Mōichido, Senpai!!

By _genanganraindu

3.7K 296 23

LAPAK BxB!! MOHON UNTUK KESADARAN DIRI NYA YA TEMAN-TEMAN!! *** Semua berawal dari Murayama yang tanpa sengaj... More

satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
sembilan
Sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas

delapan

233 19 2
By _genanganraindu

"Warning!!
Lapak bxb, yang gak suka boleh langsung di skip!
Adegan 18+ dan kekerasan, mohon untuk sadar diri nya kawandddd!

                                               ***

Todoroki mematung di depan sebuah pintu yang nampak tertutup rapat, matanya menoleh melihat sekeliling rumah susun yang nampak sepi lalu kembali menatap pintu yang terbuat dari kayu itu.

Jantung Todoroki kembali terasa di pompa dengan kuat, jika dia mengetuk pintu di depannya itu maka dia akan bertemu dengan Murayama dan untuk selanjutnya Todoroki tidak bisa membayangkan nya. Todoroki mengulurkan tangan untuk memencet bel yang berada di samping pintu, namun pergerakannya sedikit tertahan karena perasaan ragu itu kembali membuat nya dilema.

Todoroki kembali di buat kebingungan dengan apa yang terjadi padanya saat ini, di satu sisi Todoroki sangat ingin bertemu dengan Murayama namun di sisi lain dia juga belum siap untuk berhadapan dengan pria itu. Angin malam semakin terasa dingin menusuk kulit, akhirnya dengan tekad yang Todoroki miliki pria itu mulai memencet bel beberapa kali.

Untuk beberapa saat Todoroki tidak bergerak sedikitpun, tatapan matanya masih tertuju pada pintu yang masih tertutup. Namun, tidak lama Todoroki melihat ada pergerakan dari dalam dan beberapa saat kemudian pintu pun terbuka.

Murayama yang baru saja membuka pintu merasa begitu terkejut saat melihat siapa yang datang kerumahnya saat ini, matanya melebar sambil menatap Todoroki yang tengah berdiri di depan pintu rumahnya.

Mata keduanya bertemu cukup lama, Murayama yang kembali tersadar dengan cepat berusaha untuk menutup pintu tapi pria itu kalah cepat dengan Todoroki yang kini sudah lebih dulu menahannya.

"Tunggu sebentar, Murayama-san!" Pinta Todoroki sambil memegang pintu.

Murayama menoleh kembali ka arah Todoroki dengan wajah yang tidak bersahabat, "Pergi!" titah Murayama dengan suara yang terkesan datar dan dingin.

Mendapat penolakan seperti itu dari Murayama bukannya membuat Todoroki segera pergi pria itu malah membuka paksa pintu yang hampir tertutup itu, tenaga Murayama yang memang belum sepenuhnya pulih karena lukanya membuat didinya cukup kesulitan untuk menahan pintu hingga akhirnya Todoroki bisa dengan mudah masuk ke rumah yang tidak terlalu luas itu.

Murayama memejamkan matanya rapat, hembusan nafas jengah terdengar dari bibir nya sebelum akhirnya menoleh ke arah Todoroki yang sudah berada di dalam rumah nya. Jika sudah seperti ini Murayama tidak bisa melakukan apapun selain membiarkan pria itu tetap berada di sana, meski sebenarnya Murayama belum benar-benar siap untuk menghadapi kehadiran Todoroki.

"Sialan, untuk apa dia datang kesini?" Batin Murayama.

***

"Apa kau bisa diam, Murayama-san? Kau tidak lihat jika aku sedang mengobati lukamu?" Tanya Todoroki yang merasa kesal karena sedari tadi Murayama tidak bisa diam dan itu sedikit menganggu nya yang tengah berusaha mengganti perban dan sekaligus kembali mengobati luka di tubuh pria itu.

"Sudah aku bilang kau tidak perlu melakukannya, aku bisa mengobati nya sendiri. Jadi lebih baik kau pergi dari sini sekarang juga!" timpal Murayama tidak kalah kesal.

Tentu saja Murayama masih belum sepenuhnya bisa menerima kedatangan Todoroki di rumahnya yang tiba-tiba, di tambah dengan tingkah pria itu yang sangat menyebalkan semakin membuat Murayama sangat kesal dan jengkel.

"Apakah kau bisa tenang, Murayama-san? Lukamu cukup parah dan jika kau tidak rajin mengganti perban nya mungkin saja akan terjadi infeksi, jadi seharusnya kau berterimakasih padaku karena aku mau membantu mu seperti ini," oceh Todoroki sambil terus mengobati Murayama meski sedari tadi tubuh tegap itu sama sekali tidak bisa duduk dengan tenang.

Murayama ingin kembali membalas perkataan Todoroki barusan namun rasanya percuma saja, pria dengan kacamata itu begitu bersikeras ingin mengobati lukanya kembali. Sekuat apapun Murayama menolak maka adik kelasnya itu juga akan semakin kuat untuk memaksa, jadi mau tak mau akhirnya Murayama yang mengalah dan membiarkan Todoroki kembali mengobati lukanya yang memang masih membutuhkan pengobatan.

Untuk beberapa saat terjadi sedikit keheningan di antara keduanya, Murayama pun nampak mulai tenang meski sesekali Todoroki bisa mendengar dengusan nafas kasar dari pria di depannya itu. Murayama masih merasa lelah dengan kondisi nya saat ini, di tambah dengan masalah yang masih terus menganggu pikiran nya semakin membuat perasaan Murayama tidak tenang. Dan kini sosok yang membuat kepalanya tidak berhenti berputar sejak tersadar pagi tadi tiba-tiba saja bertamu ke rumahnya dan itu semakin membuat kepalanya benar-benar berat, ah, dan jangan lupakan dengan detak jantung nya yang sudah tidak berfungsi dengan normal sedari tadi.

"Apa kau masih memikirkan tentang malam itu, Murayama-san?" tanya Todoroki tiba-tiba yang berhasil memecah keheningan, pertanyaan barusan sontak saja membuat Murayama langsung menoleh ke arah Todoroki yang tengah mengganti perban di lengan nya. Pria itu masih nampak begitu fokus dengan pekerjaan berbanding terbalik dengan Murayama yang nampak membisu di tempatnya dengan nafas yang tertahan, tubuhnya juga ikut menegang dalam sesaat. Degup jantungnya terasa terpacu kencang dengan darah yang berdesir hebat, pertanyaan Todoroki berhasil membuat Murayama tidak tahu harus berbuat apa-apa selain terdiam dengan mata yang masih menatap ke arah pria yang masih nampak sibuk dengan kegiatannya.

"Apa karena kejadian itu kau berusaha menjauhi ku?" tanya Todoroki lagi.

Pria itu benar-benar sangat keterlaluan, bagaimana bisa dia bertanya hal seperti itu tanpa beban sedikit pun. Seolah tidak peduli dengan Murayama yang rasanya di buat tidak berkutik dengan pertanyaan yang sangat sensitif seperti itu.

Todoroki menghela nafasnya pelan sebelum akhirnya pria dengan kemeja putih itu mendongak menatap Murayama yang masih nampak mematung di tempatnya, raut wajah Murayama nampak berubah tegang membuat Todoroki merasa sedikit gusar karena takut jika perkataannya akan menyinggung perasaan senpai nya itu.

Dia harus sedikit lebih hati-hati saat berbicara dengan Murayama, karena ini adalah salah satu kesempatan untuk Todoroki bisa memperbaiki hubungannya dengan Murayama. Bagaimanapun Todoroki sudah mengungkapkan perasaannya dan itu memang nyata adanya, dan tentu saja Todoroki tidak mungkin membiarkan semuanya berakhir begitu saja.

"Ah, maksud ku bukankah malam itu hanya sebuah ketidaksengajaan? Lagipula aku ataupun dirimu tidak bermaksud untuk melakukan nya, jadi bukankah kau tidak perlu memikirkan hal itu?" tanya Todoroki lagi.

Murayama tidak bersuara sama sekali, hanya saja matanya nampak menyorot tajam dengan rahang yang mulai mengeras. Bahkan tangan pria itu nampak mulai mengepal di bawah tubuhnya, tentu saja mendengar Todoroki mengatakan hal itu membuat Murayama mau tak mau harus kembali mengingat kejadian malam itu.

"Tidak sengaja?" Tanya Murayama setelah cukup lama terdiam.

Todoroki yang mendengar itu kembali menoleh sebelum akhirnya mengangguk kecil. "Tentu saja, aku benar-benar tidak bermaksud untuk melakukan itu padamu. Lagipula untuk apa kau meminum air yang berada di meja ku, jika kau tidak meminum nya saat itu mungkin hal itu tidak akan pernah terjadi."

Murayama mengeram kesal saat mendengar perkataan Todoroki barusan yang seolah-olah tengah menyalahkan nya.

"Siapa yang menyuruhmu untuk menyimpan minuman sialan itu di kamar mu, hah? dan untuk apa kau memiliki nya? Bahkan kau belum cukup umur untuk memiliki barang seperti itu sialan," cecar Murayama yang merasa tidak ingin di sudut kan. Lagipula jika Murayama tahu minuman yang dia minum sudah di campur dengan obat perangsang dia juga tidak mungkin meminumnya, siapa orang bodoh yang akan melakukan hal seperti itu.

"Minuman itu sudah berada di kamarku sebelum kau datang, jadi kau tidak bisa menyalahkan ku begitu saja. Dan lagi, itu bukan urusan mu untuk tahu kenapa aku memilikinya," ucap Todoroki masih berusaha membela diri sambil membalas sengit tatapan Murayama.

"Dasar bocah bodoh! Todoroki sialan, apa kau berusaha untuk memberikan nya kepada orang lain, hah?" Tanya Murayama namun terdengar seperti sebuah tuduhan, tentu saja Todoroki langsung menggeleng keras meski memang awalnya Todoroki menerima minuman itu dari Tsuji dan Shibaman untuk membantu nya dalam mendekati seorang gadis, namun nyatanya Todoroki tidak benar-benar berniat untuk melakukan hal itu.  Ayolah Todoroki bukan lah orang yang akan berpikiran pendek seperti itu.

"Apa maksudmu, hah? Dengar, Murayama-san! aku tidak peduli dengan apapun yang kau katakan atau apapun yang kau pikirkan tentang ku, karena kenyataannya aku memang menolong mu pada malam itu. Kau tidak akan tahu jika malam itu aku tak membantu mu mungkin saja yang terjadi selanjutnya lebih buruk dari itu, mungkin saja yang akan melakukannya padamu orang lain dan mungkin mereka bisa melakukan hal yang jauh lebih gila. Jadi daripada terus menyalahkan ku lebih baik kau  berterimakasih!" Jelas Todoroki sambil mengakhiri kegiatannya saat semua luka Murayama sudah di obati dan kembali di perban.

"Untuk apa aku berterimakasih padamu, seharusnya aku menghabisi mu saja hari itu."

"Jika kau memang tidak berniat melakukan nya kau mungkin akan membiarkan ku pergi atau apapun itu dan yang pasti kejadian malam itu tidak akan pernah terjadi."

Mendengar Murayama yang masih saja menyalahkan nya membuat Todoroki hanya bisa menghela nafas kasar, pria itu benar-benar tidak mengerti apa yang dia katakan.

"Membiarkan mu pergi? Itu sama saja dengan melepas orang gila, lagi pula jika aku memang sengaja membuat mu seperti itu kenapa aku tidak benar-benar melakukannya malam itu? Padahal saat itu kau memohon padaku dengan begitu menyedihkan, dan jika aku memang berniat untuk melakukan nya mungkin malam itu kau sudah benar-benar berada di bawahku. Tapi kau bisa melihatnya sendiri aku bahkan tidak menyentuh milikmu sama sekali, jadi berhenti menyalahkan ku tentang kejadian itu!"

"Kau benar-benar sangat menyebalkan," gerutu Todoroki sambil menyimpan beberapa kapas yang baru saja di gunakan untuk mengobati luka Murayama.

Perkataan Todoroki barusan membuat Murayama benar-benar tidak bisa berkutik,  mungkin yang pria itu katakan memang benar adanya tapi tetap saja bagi Murayama dia yang bersalah. Banyak hal yang bisa Todoroki lakukan untuk menolongnya tanpa harus melakukan hal itu, jadi bagaimanapun Todoroki membela diri tidak ada artinya bagi Murayama.

"Sudahlah Murayama-san! Kenapa kau terus mempermasalahkan itu semua. Aku sudah menolong mu dalam banyak hal seharusnya ketidaksengajaan itu tidak harus kau pikirkan sejauh ini," kata Todoroki kembali berusaha membuat Murayama berusaha tidak memikirkan lagi masalah itu.

Murayama hanya bisa terdiam di tempatnya, rasa kesal dan marah itu masih belum bisa dia hilangkan begitu saja dan mungkin akan cukup sulit. Tentu saja masalah seperti ini adalah masalah yang tidak mudah untuk di hadapi seorang pria straight seperti Murayama, mendapati kenyataan Todoroki melakukan hal seperti itu padanya tentu saja sedikit melukai harga dirinya.

"Lalu apa maksud dengan perkataan mu semalam?" tanya Murayama tiba-tiba membuat Todoroki yang baru saja melepas jas hitamnya segera mendongak.

Pria dengan kacamata itu sedikit tertegun saat matanya kembali bertatapan dengan netra gelap milik Murayama, kini dirinya yang di buat tidak berkutik dengan pertanyaan tiba-tiba dari Murayama. Jantung nya kembali berdetak dengan cepat, tubuhnya juga mendadak terasa begitu kaku, dengan susah payah Todoroki berusaha untuk mengontrol ekspresi wajah nya agar tetap terlihat tenang.

Todoroki tidak menyangka jika Murayama akan bertanya masalah ini, melihat bagaimana Murayama yang tengah menunggu jawaban nya saat ini membuat Todoroki kebingungan harus menjawab apa. Todoroki mengigit bibir bawahnya kuat, kepalanya terus berputar keras untuk mencari alasan. Sekali lagi Todoroki mengutuk dirinya sendiri karena sudah bertingkah ceroboh, jika saja dia bisa mengendalikan perasaannya semalam mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi.

Murayama menatap Todoroki yang masih membisu di tempatnya, sejak kesadarannya tadi pagi Murayama memang tidak berhenti mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi semalam dan seperti yang Murayama pikirkan jika semua yang terjadi memang bukankah sebuah mimpi ataupun halusinasinya semata. Dia dan Todoroki memang bertemu dan yang menganggu pikiran nya juga benar-benar terjadi, jadi tentu saja Murayama ingin tahu apa yang sebenarnya dan apa maksud dari perkataan Todoroki semalam. Karena bagaimanapun hal ini jauh lebih menganggu nya dari pada kejadian hari itu.

"Kenapa kau diam?" tanya Murayama yang sepertinya membuat Todoroki segera tersadar dari lamunannya.

"Jadi apa maksud perkataan mu tentang menyukai ku, Todoroki-chan?"

Todoroki kembali menoleh ke arah Murayama, jantung nya terasa seolah ingin berpindah dari tempatnya saat mendengar pertanyaan seperti itu dari Murayama. Todoroki benar-benar tidak bisa mengatur nafasnya yang sesekali tertahan karena tak menyangka jika Murayama akan mengingat kejadian semalam. Berkali-kali Todoroki berusaha menenangkan tubuhnya, bagaimanapun Todoroki harus terlihat baik-baik saja di depan Murayama meskipun sebenarnya sekujur tubuhnya sudah terasa sangat lemas.

melihat semuanya ini rasanya akan percuma saja jika Todoroki mengelak dan mencari alasan. Lagipula Murayama sudah mengetahui nya jadi tidak ada lagi yang bisa Todoroki lakukan selain mengakui nya, meski sebenarnya Todoroki masih belum siap untuk menghadapi pria di depannya itu tapi bukankah dia datang kesini untuk membuat semuanya lebih jelas dan pasti, jadi tidak ada alasan bagi Todoroki untuk mundur begitu saja.

Todoroki kembali menoleh ke arah Murayama, semuanya sudah terlanjur terjadi dan Todoroki hanya perlu menghadapi semuanya. Seperti sebelumnya dia tidak peduli apa yang akan terjadi dengan Murayama, dia hanya perlu menjalani semua sebagaimana adanya.

"Semua tergantung dengan pemikiran mu, Murayama-san," jawab Todoroki setelah lama terdiam. Ini akan sangat sulit dan rumit namun Todoroki sudah mengambil keputusan ini, jadi bagaimana pun Todoroki harus bisa menghadapi semuanya.

"Jika kau menganggap nya seperti itu, mungkin jawabannya benar, aku menyukaimu," lanjut Todoroki yang langsung membuat Murayama segera mendongak ke arah nya dengan nafas yang tercekat.

Todoroki ikut menatap Murayama yang kini masih duduk di depannya, bagaimana netra gelap itu menatap nya dapat menjelaskan bagaimana pria itu tengah terkejut saat ini. Tentu saja jawaban singkat dari Todoroki barusan berhasil membuat Murayama membisu di tempatnya bahkan kini Murayama bisa merasakan bagaimana jantung nya terasa berdebar dengan kencang. Jawaban Todoroki sudah menjelaskan semuanya, dan jujur saja itu benar-benar sangat mengejutkan untuk Murayama.

Todoroki menyukai nya? Bukan kah itu adalah hal yang sangat gila, bahkan Murayama tidak pernah berpikir sedikit pun jika pria yang lebih muda beberapa tahun darinya itu akan memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Apalagi mengingat jika selama ini mereka berdua tidak pernah akur dan selalu bertentangan membuat Murayama masih tidak menyangka jika dia benar-benar berada di posisi seperti ini.

"Kau gila, Todoroki?" tanya Murayama yang masih merasa tidak percaya, sungguh Murayama benar-benar berharap jika itu semua tidak benar dan semoga saja Todoroki hanya sedang bermain-main dengan nya.

"Seperti sebelumnya, jika kau menganggap ku seperti itu mungkin jawabannya iya," jawab Todoroki yang  terkesan tenang namun rasanya sangat menyebalkan untuk Murayama.

Murayama benar-benar tidak bisa berkutik, rasanya kepalanya ingin meledak saat ini juga. Mendapati kenyataan jika ada seorang pria yang menyukai nya membuat Murayama benar-benar hampir kehilangan akal sehatnya, apalagi orang itu adalah Todoroki tentu saja sangat sulit untuk Murayama terima.

"Sudah ku bilang kau tak perlu memikirkan nya, Murayama-san! Lagipula kau tidak memiliki kewajiban untuk membalas nya, jadi lupakan saja!" ucap Todoroki membuat Murayama kembali mendongak. Untuk beberapa saat mata itu kembali bertemu, keheningan mendadak menyapa membuat tidak ada yang bersuara dari keduanya hanya saja netra gelap itu tidak berhenti saling menatap satu sama lain seolah tengah berusaha untuk menjelaskan sesuatu yang tidak bisa terucap dengan kata-kata.

Tatapan ini  jauh berbeda dengan tatapan terakhir kali yang keduanya lihat. melihat bagaimana Todoroki menatapnya seperti itu membuat Murayama merasa tidak tahan hingga akhirnya dia menyerah dengan memalingkan wajahnya dan segera bangkit dari duduknya.

"Pergilah, Todoroki!" titah Murayama sambil kembali mengenakan bajunya lalu berusaha untuk meninggalkan Todoroki tapi pria dengan kacamata itu sudah lebih dulu menahannya membuat Murayama mau tak mau kembali menoleh ke arah Todoroki yang masih diam dalam duduknya.

"Aku lapar, ini sudah lewat makan malam, jadi berikan aku sesuatu!" Pinta Todoroki.

Murayama yang mendengar itu menatap Todoroki dengan alis terangkat, sial bagaimana pria itu masih bisa bersikap tenang setelah apa yang sudah terjadi antara keduanya. Bahkan jantung Murayama saja masih tidak berfungsi dengan normal namun Todoroki bersikap seolah-olah tidak terjadi sesuatu.

"Kau bercanda, hah? Jangan gila, Todoroki! Pergi dari sini sekarang juga!" Titah Murayama sambil menghempas tangan Todoroki yang masih menggenggam nya.

"Murayama-san, setidaknya beri aku sesuatu! Aku benar-benar sangat lapar, kau tidak lupa kan jika aku sudah membantu mu dalam banyak hal? Setidaknya anggap saja itu sebagai bentuk terimakasih mu padaku."

Murayama menatap tajam ke arah Todoroki dengan rahang yang mengeras, giginya bergemeletuk kasar menahan rasa kesal yang luar biasa. Apa Todoroki berusaha untuk mempermainkan nya? Bagaimana dia bisa bisa bersikap tenang dan tidak peduli seperti itu.

Rasanya Murayama ingin sekali menghajar Todoroki saat ini juga, namun sialnya dia tidak bisa melakukannya. Entah apa alasannya hanya saja Murayama benar-benar tidak bisa melakukan hal itu saat ini.

Rasanya Murayama ingin sekali mengusir Todoroki sekarang juga dari rumahnya, namun saat melihat bagaimana pria itu sudah menekuk wajahnya membuat Murayama merasa tidak berdaya.

Murayama hanya bisa memutar bola matanya malas, hembusan nafas kasar juga terdengar dari bibir nya sebelum akhirnya Murayama berjalan gontai menuju dapur kecil yang berada tepat di samping pintu masuk. Murayama melirik sekilas ke arah jam yang tergantung di dinding, jam memang sudah menunjukkan pukul 9 malam pantas saja jika perutnya terasa lapar.

Sebenarnya Murayama tidak memiliki apapun untuk di masak, dan dia juga tidak berniat sedikit pun membuat makanan untuk Todoroki namun saat melihat Todoroki yang kini tengah menyimpan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai bantalan membuat Murayama dengan berat hati akhirnya memaksakan diri untuk memasak.

Untung saja Murayama masih memiliki beberapa mie instan yang sempat dia beli beberapa waktu lalu, setidaknya dia bisa membuat sesuatu untuk bisa mereka makan malam ini. Meski sesekali Murayama terus menggerutu selama proses memasak.

"Sial, kenapa aku harus melakukan semua ini?" tanya Murayama sambil terus mengaduk mie instan yang tengah dia rebus di dalam panci.

"Memang apa hubungannya dengan ku jika di kelaparan?"

"Bukankah seharusnya aku menghajarnya saja?"

"Dibandingkan dengan memasak untuknya bukanlah lebih baik jika aku mengusirnya?"

"Argh... Sial, apa yang sebenarnya terjadi?"

Murayama benar-benar tidak berhenti mengoceh, dia juga tidak mengerti kenapa dia harus melakukan ini dan menuruti permintaan Todoroki. Dan yang lebih aneh nya adalah meskipun kepala Murayama berpikir seperti itu tapi sialnya tangannya tidak berhenti bergerak.

Sedangkan Todoroki sedari tadi pria itu hanya diam sambil menatap Murayama yang nampak sibuk dengan pekerjaannya. Sesekali bibirnya tersenyum tipis saat menyadari jika Murayama terus menggerutu selama dia memasak.

Entah kenapa rasanya seperti ada sesuatu perasaan tenang dan lega setelah dia mengatakan hal itu pada Murayama, Meski awalnya Todoroki sempat berfikir jika Murayama akan sangat marah besar kepadanya namun setelah melihat yang terjadi sepertinya Todoroki masih memiliki sedikit harapan untuk bisa lebih dekat dengan senpai itu.

Todoroki tidak bisa menahan senyumnya, tentang perasaan dan pertanyaan yang selalu mengganggunya seperti nya Todoroki sudah mendapatkan jawaban nya sekarang.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 214 6
Di keseharian Kenma, Hinata itu seperti Keyboard untuk monitor. garam dalam sup daging. matahari bagi sang bulan. Dia dibutuhkan, penting, dan tak te...
455 61 1
너의 미소가 내 마음을 비춰 2월 29일
5.3K 307 12
Hinata shoyo, gadis uh larat lelaki manis yang memiliki banyak teman, ia juga bermain voli, tapi ada suatu rumor yang membuat nya di benci. bahkan ru...
2.5K 129 15
CERITA YANG AKU TEMUKAN DI AO3, dan aku memilihnya untuk aku bagikan ke kalian. Coba buka dan temukan apakah ada pair favorit mu?