Spicy Romance

נכתב על ידי midjuness

66.7K 4.9K 429

Ada dua alasan kenapa Kanatya Aleesha harus segera menikah; Yang pertama, demi memenangkan taruhan dengan Ol... עוד

01. Morning After
02. Unexpected Request
03. Enemies
04. Stupid Game, Stupid Prize
05. Him
06. Her
07. Bad News
08. Drunk Again
09. Lost in Lust
10. Traces of You
11. Encounter
12. Touching You Right
13. The Weirdest Proposal
14. Family Dinner I
15. Family Dinner II
16. Casually in Love
17. Main Course
18. The Invitation
19. Partners
20. Trying to Break
21. Officially Mr & Mrs. Atmajaya

Prolog

7.9K 296 12
נכתב על ידי midjuness

PROLOG

Suara dentum musik yang memekakan telinga mengisi ruang dengan lampu kerlap-kerlip ini. Di salah satu meja bar, seorang gadis menenggak cairan merah dengan kadar alkohol tinggi. Entah sudah berapa gelas yang dihabiskan, gadis itu tidak peduli. Untuk kali ini, dia butuh sesuatu yang memabukkan yang dapat membuatnya lupa akan segala masalah yang dia alami.

Meski musik yang mengalun memancing tubuh siapa saja bergerak mengikuti irama, Kanatya  tidak turun ke lantai dansa. Dia terlalu malas meladeni laki-laki mata belang disana karena tujuannya datang kesini cuma untuk mabuk, tidak sepaket dengan membiarkan laki-laki yang tidak ia kenal menggerayanginya.

Kanatya  meneguk alkoholnya sekali lagi. Tenggelam dalam rasa panas yang menjalar di tenggorokan yang membuatnya perlahan merasakan sesuatu yang menyenangkan. Untuk malam ini dia sangat mengosongkan isi kepalanya, melayang, seolah tidak ada lagi hari esok. Sungguh, masalah yang dia alami  sangat membuatnya ingin menghilang di bumi untuk sementara.

Berbicara tentang masalah, itu memang hal yang selalu melangkah beriringan dengan manusia. Terutama bagi Kanatya, masalah dan dirinya itu adalah sepaket. Sebuah entitas yang melekat menjadi satu kesatuan. Sebenarnya untuk saat ini ada dua masalah yang membuat hidup Kanatya jadi menyedihkan.

Masalah pertama datangnya dari Bastian, lelaki sialan yang sudah berlabel mantan pacarnya. Dua tahun pacaran dengan laki-laki itu, menjalani suka duka bersama, berbagi momen-momen membahagiakan ternyata harus berakhir miris. Bastian tiba-tiba mengajak putus. Dia menemukan perempuan lain seolah keberadaan Kanatya selama ini tidak pernah cukup. Yang paling menyebalkan, perempuan itu ternyata adalah Olivia. Seseorang yang Kanatya benci sejak SMA. Musuh bebuyutannya. Olivia jelas lebih cantik dan seksi daripadanya, dan kenyataan bahwa Bastian melupakan janji-janji mereka untuk melangkah ke jenjang serius tahun depan dan memilih Olivia, jelas mematahkan hati Kanatya  menjadi kepingan. Dia benci lelaki brengsek itu!

Tak cukup sampai disitu, masalah kedua menimpa karirnya. Dia dipecat dari posisinya sebagai sekretaris Pak Danovan karena bos-nya itu ketahuan menggelapkan uang perusahaan. Padahal Kanatya  tak terlibat sama sekali dengan skandal pria tua itu. Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai sekretaris. Mengurusi agenda, menyiapkan keperluan atasannya, berhubungan dengan klien-klien dan sederet tugas umum sekretaris lainnya. Namun sialnya, didepaknya Pak Danovan membuatnya juga ikut terkena imbas. Sekarang ia resmi menjadi pengangguran.

Hidupnya jelas kacau. Cara terbaik untuk menikmati kekacauan hidupnya ini tentu saja dengan bermain di kelab, mabuk-mabukan sampai matahari kembali terbit. Meski besok dia kembali ditampar kenyataan, tidak apa-apa. Yang jelas, malam ini dia butuh pelarian.

Kanatya  menjatuhkan kepalanya ke atas meja, mulai merasa berkunang-kunang. Untung dia masih punya dua sahabat yang siap sedia menggotongnya ke apartemen jika dia tidak sadarkan diri malam ini. Tinggal menyisakan sedikit kesadaran dan menelpon salah satu nomor itu, maka dia bisa pulang ke apartemen dengan selamat.

"Segera pecat sekretaris itu, saya tidak mau melihat wajahnya lagi." Suara berat yang hanya dimiliki oleh laki-laki itu terdengar di telinga Kanatya. Alis Kanatya bertaut, dia rasa dia belum terlalu mabuk, tapi kenapa dia berhalusinasi mendengar sesuatu yang membuatnya tersinggung?

"Dan segera cari sekretaris pengganti!" lanjut suara itu terdengar lebih tegas di tengah dentuman musik.

Kanatya mengangkat kepalanya menyadari suara itu mungkin tidak berasal dari halusinasinya. Dia menoleh ke arah kanan dan menemukan seorang laki-laki duduk dengan ponsel di telinganya.

Kanatya menatap laki-laki itu dengan tatapan menilai. Tubuh tegapnya yang dibalut kemeja biru muda yang digulung sesiku terlihat seksi. Saat menatap wajahnya, Kanatya mendadak terpana. Entah karena alkohol sudah menguasai dirinya atau memang inilah kenyataannya, wajah di depannya terlihat begitu memesona. Rahang yang tegas, hidung mancung sempurna, bibir yang padat, dan rambut hitam yang mengundang untuk dielus.

Mata mereka bertemu. Entah kenapa, Kanatya merasa familier dengan mata tajam yang tampak mengintimidasi itu.

Pria tampan nan seksi itu menurunkan ponselnya dari telinga dan menatap Kanatya intens.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu datar.

Kanatya mengerjap. Kemudian dia menggeleng. "Kamu yang tadi bilang mau cari sekretaris pengganti?"

"Iya, ada apa?"

Ternyata bukan halusinasinya!

Kanatya tak menyangka akan menemukan peluang kerja di tempat seperti ini. Ternyata rezeki memang bisa datang dari mana saja.

Kanatya mendadak antusias. "Kamu bosnya?"

Alis laki-laki itu terpaut, "Kenapa?" ulangnya sekali lagi.

Penampilannya memang cukup meyakinkan disebut sebagai boss. Oleh sebab itu, Kanatya berusaha sopan. "Di perusahaan mana Bapak bekerja? Saya bisa melamar. Kebetulan satu hari yang lalu saya dipecat dari jabatan saya sebagai sekretaris. Atasan saya ketahuan menggelapkan dana, oleh sebab itu saya ikutan dipecat. Padahal saya sama sekali tidak terlibat dengan apa yang dilakukan bos saya. Saya bahkan tidak tahu sama sekali dia bisa segila itu. Tapi semua sudah terjadi. Sekarang saya menganggur dan memang mencari pekerjaan. Barangkali saya bisa memenuhi kriteria sebagai sekretaris pengganti." Kanatya tidak tahu kekuatan dari mana yang membuatnya berbicara sok kenal dengan orang asing yang bahkan baru ditemuinya kurang dari satu menit yang lalu.

"Kamu mabuk," ucap lelaki itu tanpa minat.

"Saya belum mabuk," bela Kanatya. "Saya tahu ini tidak sopan, tapi saya serius dengan apa yang baru saya ucapkan."

"Saya tidak mencari sekretaris yang suka menghabiskan malam di kelab."

Ucapan lelaki itu membuat Kanatya agak tersinggung. Bibir Kanatya mengerucut. "Saya nggak sesering itu datang kesini."

Lelaki itu menengak alkoholnya lalu kembali menatap Kanatya. "Tapi kamu kelihatan sering mabuk."

Kanatya mendesah pelan. "Tidak sesering yang Bapak pikirkan."

Lelaki itu diam saja.

"Jadi dimana Bapak bekerja? Saya akan melamar dengan formal jika itu yang Bapak harapkan."

Seakan tidak mendengar ucapannya, lelaki itu justru sibuk memainkan ponselnya.

Kanatya merasakan kepalanya semakin terasa berat. Dia bahkan tidak bisa fokus melihat wajah laki-laki di depannya kalau tidak mencoba mengerjap berkali-kali.

"Siapa nama kamu?" tanya lelaki itu akhirnya setelah menyimpan ponselnya.

Pertanyaan itu seolah sinyal bahwa laki-laki itu mulai tertarik dengan tawaran Kanatya. Dengan cepat, Kanatya menarik clutch-nya dan mengeluarkan sebuah kartu nama yang kemudian diserahkan kepada laki-laki itu.

Laki-laki itu menerimanya tanpa banyak protes. Ada kerutan yang tercetak jelas diantara kedua alisnya ketika membaca nama itu. "Kanatya Aleesha," ucapnya pelan. Kanatya mengangguk-angguk.

"Kanatya?" panggil lelaki itu kemudian dengan nada tidak yakin.

"Ya, Bapak bisa panggil saya dengan nama itu."

"Nama yang manis."

Kanatya agak terkejut. Tak menyangka akan mendapat pujian oleh laki-laki tampan nan seksi yang tampak dingin sebelumnya. Namun, senyum Kanatya ikut terbit mendengarnya.

"Terimakasih. Jadi siapa nama  Bapak dan dimana Bapak bekerja? Apa Bapak tertarik untuk merekrut saya? Bapak belum setua Pak Danovan, tapi tidak masalah kan saya tetap manggil dengan sebutan Bapak?"

"Kamu seperti perempuan putus asa." Ucapan lelaki itu tidak menjawab pertanyaan Kanatya sama sekali.

"Saya pengangguran, hubungan saya dengan pacar saya juga kandas di tengah jalan, wajar kalau saya putus asa sekarang."

"Hidup kamu terdengar menyedihkan."

"Saya tahu tanpa Bapak ingatkan. Jadi apa Bapak tertarik  untuk mempertimbangkan saya sebagai sekretaris di perusahaan Bapak? Atau jabatan apa pun asal sesuai dengan kompetensi saya."

"Kamu mabuk."

Kanatya menghela napas panjang. Sepertinya laki-laki ini tidak berniat merekrutnya. Jadi Kanatya memutuskan untuk menyudahi percakapan menyedihkan ini. Lagi pula, setelah dipikirkan ini tidak benar dan hanya akan menimbulkan masalah baru. Dia tidak akan suka atasan yang menghabiskan malam di kelab. Bukannya ingin ikut campur urusan pribadi mereka, tapi yang seperti ini sering merepotkan karena mereka melimpahkan banyak sekali pekerjaan akibat tidak masuk kerja esok harinya dikarenakan hangover.

Kanatya menapakkan kakinya di lantai, sebuah keputusan yang salah karena badannya langsung terhuyung. Alkohol sepertinya sudah bekerja dengan baik.

Kanatya merasa sebuah tangan yang besar dan hangat menyambarnya sebelum ia terjatuh.

"Hati-hati."

Kanatya merasakan sengatan listrik di lengannya karena kontak fisik secara tiba-tiba ini. Kanatya mendongak dan menemukan si bos dari perusahaan antah berantah itu sudah berdiri menjulang di depannya. Jarak mereka sangat dekat, membuat Kanatya dapat melihat fitur wajah lelaki ini lebih jelas.

Ternyata tampan saja tidak cukup untuk mendeskripsikannya. Ketika mata mereka bertemu, Kanatya lagi-lagi merasa pernah mengenal lelaki ini.

"Kita kenal, ya?" tanya Kanatya betul-betul bingung.

"Tentu, satu menit yang lalu kamu memberi saya kartu nama kamu."

"Bukan itu." Kanatya menghela napas. "Bapak familier," ucapnya tidak yakin. Kanatya jadi berpikir, apa laki-laki ini selebriti? Atau model? Kalau dia punya kenalan setampan ini, tak mungkin ia bisa melupakannya.

Lalu, Kanatya merasa telapak tangan laki-laki itu menyentuh dagunya, memaksanya untuk mendongak. "Bagian mana yang tampak familier?"

Kanatya meneliti lebih serius. Mungkin efek mabuk membuatnya sok kenal dengan orang asing. Kanatya menyadari lelaki itu juga menatap lekat ke arahnya, lebih tepatnya ke arah bibirnya.

"N... nggak tahu, kayak pernah ketemu."

"Dimana?"

Nadanya mengintimidasi. Kanatya membasahi bibir bawahnya, mendadak grogi.

Laki-laki itu menunggu jawaban, tapi Kanatya tidak punya. Lalu, dalam hitungan detik, Kanatya merasakan bibir lelaki itu hinggap di bibirnya. Awalnya hanya saling menempel. Sebelum dirinya tersadar untuk menjauh, laki-laki itu melahap bibirnya. Memberikan ciuman-ciuman menuntut yang membuat Kanatya terkejut.

Kanatya harusnya melangkah menghindar, tapi dengan cepat sebelah tangan laki-laki itu menarik pinggangnya semakin mendekat, membuat bagian depan tubuh mereka saling bersentuhan.

Kanatya membuka mulutnya, bermaksud memprotes, tapi kesempatan itu digunakan laki-laki itu untuk memasukkan lidahnya dan mengekplorasi rongga mulut Kanatya. Kanatya yang perlahan terbuai, mengikuti ritme ciuman itu.

Baru kali ini Kanatya dicium seakan besok adalah hari kiamat. Bahkan Bastian yang menjalin hubungan selama dua tahun bersamanya, tidak pernah menciumnya seintens ini.

"Manis," ucap laki-laki itu di sela ciuman mereka. Kanatya berhenti membalas ciuman itu dan menjauhkan kepalanya. Kepalanya berkunang semakin parah karena senyum laki-laki itu sangat menawan.

"Who are you?"

Bukannya menjawab, lelaki itu kembali mencium bibir Kanatya tanpa ampun.

***

a.n
ini cerita romance mainstream. nggak perlu berekspektasi apa-apa. jika nyaman sama gaya kepenulisannya, disaranin buat lanjut aja karena meski mainstream, mungkin kalian tetap bisa menikmatinya.

המשך קריאה

You'll Also Like

350K 14.7K 49
21++ (Adult romance) Alur cerita maju mundur (masa sekarang dan masa lampau). Berkisah tentang dua saudara kembar identik, Ethan dan Evan. Yang suda...
332K 17K 19
Sequel Conflate. - Saka dan Nasya menikah juga. Di umur 30 tahun, dengan masa lalu dan perjalanan yang sebenarnya cukup melelahkan, tapi akhirnya mem...
25.1K 1.5K 3
(18+ Romantic Comedy) Dilamar secara langsung sudah biasa, tapi dilamar lewat wawancara live depan wartawan termasuk level yang tidak biasa. Lamaran...
59.8K 5.9K 17
[KOLABORASI COLOKAN] @caley_23 @oshpusky @kayaorangbiasa Time for we talk, di mana para cewek membahas banyak hal di grup chat. Dibumbui drama dan hu...