sebelas

169 14 0
                                    

Warning!!
Lapak bxb, yang gak suka boleh langsung di skip!
Adegan 18+ dan kekerasan, mohon untuk sadar diri nya kawandddd!

***





Setelah acara makan malam keduanya selesai Murayama segera merapihkan beberapa peralatan makan yang baru saja mereka gunakan, perkataan terakhir Todoroki tadi kembali membuat suasana di antara keduanya terasa canggung.

Murayama mulai mencuci piring di atas wastafel, meskipun begitu perkataan Todoroki masih terngiang-ngiang di telinga nya. Sial, Murayama benar-benar tidak menyukai dirinya yang saat ini, bagaimana hanya dengan perkataan sesederhana itu saja mampu membuat hatinya terasa ingin meledak.

Bahkan pipinya terasa begitu panas, perasaan tidak biasa itu benar-benar sangat menganggunya. Dan bagaimana bisa Todoroki nampak begitu tenang setelah apa yang terjadi, bahkan pria itu sudah mendudukkan tubuhnya di atas karpet sambil menonton televisi.

Murayama hanya bisa menghela nafasnya pelan, seperti dugaannya, kehadiran pria itu akan sangat menganggu ketenangan hidupnya.

Setelah merapikan semuanya Murayama segera mendekati Todoroki dan duduk di atas sofa, matanya menatap punggung Todoroki yang duduk tepat di bawah nya. Pria itu nampak begitu asyik menonton drama yang sedang terputar.

"Ah, aku lupa jika harus mengobati lukamu, turunlah! Aku harus mengecek nya sekarang," kata Todoroki, pria itu segera bangkit dari duduknya dan mengambil kotak obat-obatan. Sesuai perkataan nya kemarin dia akan mengobati luka pria itu hingga sembuh.

Todoroki segera duduk di tempatnya semula, Murayama juga sudah turun dan duduk di atas karpet. Tanpa mengatakan apapun Todoroki mulai kembali mengobati luka di lengan kanan Murayama, sepertinya metabolisme tubuh pria itu cukup bagus terlihat dari lukanya yang cukup cepat mengering.

Tapi karena sayatan itu cukup dalam tentu saja butuh waktu yang sedikit lebih lama, namun ini jauh lebih baik dari pada sebelumnya. Todoroki segera menyimpan kotak obat-obatan nya kembali ke atas meja setelah menyelesaikan semuanya, Murayama menatap luka di lengan yang kini sudah kembali terbungkus dengan perban yang baru.

Murayama segera kembali ke atas sofa dan duduk di sana, tidak lama dari sana tiba-tiba saja hujan turun dengan begitu lebat nya. Murayama yang melihat itu segera bangkit untuk menutup jendela yang masih terbuka, ternyata hujannya cukup deras dan di barengi dengan angin yang kencang. Menyadari itu Murayama segera menoleh ke arah Todoroki sebelum akhirnya berjalan kembali ke arah sofa.

"Di luar hujan, bukankah seharusnya kau cepat pergi dari sini?" tanya Murayama sambil menatap Todoroki yang nampak begitu anteng dengan televisi di depannya.

"Apa kau serius, Murayama-san?"

"Bagaimana aku bisa pulang dalam keadaan seperti ini? Biarkan aku berada di sini lebih lama, jika hujannya sudah mereda aku akan segera pergi."

Todoroki berusaha untuk bernegosiasi, Murayama sebenarnya sudah tidak tahan dengan keberadaan Todoroki di rumahnya. Namun, melihat hujan di luar yang cukup deras dan juga berangin membuat Murayama tidak memiliki banyak pilihan selain membiarkan pria itu tetap berada disini.

Lagi-lagi keheningan kembali menyapa di antara keduanya, suara rintik hujan di luar sana menciptakan perasaan hangat dan menangkan. Di banding dengan drama yang tengah terputar di televisi, Murayama lebih tertarik untuk menatap hujan lewat jendela yang sudah tertutup.

Turunnya hujan yang tiba-tiba semakin membuat udara semakin terasa dingin, membuat Murayama nampak mulai melipat kedua tangannya berusaha untuk membuat tubuhnya lebih hangat.

Mōichido, Senpai!!Where stories live. Discover now