Rock 'n Roll

59 6 1
                                    

Saat itu kami tak bisa menghindarinya, tapi tidak masalah, besok kami akan lari lebih cepat, merentangkan tangan kami lebih jauh...hingga suatu pagi—lantas kami terus berjuang, bak kapal melawan arus, terhanyut selama-lamanya kembali ke masa lalu.
—Francis Scott Key Fitzgerald

Sekelebat air dengan ukuran yang berbeda-beda mulai berjatuhan. Perlahan, namun semakin lama semakin cepat, dan semakin banyak pula jumlahnya. Dalam waktu singkat, serangan air tersebut telah membasahi perkotaan. Rumah, jalanan, atau yang lainnya, tak ada yang luput darinya selain di dalam bangunan. Semuanya basah terkena sentuhan berjuta-juta air yang menyerang dengan kecepatan tinggi.

Itu hujan.

Tidak. Itu bukan hujan.

Itu adalah “Badai”.

“Badai” telah datang.

Newton Street, 1966.

Meski langit sedikit mendung, hal itu tetap tidak menyurutkan semangat seorang gadis yang tengah memutar dan menyanyikan lagu Rock ‘n Roll kesukaannya di dalam ruangan di atas kapal miliknya. Ia menggoyang-goyangkan badannya dengan santai tanpa hambatan, seakan ia adalah tokoh utama dalam pesta ‘kecil’ yang kesekian kalinya. Di sebelahnya pun terdapat sebuah apel  merah yang menggunakan dasi. Ia pun ikut bergoyang-goyang di udara, menikmati musik Rock ‘n Roll yang diputar.

Tak jauh darinya, dua orang yang berpakaian warna putih serta memiliki topeng yang sama pada wajah mereka tengah diikat kuat-kuat dengan tali. Suara musik Rock membat telinga mereka berdengung. Mereka cukup tersiksa dengan kerasnya suara musik. Tetapi semua itu tidak ada apa-apanya dibanding mantra bisu yang telah mengikat pita suara mereka, sehingga mereka tidak dapat mengungkapkan ketersiksaannya mereka pada musik Rock yang diputar dengan volume tinggi oleh gadis yang diyakini sebagai ‘Bajak laut’ sekaligus pemilik kapal ini.

“Aha! Apakah kalian mabuk laut? Karena itukah kalian terlihat tidak nyaman?” Gadis itu tertawa senang, ia masih saja menggerakkan badannya, mengikuti sesuai irama musik,”Buka mata kalian, Pengikut!”

“Sekarang sudah jam 12 siang, dimana APPLe yang juga bergoyang mengikuti irama musik akan menyambut pengunjung yang paling tidak diinginkan…Aku akan mengadakan audiensi publik dengan kalian, para penguntit! Aku tahu kalian telah berhari-hari mengawasiku, si bajak laut! Bersiaplah untuk terkejut oleh gerakan kapal Rock 'n Roll selama siang dan malam!" Gadis bajak laut tersebut kini menikmati minuman orange yang sedikit memudar warnanya seiring berjalannya waktu. Ia terlihat senang dan lega setelah meminumnya.

"Sekarang, mari kita dengarkan musik Rock ‘n Roll ini dari radio APPLe dengan volume maksimum, ikuti gerakanku!" Lagu Rock yang masih berlangsung kembali memenuhi ruangan, kali ini musik itu diputar dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, "Mari kita hitung mundur menuju ekstasi! 3...2...1!"

"Sebutkan nama kalian, antek pemerintah Inggris! Sebutkan nama kalian, anak buah Perampok Manus Vindictae! Apakah kalian datang kesini untuk melarang musik yang kunyalakan setiap hari? Atau mau merampok semua jarahanku? Informasi? Bah! Bibir kami akan tertutup rapat untuk semua itu! Kami akan selalu mengembara, tapi tidak akan ada yang bisa mengubah cinta kami pada kebebasan selamanya!"

Hanya dirinya, sang Apel berdasi yang merupakan asistennya, beserta dua orang tawanan yang terikat dengan tali satu sama lain yang berada do ruangan tersebut.

Hingga ketika sang bajak laut semakin terbutakan oleh lagu kesukaannya, ia pun dikejutkan oleh suara ledakan yang sangat keras disertai guncangan kapal. Sang bajak laut pun menghentikkan gerakan rocknya, walaupun musik yang diputarnya masih menyala.

APPLe segera memeriksa keluar, melihat apa yang terjadi. Ia pun kembali memasuki ruangan dan diserbu pertanyaan dari kaptennya, Regulus.

"APPLe, apa ada yang salah? Apa yang terjadi?" Tanya Regulus sedikit panik.

Reverse 1999Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang