MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANA...

Da youandwords

1.2K 179 19

Namanya Amor. Delapan tahun menjalani kehidupan pernikahan, tapi belum memiliki momongan. Dia terus terusik i... Altro

1-SEBUAH SARAN
2-NOMOR TIDAK DIKENAL
3-MASIH NOMOR YANG SAMA
4-MATA HAZEL
5-SINDIRAN
6-STAYCATION
7-PIKIRAN BURUK
8-DIBUNTUTI
9-DIMINTA MENDUA?
10-SAKIT HATI
11-PURA-PURA TIDAK TAHU
12-SUMBER MASALAH
14-SEBUAH PERAN
15-KECURIGAAN

13-SABTU INI MILIKNYA

58 7 1
Da youandwords

Tiga hari berlalu. Kondisi Amor telah sepenuhnya pulih. Dia kembali beraktivitas seperti biasa. Meski aktivitas hariannya tidak banyak.

Sekarang hari Jumat, kemungkinan Evas pulang lebih larut sangat tinggi. Karena esok hari libur. Amor merasa, ini waktu yang tepat untuk mencari tahu semuanya.

Pukul empat sore, Amor sudah terlihat rapi dengan celana jeans dan kemeja garis-garis berwarna biru. Dia mengikat rambutnya ke belakang lalu memakai kacamata kecokelatan. Dia sudah menantikan hari ini, berharap semuanya berjalan lancar.

Amor segera turun dan menuju garasi. Di sana ada mobil miliknya. "Pak, kunci mobil mana?" teriaknya.

Sopir Amor yang beristirahat di ruangan dekat dapur seketika berlari. Dia melihat majikannya telah rapi, sudah pasti berniat pergi. "Kunci mobil, Bu?" tanyanya memastikan.

"Iya!"

"Ibu mau ke mana? Saya antar."

"Nggak perlu. Saya bisa sendiri," jawab Amor sambil menghadapkan telapak tangannya ke atas. "Mana?"

Sopir Amor merogoh saku celana dan menyerahkan kunci. "Benar Bu saya nggak...."

"... nggak perlu!" potong Amor lalu menekan kuncinya. Dia lalu masuk mobil dan menarik kacamatanya ke atas. "Jangan ngadu ke Pak Evas. Saya mau ngasih kejutan ke kantornya."

"Oh, baik, Bu!" Sopir Amor mengangguk mengerti. Lantas dia berlari menuju pintu garasi dan membukanya.

Amor menyalakan mesin mobil lalu menurunkan kacamatanya. Dia memegang kemudi, menunggu pintu garasi terbuka sempurna. Setelah itu dia mulai melajukan kendaraannya.

Jantung Amor berdegup lebih cepat. Di satu sisi, dia takut mendapat kenyataan yang menyakitkan. Tetapi, di satu sisi dia juga penasaran.

"Semoga pikiran buruk gue nggak terbukti," gumam Amor lalu melajukan kendaraannya lebih cepat.

Satu jam kemudian, Amor sampai di kantor Evas. Tentu kedatangannya disambut oleh satpam yang berjaga. Dia memilih segera memakirkan mobil, di tempat yang jauh dari parkiran khusus Evas. Amor lalu turun dari mobil dan melihat kendaraan suaminya masih di tempat. "Dia belum balik," gumamnya lalu merogoh tas. Amor mencari kontak Evas dan menghubunginya.

"Ya, Amor!" jawab Evas di deringan ketiga.

Amor bersandar di pintu mobil dan memperhatikan mobil Evas. "Kamu bisa pulang cepet nggak?"

"Bisa. Kenapa?"

Perasaan Amor seketika terbagi. Dia senang karena Evas ada untuknya. Tetapi, dia juga kecewa karena rencananya hari ini sepertinya tidak berhasil. "Nggak apa-apa. Pengen makan malam bareng aja."

"Oke! Aku jemput."

"Oke!" Amor menjauhkan ponsel dan mematikan sambungan. Sepertinya rencananya benar-benar gagal. "Ya udahlah. Balik aja!" Amor naik mobil lalu melajukan kendaraan itu.

Amor yakin satpam kantor pasti akan mengadukan ke Evas. Dia tidak peduli itu. Dia punya seribu alasan untuk mengelak.

"Tapi, apa mending gue nggak pulang?" gumam Amor agak ragu. Bagaimana jika Evas sebentar lagi pergi kemudian menelepon dan meminta maaf karena tidak bisa makan bersama? "Aaaa! Kenapa gini, sih?" Kepala Amor mendadak pening.

Amor membelokkan mobil ke pertigaan lalu mengemudi dengan satu tangan. "Biar, deh!" Dia mencoba menikmati mengemudi saat sore. Sudah lama Amor tidak mengemudi seperti ini. Dulu, dia sangat senang saat naik motor jika sedang suntuk. Angin yang menerpa seolah mengangkat bebannya dan perlahan mengilang.

Mata Amor melirik ke spion belakang. Dia melihat beberapa mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan menyalipnya. Sedangkan dia tetap mengemudi dengan santai. Hingga, dia melihat sebuah mobil yang sekarang berada tepat di belakang. "Nyalip aja. Gue nggak mau buru-buru," ujarnya sambil menurunkan kecepatan mobilnya.

***

Kali ini Evas pulang cepat, sesuai permintaan Amor. Saat sampai rumah, dia melihat Amor sudah menunggunya di ruang tengah. Evas seketika mendekat lalu mengecup puncak kepala wanita itu. "Nggak apa-apa nunggu aku bersih-bersih dulu?"

Amor menatap sang suami. "Nggak apa-apa. Aku bisa nunggu."

"Cuma bentar kok." Evas berdiri tegak lalu berjalan menuju tangga. "Tunggu situ aja."

"Oke!" Amor duduk bersandar lalu bersedekap. Dia menghela napas lega, karena sempat mengganti pakaiannya dengan rok terusan.

"Ck! Udah beberapa hari nggak ngurus suami," gumam Amor sambil berdiri. Dia kembali menuju kamar, ingin membantu suaminya siap-siap.

Begitu sampai kamar, Amor mendengar suara gemercik. Dia mendekati pintu kamar mandi dan melihat pakaian Evas yang digeletakkan begitu saja. Dia mengambilnya dan menemukan ada sesuatu yang masih berada di kantung.

"HP-nya pasti kelempar," gumam Amor sambil mengeluarkan ponsel. Dia meletakkan pakaian di keranjang kotor lalu meletakkan ponsel di meja walking closet. Lantas dia mengambil pakaian untuk suaminya.

Setelah menyiapkan, Amor bergegas keluar. Sengaja agar tidak ketahuan Evas. Entahlah, rasanya senang saja memberi perhatian seperti itu.

Evas keluar kamar mandi dan tidak melihat pakaiannya berada di depan pintu. "Amor!" panggilnya sambil melangkah menuju ruang ganti. Dia melihat pakaian kotornya berada di rak. Lantas dia menatap ponsel yang berada di meja. "Huh...." Seketika dia mengambil ponsel itu.

"Semoga dia nggak curiga," gumam Evas lalu menuju ranjang. Dia menatap ponsel yang satunya tergeletak di sana. "Ceroboh banget gue!" Evas kembali ke walking closet dan segera berganti pakaian.

Sepuluh menit kemudian, Amor melihat Evas menuruni tangga dengan langkah cepat. Seketika dia berdiri, memperhatikan lelaki itu mengenakan celana jeans hitam dengan jaket pilihannya. "Ganteng banget, Sayang!"

Evas memperhatikan ekspresi Amor. Tidak ada yang aneh. Evas menghela napas lega, merasa jika Amor tidak mencuriganya. "Masa?"

Amor seketika meloncat ke pelukan Evas dan mencium pipinya gemas. "Ganteng banget," jawabnya. "Punya siapa, sih, ini?"

"Punya kamu."

"Yakin, cuma punya aku?" pancing Amor.

Evas merangkul Amor dan mengajaknya keluar. "Cuma kamu, Sayang!"

Amor mengangguk, tidak ingin Evas tahu jika sedang dicurigai.

***

Dua porsi green kari dan dua mangkuk nasi tersaji di atas meja. Dua orang yang duduk berhadapan seketika menatap makanan itu. Kemudian dua cangkir teh jasmine tersaji. Amor seketika mengambil cangkir itu dan menghidu aroma harum yang tercium.

"Kayaknya enak," ujar Evas puas melihat makanan itu.

Amor tidak langsung menjawab. Dia menyeruput tehnya dan terasa sepat yang khas. Dia meletakkan teh itu lalu mengacungkan jempol. "Sesuai lidahku."

"Oh, ya?" Evas melirik teh jasmine yang belum dicoba. "Aku lebih tertarik sama ini."

"Nggak sama nasi?"

Evas menggeleng. Dia mencoba green kari itu lalu mengernyit pelan. "Agak strong bumbunya."

"Justru itu yang enak," jawab Amor lalu mencoba memakan. "Oh ya, Sayang, besok temenin aku ke salon, ya."

Seketika Evas ingat dengan permintaan Norin. "Besok aku ada acara, Sayang."

Bibir Amor seketika mengerucut. "Sampai jam berapa?"

"Nggak tahu." Evas mengangkat bahu.

"Ya udah, aku ke salon sendiri."

"Minta orang salon ke rumah aja. Biar kamu nggak capek."

Amor memperhatikan Evas yang makan dengan lahap. Tiba-tiba dia curiga Evas berbohong. "Beneran kamu besok pergi?"

Evas melirik Amor sekilas lalu mengangguk. "Iya."

"Ya udah." Amor tidak bisa langsung curiga. Pasalnya, Evas memang agak cuek jika diinterogasi. "Pulangnya bawain makanan."

"Makan apa? Kan, bisa beli sendiri."

"Ih, apa salahnya sih nurutin istri?" Amor menyendok nasi dan memakannya. Pipinya seketika menggembung, dia menunjukkan itu ke Evas.

Evas terhibur dengan tingkah koyol Amor yang sangat jarang muncul. "Iya. Mau dibeliin apa, sih?"

Amor mengangkat bahu. "Terserah. Apapun hadiah dari kamu pasti aku terima."

Prang....

Amor dan Evas sontak menoleh ke sumber suara. Mereka melihat seorang lelaki yang membungkuk setelah menabrak seorang pelayan. Amor dan Evas kemudian saling pandang dan sama-sama tidak tertarik dengan hal itu.

"Besok pulangnya jangan kemaleman," pinta Amor.

Evas sengaja tidak menjawab. Dia tahu Amor pasti akan menunggunya. Sedangkan dia merasa, Norin tidak akan membiarkannya pulang begitu saja. "Besok aku kabari lagi."

Amor pura-pura cemberut. Sebenarnya enggan melakukan ini. Tetapi, dia harus melakukan segala cara untuk menyembunyikan kecurigaannya.

Continua a leggere

Ti piacerà anche

18K 2.4K 22
Hanya berisi cerita-cerita pendek berbagai tema. Berasal dari ide-ide random yang sayang jika dibuang, tapi aku belum punya waktu untuk menulisnya da...
28.5K 1.3K 5
Aruna ingin meralat perkataannya yang mengatakan memiliki tetangga tampan dan mapan itu anugerah, karena nyatanya ia sakit hati ketika tahu tetangga...
1.9M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
3.4K 810 20
Cantika Zwetta hanyalah seorang gadis biasa yang trauma setelah mengalami kecelakaan. Hidupnya benar-benar berubah, termasuk ekonomi keluarga yang me...