dia termasuk anggota pentingnya Cyber Space.

Salah satu anggota keluarganya ketahuan sama Oscar, dan bikin Candra diancam sama mereka.

Akhirnya dengan terpaksa Candra jadi matanya Oscar buat nyari kelemahan Cyber Space.

Dan hal itu bikin Ricky, kakaknya Hery dijebak dalam kasus peredaran narkoboy yang padahal nggak ada begituan di Cyber Space.

Itu bikin Hery jadi benci banget sama Candra.

Gitu guys, hehe.

Continue Reading

You'll Also Like

124K 15.3K 46
"Gue dapat dare untuk pacaran sama lo. Cuma satu bulan aja, mau kan?" "Nggak." "Kenapa?" "Gue nggak mau pacaran sama cowok bodoh." *** Clara hanya ta...
23.8K 2.3K 64
"Edgar," ulang ku memanggilnya. "Hmm ..," gumamnya tanpa melihat ku. "Tangan lo lepas gak?!!" "Biarin aja." "Lepas gue bilang!!" "Biarin aja kayak gi...
325K 30.9K 37
⚠️CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI AUTHOR SENDIRI⚠️ "Gue nggak mau punya cewek yang kerjaannya cuman gaya depan kamera." Kata Genta dingin. "Kenapa?"...
2.3K 250 21
Cinta. Satu kata yang sederhana, namun sangat menjadi beban bagi seorang Erik Arlando Frey untuk sekedar mengatakannya. Lain di mulut, lain pula di h...