Mōichido, Senpai!!

De _genanganraindu

3.7K 296 23

LAPAK BxB!! MOHON UNTUK KESADARAN DIRI NYA YA TEMAN-TEMAN!! *** Semua berawal dari Murayama yang tanpa sengaj... Mais

satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
Sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas

sembilan

189 14 0
De _genanganraindu

"Warning!!
Lapak bxb, yang gak suka boleh langsung di skip!
Adegan 18+ dan kekerasan, mohon untuk sadar diri nya kawandddd!

                                               ***


"Apa kau tidak lapar?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Murayama yang tengah memejamkan matanya di sofa segera melirik kecil ke arah suara dan mendapati Todoroki yang tengah menikmati makan malamnya. Murayama terdiam beberapa saat ketika melihat bagaimana pipi pria dengan kemeja putih itu nampak penuh dengan makanannya membuat Todoroki terlihat seperti anak kecil. Di balik kekesalannya saat ini Murayama juga tidak bisa menyangkal jika pria yang lebih muda beberapa tahun darinya itu terlihat sangat menggemaskan.

Bagaimanapun sedari dulu Todoroki adalah satu-satunya anak penuh waktu yang berhasil menarik perhatian Murayama, meski keduanya tidak pernah akur namun tetap saja Murayama memperhatikan pria itu lebih dari pada siapapun. Bahkan saat Murayama datang ke Oya orang pertama yang dia cari adalah Todoroki, pria dengan kacamata itu sudah seperti seorang adik untuk Murayama. Karena itu bahkan disaat Murayama sedang sangat marah dan kesal sekalipun dia tidak bisa mengabaikan pria itu.

Namun, dengan apa yang tengah terjadi saat ini membuat semuanya terasa berubah dari sebelumnya. Murayama yang biasanya selalu melihat sorot tajam yang seolah ingin membunuhnya dari Todoroki, kini pria itu tidak lagi melihat nya.

Bagaimana dia yang merasa kesal dengan kedatangan Todoroki yang selalu mengajak nya untuk bertarung kini Murayama tidak bisa merasakan itu kembali. Pria yang kini sedang di hadapannya bukanlah Todoroki Yosuke yang dulu, dia bukan lagi orang yang selalu ingin mengalahkan nya.

Sekeras apapun Murayama menyangkal apa yang tengah terjadi saat ini, dia tidak bisa menghindari kenyataan tentang semuanya. Antara dia dan Todoroki, hubungan keduanya perlahan berubah.

Murayama menghela nafasnya pelan lalu kembali menutup matanya dengan tangan, memikirkan itu semua membuat kepalanya seolah ingin meledak saat ini juga.

"Jangan banyak bicara, dan pergi lah dari sini!" ucap Murayama.

Todoroki yang mendengar itu hanya bisa terdiam sambil terus menatap ke arah Murayama. Todoroki sangat mengerti dengan kondisi Murayama saat ini, pria itu mungkin masih sangat terkejut dan belum sepenuhnya menerima dengan apa yang baru saja terjadi. Pria itu hanya butuh sedikit waktu untuk bisa mengerti, dan Todoroki dia hanya harus memikirkan cara untuk menghadapi Murayama untuk kedepannya.

Pria itu tidak harus membalas perasaan nya, Todoroki hanya ingin bersama dengan Murayama lebih lama. Lagipula Todoroki juga tidak bisa memastikan tentang perasaan nya lebih jauh, rasanya hanya dengan pria itu bisa menerima kehadirannya saja sudah lebih dari cukup untuk Todoroki saat ini.

...

Todoroki benar-benar pergi setelah makan malam nya selesai, lebih tepatnya Murayama benar-benar mengusirnya. Todoroki melirik kecil ke arah Murayama yang tengah berdiri di ambang pintu dengan wajah yang benar-benar tidak bersahabat.

Helaan nafas berat terdengar samar dari bibir Todoroki sebelum akhirnya pria itu mulai melangkah pergi, meski sebenarnya masih ada yang ingin Todoroki katakan. Namun, melihat Murayama yang seperti itu sepertinya pria itu tidak ingin mendengarkan.

Melihat Todoroki mulai pergi membuat Murayama berniat untuk kembali masuk ke dalam rumah nya, namun langkah nya langsung tertahan saat tiba-tiba saja Todoroki memanggil nya.

"Murayama-san!?"

Panggilan itu mau tak mau membuat Murayama kembali menoleh dan mendapati Todoroki yang tengah berjalan mendekat ke arahnya, melihat itu membuat Murayama sontak berjalan mundur hingga akhirnya pria dengan kacamata itu berhenti tepat di hadapannya.

Todoroki terdiam untuk beberapa saat dengan mata yang tertuju pada Murayama, suasana mendadak terasa begitu canggung di antara keduanya. Todoroki menggaruk tengkuknya pelan, berhadapan dengan Murayama yang seperti ini ternyata tidak mudah. Dia tidak tahu harus memulai dari mana untuk mengatakan semuanya, tapi, Todoroki juga tidak bisa diam saja.

Dia harus melakukan sesuatu, Todoroki tidak akan membiarkan pria itu menghindari nya lagi. Apapun akan dia lakukan untuk membuat pria itu tidak pergi lagi dari hidup nya, bahkan jika Murayama tidak mengerti perasaan nya, selama pria itu bisa menerima kehadirannya semuanya sudah lebih dari cukup untuk Todoroki.

Apapun, Todoroki akan melakukan apapun untuk hal itu.

Todoroki menghela nafasnya pelan sebelum akhirnya pria itu kembali menoleh ke arah Murayama yang masih mematung di tempatnya, setelah terdiam beberapa saat akhirnya Todoroki mulai memecah keheningan.

"Murayama-san!?" Panggil Todoroki.

"Ah, sebenarnya aku tidak tahu harus memulai semuanya dari mana. Setelah semua yang telah terjadi saat ini rasanya aku harus mempertanyakan hal ini padamu," ucap Todoroki membuat kening Murayama langsung berkerut dalam, dia sedikit tidak mengerti dengan apa yang baru saja Todoroki katakan.

"Apa maksud mu?" tanya Murayama.

Todoroki menunduk dalam, matanya menatap lantai yang sedikit kotor sambil sesekali kakinya menendang-nendang kecil angin di depannya.

"Murayama-san, bukankah semuanya terasa aneh saat menyadari jika dirimu berusaha menghindari ku sejak kejadian malam itu."

"Maksudku, bahkan jika memang dirimu merasa harga dirimu begitu terluka karena apa yang sudah aku lakukan padamu bukankah tidak masuk akal jika kau hanya menjauhi ku saja?"

"Rasanya itu bukan hal yang akan di lakukan oleh seorang Murayama Yoshiki yang aku kenal sebelumnya, di saat kau sendiri sadar jika kau bisa melakukan hal yang lebih dari itu padaku bukankah semuanya terasa aneh jika kau hanya menghindari ku?"

Murayama benar-benar membisu, jantung nya terasa begitu berdebar kencang seiring dengan perkataan yang keluar dari bibir Todoroki. Berkali-kali Murayama berusaha menelan ludah nya kasar, dia tidak menyangka jika Todoroki akan mengatakan hal seperti ini padanya. Murayama tidak tahu harus bereaksi seperti apa selain hanya diam dan kembali mendengar perkataan Todoroki yang sekali lagi berhasil membuat detak jantungnya terpacu kencang.

"Bahkan aku pikir dengan kondisi mu yang seperti ini, kau masih mampu mengalahkan ku dengan mudah, tapi kau tidak melakukan itu. Bukankah semuanya terlihat tidak masuk akal."

"Dengan apa yang terjadi seharusnya kau tidak bersikap seperti ini, kecuali jika dirimu..."

Todoroki menjeda perkataan nya, matanya menoleh menatap Murayama yang nampak tidak tenang  berdiri di hadapannya, Todoroki kembali melangkah maju membuat jarak keduanya semakin dekat. Murayama ikut menatap wajah Todoroki yang nampak datar, hingga akhirnya kedua netra itu kembali bertemu.

Tatapan itu tidak tajam seperti yang biasa Todoroki tunjukkan padanya, bukan juga tatapan rendah yang selalu berhasil membuat jantung nya terpacu kencang. Tatapan itu terasa begitu dalam hingga sulit untuk Murayama artikan, saat sedang seperti ini rasanya aura Todoroki terasa begitu kuat membuat Murayama benar-benar merasa terintimidasi.

Sekali lagi Murayama menelan salivanya kuat saat melihat Todoroki tersenyum kecil ke arahnya lalu kembali bersuara yang berhasil membuat sekujur tubuh Murayama terasa menegang dalam sesaat.

"Apa mungkin jika dirimu juga merasakan hal yang sama denganku?" tanya Todoroki sambil sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Murayama.

"Apa kau juga menyukaiku?""

Mata Murayama langsung membelalak lebar saat mendengar perkataan Todoroki barusan, tangannya sontak mengepal dengan gigi yang bergemeletuk kasar. Melihat Todoroki dengan wajah menyebalkan nya membuat rasa kesal dan emosi Murayama tidak bisa tertahan hingga akhirnya satu pukulan barhasil mendarat di pipi mulus pria dengan kacamata itu.

"Apa kau katakan sialan?" tanya Murayama dengan mata yang menyorot tajam ke arah Todoroki. Deru nafasnya mendadak tidak beraturan seiring dengan dadanya yang nampak naik turun dengan cepat.

Todoroki mengusap sudut bibir nya yang terasa begitu kebas akibat pukulan Murayama barusan, rasanya masih begitu kuat dan menyakitkan meski pria itu memukulnya dengan tangan yang masih terluka.

Rasanya kesal Murayama semakin memuncak saat melihat Todoroki yang hanya tersenyum tipis sambil kembali menoleh ke arahnya. Rahangnya itu mengeras dengan tangan yang mengepal kuat. Sungguh, Murayama tidak bisa memahami seperti apa seorang Todoroki sialan ini, bagaimana bisa pria itu masih bersikap menjengkelkan dan setenang ini di saat hubungan keduanya terasa semakin rumit.

"Berhenti bicara omong kosong! Dan pergilah dari sini sebelum aku melakukan lebih dari pada ini, sialan!" Titah Murayama yang lebih terdengar seperti ancaman.

Melihat dari raut wajah pria itu sepertinya Murayama sungguh-sungguh dengan perkataan nya, Todoroki bisa melihat aura mengintimidasi pria itu seolah memintanya untuk tidak keras kepala. Namun, Todoroki sudah mengambil keputusan ini, apapun akan dia lakukan untuk membuat pria itu tetap bersamanya.

"Itu yang ku harapkan dari mu, Murayama-san," ucap Todoroki setelah cukup lama terdiam yang membuat alis Murayama langsung terangkat, matanya menatap tak mengerti ke arah Todoroki yang masih begitu tenang di hadapannya.

"Bukankah seharusnya kau memang melakukan itu dari awal?"

"Bahkan aku pikir ini masih kurang, kau bisa melakukan lebih dari ini jika kau mau."

"Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini semua padamu, tapi kau tahu aku sangat benci ketika aku harus merasa canggung saat berhadapan dengan mu."

"Aku benci ketika aku tidak bisa bersikap seperti biasanya padamu."

"Aku juga sangat benci ketika melihat mu berusaha menghindari ku. Aku harap kau tidak lupa jika sampai sekarang kau masih menjadi tujuan ku, aku masih belum bisa mengalahkan mu dan aku pasti akan melakukan itu"

Todoroki terdiam sebentar untuk menarik nafasnya pelan sebelum akhirnya kembali melanjutkan perkataannya.

"Karena itu lupakan semuanya! Anggap saja tidak pernah ada yang terjadi di antara kita. Dan tentang perasaan ku, aku akan memastikan jika itu tidak akan membebani mu."

"Mungkin aku terlalu cepat mengartikan tentang perasaan ini, tapi aku tidak akan membuat mu kesulitan dengan semuanya. Perasaan ini tidak akan pernah meminta balasan mu, Murayama-san."

"Jadi berhenti untuk menghindari ku seperti ini! Jika memang dirimu benar-benar tidak menyukai ku," ucap Todoroki.

"Tentu saja aku tidak menyukai mu sialan," ujar Murayama dengan begitu menggebu, matanya benar-benar menatap jengkel ke arah Todoroki. Entah mengapa tapi mendengar itu rasanya Murayama benar-benar tidak bisa berdiri dengan tenang.

Tapi Murayama juga tidak bisa mengelak, mendengar perkataan Todoroki barusan berhasil menciptakan perasaan aneh berdesir dalam dirinya Perkataan itu terdengar begitu jujur membuat detak jantungnya kembali berdebar kencang.

"Baiklah jika seperti itu mulai besok aku akan kembali lagi kesini untuk makan malam dan juga mengobati lukamu."

"Hingga luka-luka mu sembuh, aku akan datang kerumah mu untuk makan malam," kata Todoroki yang langsung membuat Murayama menoleh kaget.

"Apa katamu? Apa kau berusaha untuk memeras ku, hah?" Tanya Murayama saat mendengar jika mulai besok Todoroki akan makan malam di rumahnya. Ah, bukankah itu akan semakin buruk jika dia akan terus bertemu dengan Todoroki setiap hari.

Tentu saja Murayama tidak bisa melakukan itu, "Baiklah... Baiklah... Aku akan melupakan semuanya tapi kau tidak perlu menemui ku lagi!" Titah Murayama berusaha mencari kesepakatan dengan Todoroki.

"Kita akan menjalani kehidupan seperti sebelumnya. Ya, kehidupan yang Tentunya tidak rumit seperti ini. Tapi jangan pernah mencari ku lagi!" Pinta Murayama.

Todoroki yang mendengar itu tentu saja tidak terima, lagi pula tujuan dia datang menemui Murayama bukan untuk hal ini. Bukan ini yang Todoroki harapkan.

"Murayama-san kau memang seorang berandalan yang mungkin tidak memiliki otak atau bahkan perasaan, tapi setidaknya kau harus tahu caranya berterima kasih."

"Setelah semua yang telah aku lakukan padamu bukankah aku memang pantas mendapatkan itu darimu, jadi aku sudah memutuskan jika mulai besok aku akan datang ke rumah mu untuk makan malam."

"Lagipula hanya makan malam tidak akan membuat mu miskin, Murayama-san."

"Aku tidak peduli dengan apa yang kau katakan, aku akan tetap datang kesini walaupun kau tidak menyukainya."

"Aku yang akan memutuskan apa aku akan datang atau tidak." Jelas Todoroki membuat Murayama langsung mengeram kecil di tempatnya, tangannya ikut mengepal kuat sambil menatap tajam ke arah Todoroki. Sungguh bagaimana bisa Murayama lupa jika Todoroki tetaplah Todoroki, bajingan itu benar-benar sangat menyebalkan, bahkan di saat seperti ini pun Todoroki masih bisa bersikap menjengkelkan dan membuat Murayama merasa begitu kesal.

Wajah nya yang terlihat tenang itu rasanya ingin sekali Murayama hantam dengan kepalan tangannya hingga tidak berbentuk, namun kali ini Murayama benar-benar tidak memiliki kekuatan untuk melakukan itu. Yang Murayama ingin hanya pria itu cepat enyah dari hadapannya, sungguh berhadapan lebih lama dengan Todoroki saat ini membuat nya benar-benar tidak bisa berdiri tenang. Murayama masih butuh waktu untuk bisa berdamai dengan keadaan yang terjadi diantara keduanya.

Murayama tidak akan bisa menghadapi sifat keras kepala pria itu, rasanya akan percuma saja mengatakan banyak hal dan melarang Todoroki, nyatanya dia akan terus bersikeras dengan keinginannya.

Murayama menarik nafasnya panjang berusaha menenangkan tubuh dan pikirannya, berhadapan dengan Todoroki benar-benar menguras habis tenaganya.

"Todoroki-chan, jika kau mengerti apa yang aku katakan lebih baik kau pergi dari sini! Biarkan aku sendiri untuk saat ini."

"Meskipun aku belum sepenuhnya menerima semuanya, seperti yang kau bilang tadi setidaknya aku harus tahu caranya berterima kasih."

Murayama tidak memiliki pilihan, meski ini akan sulit baginya namun nyatanya dia tidak bisa menutup mata dengan apa yang sudah Todoroki lakukan padanya. Murayama juga tidak bisa egois dengan melimpahkan semua kesalahan pada pria dengan tubuh jangkung itu, sedikit menurunkan ego nya adalah hal yang mungkin harus Murayama lakukan saat ini.

Dia tahu betul bagaimana sifat Todoroki, pria itu tidak akan berhenti mengejar yang sudah menjadi tujuannya. Mendengar jika Todoroki masih terobsesi untuk mengalahkannya membuat Todoroki tidak akan mungkin berhenti mencari nya begitu saja, dan jangan lupakan dengan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul pada Todoroki membuat Murayama tidak mungkin bisa terus menerus menghindar.

Ini hanya masalah waktu, keduanya hanya butuh waktu untuk memahami apa yang tengah terjadi di antara mereka. Entah itu Todoroki dengan perasaan nya ataupun Murayama dengan keegoisannya keduanya butuh waktu untuk bisa menemukan titik cerah dari hubungan rumit yang terjalin begitu saja.

"Aku mengalah Todoroki-chan... Lakukanlah apapun yang kau mau!" Lirih Murayama akhirnya yang langsung membuat sudut bibir Todoroki terangkat.

"Kau bisa pergi sekarang! aku benar-benar sangat lelah," lanjut Murayama.

Kali ini tidak ada protes dari Todoroki, pria dengan kacamata itu langsung mengangguk mengerti. Bahkan wajahnya yang selalu terlihat datar itu kali ini tidak bisa menyembunyikan perasaan senang nya dan itu benar-benar sangat menggelitik hati Murayama. Sial, ada apa dengan bajingan satu itu.

"Baiklah aku akan pergi, sesuai dengan perkataan ku besok aku akan kembali ke sini untuk makan malam," ucap Todoroki penuh dengan kepuasan.

Murayama hanya bisa menghela nafas pelan lalu mengangguk kecil untuk menanggapi pria di depannya itu. Setelah di rasa keputusan akhir yang di ambil keduanya sesuai yang Todoroki inginkan, pria dengan kacamata itu benar-benar menuruti perintah Murayama untuk segera pergi.

Dengan perasaan lega yang tidak bisa Todoroki utarakan, dia mulai melangkahkan kakinya menjauh. Senyum tipis terpatri di bibir nya, seolah dapat menjelaskan bagaimana perasaan saat ini. Murayama yang masih berdiri di ambang pintu hanya bisa menatap punggung Todoroki yang mulai menjauh dari nya. Bahkan hingga detik ini Murayama selalu berharap jika yang tengah terjadi hanyalah sebuah mimpi belaka, karena sungguh berhadapan dengan Todoroki dalam sebuah pertarungan saja sudah sangat melelahkan, apalagi dalam hal seperti ini.

Entah takdir apa yang akan keduanya lewati setelah ini, namun mereka berharap jika semua akan baik-baik saja. Murayama memejamkan matanya perlahan lalu menarik nafas dalam dan menghembuskan nya perlahan.

"Sepertinya semua akan semakin berubah mulai hari ini," batin Murayama.

Matanya kembali melirik sesaat ke arah Todoroki sebelum akhirnya Murayama kembali berniat masuk ke rumahnya. Namun, lagi-lagi panggilan dari Todoroki membuat Murayama menahan langkah kakinya dan kembali menoleh ke arah Todoroki yang kini juga tengah menatapnya.

Murayama sedikit tertegun di tempatnya saat melihat pria itu tengah tersenyum ke arahnya, dan untuk pertama kalinya bagi Murayama melihat Todoroki tersenyum begitu tulus kepadanya. Apalagi saat mengingat jika di awal hubungan keduanya benar-benar jauh dari kata baik-baik saja.

Melihat itu membuat Murayama begitu larut dengan keterkejutannya hingga akhirnya suara Todoroki berhasil kembali menyadarkannya.

"Selamat malam, Murayama-san."

***

Kalo ada typo abaikan aja ya gess, lagi males buat revisi ulang 😂😂 btw udah lama gak update semoga masih pada inget sama alur nya😂😂

Selamat membaca!!

Continue lendo

Você também vai gostar

7.5K 796 20
Penitipan karasuno.adalah penitipan anak anak jika orang tua harus bekerja dan tak bisa menjaga anak anak mereka maka mereka bisa menitipkan anak me...
1.4M 81.3K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
455 61 1
너의 미소가 내 마음을 비춰 2월 29일
77.6K 7.7K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...