Reverse 1999

By AllshaNaz

221 20 7

Pada hari terakhir tahun 1999, "Badai" menimpa dunia. Vertin menyaksikan era terbalik di bawah tetesan hujan... More

Peringatan!!!
Rock 'n Roll
Spedears! (1)

King's Trail

32 3 0
By AllshaNaz

Sementara itu, Sonetto, seorang gadis dengan berpakaian seragam tengah memantau kapal Regulus dengan menggunakan teropongnya. Tak jarang ia bergumam sendiri demi memahami situasi saat ini. Tak jauh darinya, tergeletak sesosok perempuan yang seumuran dengannya di atas tanah. Ia memang tak sadarkan diri semenjak Sonetto memindahkan posisi perempuan tersebut ke tempatnya dengan portal.

“Kapal Regulus tenggelam…” Kini teropong kecilnya bergerak, beralih kearah tanggul laut yang dimana terdapat Regulus beserta bawahannya tengah berlari, menghindari serangan dari beberapa pengikut yang diyakini berasal dari Manus Vindictae. ”Sampai di darat…Bagus. Mereka sampai di darat dengan aman. Tapi para perusuh itu masih mengejar mereka.  Jika dibiarkan….Ah—“

Pandangan Sonetto beralih ketika dirinya mendengar suara gumaman kecil pada gadis yang sebelumnya tidak sadarkan diri. Ia cepat-cepat menghampiri Vertin—seorang ‘Penjaga waktu’ yang dimana akan menjadi partnernya untuk tugas kali ini. Vertin terduduk di atas tanah. Setelah berdiam beberapa saat ia pun berdiri, Sonetto membantunya bangkit dari tanah.

“Mohon maaf sebesar-besarnya, Timekeeper. Apa kau sudah merasa lebih baik sekarang?” Sonetto bertanya dengan disertai rasa bersalah—terlihat dari raut wajahnya.

Vertin terdiam sejenak, menatap lekat gadis dihadapannya. ”Kau berbicara denganku?”

Sonetto tampak terkejut, matanya memelotot. ”…Tentu saja!” Nadanya cukup tinggi. Setelah sadar dengan apa yang dilakukannya, suaranya kembali memelan lagi. ”Timekeeper, maaf kalau aku tidak sopan."

“Kita ada di…”

“Ini adalah Taman Battersea. Kita ada di seberang sungainya. Aku mengirim permintaan cadangan tanpa izin. Seharusnya aku tidak perlu terburu-buru meminta bantuan. Karena ritualnya belum disiapkan dengan matang, kau mengalami koma ketika diteleportasi kesini. Untung saja kau sudah bangun sekarang,” Jelas Sonetto secara rinci. Setelah terdiam sejenak, ia kembali melanjutkan perkataannya. ”Aku tahu kau masih harus membutuhkan istirahat. Tapi kami tidak memiliki waktu lagi. Keadaan sedang darurat. Tolong izinkan aku melaporkan kejadian saat ini dan meminta bantuanmu!”

Gadis dengan menggunakan topi biru dan pakaian yang berwarna serupa itu mengangguk. ”Silahkan.”

“Kemarin lusa, Regulus menentang kami ketika kami datang dan mendaftarkan dirinya ke yayasan. Rekan-rekan kami juga ditangkap olehnya. Sebenarnya tidak ada masalah, sampai kabar buruk itu tiba. Saat ini, organisasi Manus Vindictae tengah mengejarnya. Sepertinya mereka memiliki tujuan yang sama dengan kami.” Sonetto mengusap wajahnya, terdiam sejenak. Tatapannya kini beralih pada rekan-rekannya yang sedang dikepung  oleh musuh di seberang sungai sana. ”Kita harus menyelamatkan rekan-rekan kita. Selesaikan ‘misi’ sebelum badai, dan kembali ke pusat penelitian yayasan.”

“Tapi…kenapa harus aku?” Vertin mengernyitkan dahinya, menatap penuh tanda tanya pada teman sekelasnya dahulu. ”Aku tidak sepertimu, dan kau tahu itu. Aku belum dilatih secara sistematis untuk pertarungan Arcanum…Benar kan, teman sekelasku?”

Mendengar penuturan Vertin, Sonetto menggeleng dengan cepat. ”Tidak, tak apa!...Kau tidak harus bertarung, Nona Vertin! Biar aku yang menyerang mereka, kau cukup pandu saja di sampingku…Dari semua orang yang kutemui, Timekeeper adalah orang paling perseptif soal Arcanum! Terlebih lagi, dengar-dengar...Dalam 24 jam sebelum ‘Badai’ tiba, kami diizinkan untuk meminta bantuanmu kalau kami mendapat masalah…Benarkan, Timekeeper? Aku membacanya dari ‘Intruksi Evakuasi Misi Lapangan’.”

Vertin menghela nafas. “…Kau memang seorang pembaca yang teliti. Aku akan bantu. Jangan khawatir.” Ia melihat jam tangan digital berbentuk kotak dengan hiasan besi dipinggirnya yang terpasang di lengan bajunya, ada empat kotak yang tertera disana. Tampak angka 0050 di setiap kotaknya yang berwarna orange. ”Sisa lima puluh menit lagi sebelum ‘Badai’ datang. Ayo bergerak.”

Air muka Sonetto sedikit cerah dan tegang secara bersamaan. Ia senang Vertin akan membantunya dalam misi kali ini, namun ia juga tegang karena waktu mereka tidak banyak lagi. Gadis dengan rambut panjang berwarna orange dan sebuah bando hitam-putih yang terpasang di kepalanya memberikan sebuah alat berbentuk kotak. ”Tolong gunakan ini. Barang ini akan mengirimkan kita langsung ke posisi mereka!”

Dahi Vertin berkerut ketika melihat alat itu. ”Ini…?”

“Disket portabel yang menggunakan kekuatan Arcanum teleport. Barusan kugunakan untuk memindahkanmu kesini…”

Dirasa teman sekelasnya itu dipenuhi keraguan, Sonetto berdeham sebentar, kembali menjelaskan secara singkat. ”Ehem…masih dalam tahap uji coba, jadi belum stabil. Karena itu Madam Z hanya memberiku tiga Disket. Tapi semisal berfungsi dengan baik, dan tidak mengalami kecelakaan seperrti tadi, ini akan menghemat waktu!”

Setelah berpikir cepat, Vertin menyetujui saran Sonetto untuk menggunakan Disket portabel. Sonetto tersenyum tipis, ia menggunakan satu Disket dan memberikannya pada Vertin. ” Pikirkan lokasi tujuan. Bayangkan dan sebutkan nama lokasinya. Lalu ritual Teleport akan dimulai.”

“Aku mengerti.”

********

Sementara itu di tempat lain, Regulus, Tuan APPLe, beserta dua penyelidik dari Yayasan yang sedang dikejar oleh anak buah Manus Vindictae mendapat masalah baru. Mereka salah memasuki jalan, yang dimana itu merupakan jalan buntu. penyelidik wanita berusaha untuk melindungi mereka dari serangan musuh, sedangkan penyelidik pria sedang mati-matian menghancurkan dinding yang menahan mereka untuk pergi menghindari serangan musuh. Disaat itu Regulus hanya mempedulikan piringan-piringan hitam miliknya yang berhasil ia selamatkan.

“Mereka kebanyakan! Aku tidak lagi sanggup menahan mereka! Bagaimana denganmu?!” Teriak penyelidik wanita sembari menahan serangan yang kesekian kalinya.

Situasi penyelidik pria pun tak bisa diharapkan. Dinding dihadapannya sangat kokoh sehingga sulit dihancurkan. ”Jalannya diblokir! A-aku masih berusaha menerobosnya!”

“Bisakah kita kembali…sebelum ‘Badai’…?”

Para bawahan Manus Vindictae kembali menyerang tanpa henti, mereka meraung dengan keras.

Regulus mengumpat dengan wajah memerah, kedua tangannya dengan erat memeluk tas berisi piringan-piringan hitam yang berhasil ia selamatkan. "Sial...sial!" Dari balik kacamata hitamnya, Regulus menatap tajam pada musuh yang tak jauh darinya. "Aku dan APPLe tersayangku sudah menabung selama lima tahun...dan driver pemandai rekaman yang baru kubeli kemarin...semuanya, semuanya tenggelam ke dasar laut!"

Beberapa dari monster itu menoleh pada Regulus, menggeram dengan suara geraman yang terdengar aneh.

Bukannya takut, gadis pecinta Rock 'n roll itu justru melotot, kembali berseru kesal. "Apa?! Kalian pikir aku tidak bisa mengalahkan kalian? Kalau saja aku tidak sedang melindungi piringan hitamku, sudah kuhajar kalian semua! Jangan sombong!"

"Berikan...batu..."

Salah satu dari bawahan Manus Vindictae mendekatinya, lantas memukul Regulus dengan menggunakan senjatanya. Regulus berhasil menghindar, tetapi tidak dengan piringan hitamnya, yang terkena serangan benda tersebut.

"Ahh!! Apa yang kau lakukan, dasar bajingan!!" Regulus berteriak marah, ia berlutut di atas tanah, meratapi pecahan piringan-piringan hitam miliknya yang tercecer. "Piringan-piringan-ku! Pete Windmill-ku! Pertunjukan langsung John Thunderfingers-ku!!! Sial, kubunuh kau!!!"

Namun ketika hendak menyerang makhluk di hadapannya, tanpa Regulus sadari, salah satu musuh telah bersiap menyerangnya dari belakang. APPLe yang jaraknya cukup jauh dengan sang kapten pun berseru keras. "Kapten, belakangmu!"

"ARRRGHHH!!!" Makhluk di belakang Regulus meraung, dia telah mengayunkan tongkatnya dan hendak menyerang Regulus, sedang gadis berkacamata hitam itu tidak sempat melakukan perlindungan pada dirinya.

"Ketemu."

Sebuah portal dengan sinar yang menyilaukan tetiba muncul di pertengahan antara Regulus dengan makhluk yang akan menyerangnya dari belakang tadi. Vertin dan Sonetto yang langsung keluar dari portal, segera bergabung dalam pertarungan panas di sekitar mereka. Dengan suara yang lantang dan tanpa ragu, Vertin memberikan arahan. "Sonetto, serang musuh di sebelah kananmu, sekarang!"

Sonetto mengangguk. Ia memejamkan mata, mendekatkan tongkat kecil putih miliknya di depan wajahnya persis. Bibirnya yang kecil itu mengucapkan mantra. ”Ascoltare. Capire. Pregare. Perdonare.” Dari ujung tongkatnya munculah cahaya yang sangat menyilaukan. Di sekeliling Sonetto, beberapa garis cahaya berwarna ungu terang terlihat, dan tulisan-tulisan dengan warna yang serupa pun memenuhi sekeliling tubuh Sonetto.

Cahaya dari ujung tongkat lebih bersinar. Sonetto mengarahkannya pada bawahan Manus Vindictae, dengan wajah yang serius dan dingin, ia sekali lagi mengucapkan mantra terakhir. ”Ed è subito sera!”

Ketika cahaya itu menyinari mereka, musuh tetiba menghilang begitu saja dalam sekejap mata. Regulus, APPLe, dan kedua penyelidik mengalihkan pandangannya pada dua sosok perempuan yang membantu mengalahkan musuh.

“Hah? Siapa?” Tanya Regulus dengan raut wajah bingung.

“Mantra itu…Apakah dia…?” Penyelidik wanita berseru tidak percaya.

Penyelidik Pria mengangguk setelah memastikan, ia bersorak senang. ”Kapten! Iya! Kapten kita disini!”

Cahaya teleportasi itu perlahan menghilang. Vertin dan Sonetto yang masih berdiri di tepi laut mendekat pada kedua penyelidik dari Yayasan.

“Untunglah kapten datang tepat waktu. Kalau saja tadi kapten telat sedikit saja, mungkin kami sudah—“

Sonetto menggelengkan kepalanya, ia memotong ucapan bawahannya sembari tersenyum sendu,” Biasa saja. Semuanya berkat bantuan Timekeeper….” Gadis itu menatap Vertin yang berdiri di sampingnya, menatap hangat. ”Memprediksi gerakan musuh sebelum teleportasi….Timekeeper, kau sepertinya lebih perseptif dari pada diriku!”

Kedua penyelidik yang berpakaian serba putih serta menggunakan topeng itu kini beralih menatap Vertin. Mereka memberikan salam penghormatan, sebelum akhirnya penyelidik wanita bertanya untuk memastikan lebih dalam.

“Sebelumnya terima kasih atas bantuannya, Timekeeper. Kondisi kami sedang terdesak tadi. Dan kami tidak tahu akan apa yang terjadi jika seandainya anda dan Kapten Sonetto tidak segera menolong kami. Tapi…karena kita saling bertemu, artinya ‘badai’ akan datang tidak lama lagi. Bukankah begitu, Timekeeper?” Tanya Penyelidik wanita.

Vertin kembali memeriksa jam digital yang ada di pergelangan tangannya. Ia mengangguk. ”Benar. Waktumu 45 menit lagi. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membantu sebelum datangnya ‘Badai’. Kita harus menerobos dinding ini.” Ujarnya sembari menatap dinding tinggi yang menghalangi jalan pelarian mereka. Mereka tidak bisa menggunakan jalur lain karena  dari kejauhan, bawahan Manus Vindictae sedang berjalan menuju kearah mereka. ”Regulus, kau ikut juga.”

Regulus yang juga disebut namanya terkejut. ”Hah?” Ia terdiam sejenak, lantas mengdengkus kasar. ”Huft…karena kau telah menyelamatkan Sang Bajak laut, aku akan ikut denganmu!”

Dia dengan hati-hati menyimpan pecahan piringan-piringan hitamnya yang berserakan di tanah ke balik batu berukuran tak cukup besar di dekatnya. Ia juga memastikan piringan-piringan hitam yang masih tersimpan di dalam tas terjaga dengan aman. Setelah selesai dengan urusannya, ia terpaksa bergabung dengan tim Sonetto dan Vertin.

Vertin menatap Sonetto yang sudah siap dengan tongkatnya. ”Sonetto, tolong bantu aku.”

“Kita terobos sampai belakang dinding—ke gang menuju King’s Road!”

.
.
.
.
.
.

Special for you!

Vertin (Timekeeper)


Sonetto

//////////

Hello everyone!

Saya sebagai author dari cerita wattpad ini, mohon maaf karena tidak bisa menepati janji untuk selalu update secara teratur, dikarenakan sedang persiapan untuk masuk ke dunia perkuliahan😔🙏.

Kedepannya, semoga saya bisa selalu melanjutkannya dan bisa meneruskannya hingga akhir.

Jika ada revisi, saya menerima dengan lapang. Silahkan kritik cara penulisan, alur cerita yang kurang pas, atau apapun yang menurut para reader kurang di hati 😃.

Sebenarnya mau nulis cerita bagian event story juga, seperti di kota London sana, yang menceritakan seorang gadis pencuri bernama Melania, ataupun sosok Arcanist setengah hewan bernama Jessica yang hidup di hutan, dan ditemukan oleh 4 orang foundation.

Tapi baru nyadar kalau waktu awal-awal tidak ikut menyimak cerita Melania, jadi soal menulis cerita event story itu masih dipertimbangkan.

Sebagai ganti atas keterlambatan cerita, saya akan membuat cerita karangan saya, dengan catatan meminjam karakter yang dibuat Bluepooch. Akan saya publish lusa nanti😁🙏.

See you next time!

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 102K 25
❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022
112K 3.5K 54
Bagaimana rasanya menikah dengan iblis? Kenyataan itu benar benar gila DEVIL Denial Villen adalah nama siluman yang menjadi pengantar dongeng anak-an...
2.5M 138K 73
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Genre: 1. Drama Psikologis 2. Thriller / Suspense 3. Action 4. Romance 5. Crim...
961K 65.4K 34
"kenapa foto kelulusanku menjadi foto terakhirku.."