S U G A R M O M M Y

By mymoonbooster

58K 3.8K 1K

Jeon Jung Kook (21) membutuhkan biaya kuliah dan biaya rumah sakit sang ibunda yang sedang jatuh koma. Hingga... More

Pengantar
CAST
Hutang Keluarga
Tergoda [M]
Nama Lain [M]
Kartu Nama
Remuk Redam
Membutuhkan Waktu
Peliharaan
Ingin Bertemu
Bom Waktu
Menjual Harga Diri [M]
Ancaman Tersukarela [M]
Ciuman Berbeda [M]
Tidak Tahu Diri
Obsesi Seok Jin
Lelah [M]
Posisi Bercinta[M]
Terhina
Kabur
Sesuatu yang Berharga
Pengakuan
Menantang [M]
Protektif
Gertakan
Goyah
Melampaui Batas
Siput Laut [M]

Bayi yang Merajuk [M]

1.4K 87 31
By mymoonbooster

"Jung Kook cocoknya jadi tuan muda kaya raya, ga cocok miskin"

Sedikit Penjelasan. Dari awal konsep ceritanya memang Jung Kook itu serba kekurangan makanya dia butuh Joo Hyun yang kaya raya. Kalau Jung Kook sudah punya segalanya, buat apa dia butuh bantuan Joo Hyun? 

Judul hingga alur cerita menurutku sudah jelas ya dari awal. Judulnya aja SUGARMOMMY, bukan SUGARDADDY (T-T)

Perbedaan dunia antara Joo Hyun dan Jung Kook yang mau aku tekankan di cerita ini. Dan perbedaan dunia ini juga yang buat cerita ini bakalan lebih kompleks dan membuat masing-masing karakter kedepannya berkembang. 

Kenyataannya memang hidup tidak seindah dan semudah itu untuk dijalani, sama halnya dengan cinta. Semuanya butuh proses.

-^thx^-



.

.



WARNING!

Ada kata-kata vulgar. Mohon kebijaksanaannya.


Aku nanti update lagi kalau sudah 60 vote ya!


Yuk jangan Silent Reader. Tolong bantu hargai penulis dengan memberikan komentar dan vote ya, biar aku semangat buat lanjut!


Selamat membaca ^^






𝓂𝓎𝓂𝑜𝑜𝓃𝒷𝑜𝑜𝓈𝓉𝑒𝓇 𝓅𝓇𝑒𝓈𝑒𝓃𝓉,


【S】【U】【G】【A】【R】

【M】【O】【M】【M】【Y】






Wajah Jung Kook langsung memucat ketika ia mendengar nada marah dari manajer. Manajer Choi memandangnya dengan tajam, ekspresi kesal tergambar jelas di wajahnya.

"Jung Kook, apa yang terjadi?" desis Manajer Choi, suaranya menusuk dan penuh ketidakpuasan.

Jung Kook mencoba menjelaskan, "Maaf, Manajer. Saya tidak sengaja, gelas-gelas itu tergelincir dari nampan saya."

Seberapa banyak pun Jung Kook meminta maaf, ia hanya mendapat caci maki dari Manajer Choi karena kelalaiannya. Acara semegah dan sepenting ini sangat berarti bagi tim dan nama baik Manajer Choi. Alhasil Manajer Choi dengan tegas mengumumkan bahwa upah Jung Kook akan dipotong sebagai sanksi. Selain itu, Jung Kook juga dilarang untuk kembali memasuki aula, menunjukkan betapa seriusnya kesalahannya dalam insiden tersebut. Raut wajah kecewa dan kekesalan Manajer Choi membuat Jung Kook merasa makin menyesali kecerobohannya. 

Sembari membawa tasnya, Jung Kook mencari tempat yang sepi untuk menenangkan pikiran. Ia masuk kedalam gudang dan duduk sejenak di sudut yang remang. 

Dalam keheningan ruangan itu terdengar suara langkah para pelayan yang wira-wiri di lorong. Mereka sibuk menyiapkan minuman dan hidangan untuk diantar keluar. Jung Kook menghela nafas. Merasa bodoh dan malu karena kesalahan yang baru saja terjadi.

Tangannya sedikit gemetar saat mencoba membersihkan luka di jemarinya yang terluka oleh serpihan kaca. Ia merasakan kesakitan setiap kali menyentuh area yang terluka. Namun rasa sakit itu tak bisa menandingi luka hatinya.

Jung Kook merasa heran kenapa ia segundah hati itu melihat Joo Hyun bersama suaminya. Seharusnya, ia tahu diri. Bukankah sedari awal ia sudah memahami betul bagaimana posisinya? 

Bukankah ia sudah bertekad untuk siap dengan rasa sakit hati? Namun, ketika melihat kemesraan Joo Hyun dan sang suami, perasaan cemburu merayap begitu saja, membuatnya merasa kecil dan tidak berarti di hadapan kehidupan mewah mereka.

Dengan perasaan sedih yang masih menghantui, Jung Kook mulai melepas kemeja seragamnya, berniat mengganti pakaian. Namun, tiba-tiba pintu gudang terbuka lal tertutup. Diikuti seseorang menyelinap masuk dengan suara heelsnya yang menggema.

"Ternyata kau di sini?" ucapnya dengan suara lembut, mengagetkan Jung Kook yang sudah bertelanjang dada.

"Noona?" Jung Kook terbelalak karena tidak menyangka wanita anggun itu akan menyusulnya. 

Joo Hyun melangkah dengan langkah gemulai yang memecah hening gudang. "Kau memang gemar bersembunyi ya?" ujarnya, tersenyum kecut. Rambutnya yang tergerai memperlihatkan pesona yang tak terelakkan. "Apa yang terjadi, Bunny?"

"Aku tidak sengaja mengacau" jelas Jung Kook ragu-ragu.

Joo Hyun mengangguk paham. Ia tadi melihat bagaimana Jung Kook jatuh dan menimbilkan suara kencang memenuhi aula. Ia ingin sekali menghampiri Jung Kook. Tapi apa daya, itu akan sulit sebab ia sedang berakting menjadi seorang istri yang baik. Menghampiri Jung Kook justru akan menimbulkan pertanyaan baru bagi sebagian orang dan akan memberikan bencana pada pemuda itu.

"Aku tahu itu," kata Joo Hyun, tangannya lembut meraih pergelangan tangan Jung Kook, 

"Kenapa Noona kemari? Disini kotor dan pengap-"

Telunjuk Joo Hyun berada di bibir Jung Kook, membuat pemuda itu terdiam. 

Joo Hyun lalu menginspeksi luka di jari pemuda itu. Sudah ada perban yang melingkar disana. Menandakan Jung Kook sudah mengurusnya dengan baik. "Yang lebih penting, kau baik-baik saja?" Suaranya terdengar manis, menciptakan ruang yang intim di tengah kegelapan ruang yang remang.

"Aku baik-baik saja, Noona. Hanya sedikit luka kecil."

Joo Hyun mendesis pelan, "Jangan sembunyi lagi, ya? Jangan lakukan sesuatu yang bisa membuatmu terluka, Bunny. Aku tidak suka melihatmu seperti ini." Sorot matanya penuh perhatian, dan kata-katanya menciptakan getaran hangat di dada Jung Kook. "Ini perintah."

Jung Kook mengangguk malu-malu. Ia menyukai sentuhan wanita itu yang menggenggam tangannya penuh kekhawatiran. 

"Bagaimana dengan luka di hatiku? Sepertinya akan sulit untuk sembuh"

Joo Hyun tersenyum mendengar keluhan Jung Kook. Ia dapat menebak jika hati Jung Kook terluka karena melihatnya bersama Seok Jin di aula tadi. 

"Cemburu?" Maka dengan dorongan hasrat merangkulkan tangannya di leher pemuda itu. Membuat tubuh mereka terhimpit satu sama lain. Aroma tubuh Joo Hyun yang wangi pun menguar menghipnotis Jung Kook. 

"Apa bayi manisku ini sedang merajuk?"

Jung Kook terpenjara oleh tatap jelita wanita itu. Senyumnya yang lebar membuat bibirnya membentuk lengkungan anggun, menghadirkan pesona tak terlukiskan. Bagaimana bisa senyumannya tetap saja memabukkan meski hati Jung Kook juga terluka karenanya?

"Kalau aku sedang kesal, Noona mau apa memangnya?" balas Jung Kook.

Joo Hyun tersenyum nakal, merasa tertantang. Jemarinya bermain-main di rambut belakang Jung Kook. "Kalau begitu, Noona akan mencarikan obatnya."

"Dan obatnya apa, Noona?"

Joo Hyun menatap Jung Kook dan mengedipkan matanya dengan penuh pesona. "Tentu saja, obatnya adalah pelukan dan ciuman dari Noona." Suaranya seperti desiran angin yang memikat.

Jung Kook merasa kepalanya pusing oleh pesona yang dikeluarkan oleh wanita di depannya.

"Aku tidak tahu apakah itu cukup ampuh," gumam Jung Kook dengan senyum malu-malu. Oh, tentu saja sangat ampuh. Tapi ia juga tidak mau segamblang itu mengatakannya. 

"Hmm, coba aku pikirkan cara lain." ucap Joo Hyun, matanya berbinar-binar sengaja ingin menggoda Jung Kook. "Sepertinya adik mungil dibawah sini menginginkan banyak perhatian dan cinta?"

"Noona," sergah Jung Kook saat merasakan tangan wanita itu menyelinap masuk ke dalam celananya. "Jangan disini, bagaimana jika ketahuan?"

"Bukankah itu semakin membuatmu bersemangat?" ujar Joo Hyun ditelinga Jung Kook yang memerah. Ia mendorong tubuh pemuda itu bersembunyi dibalik rak. "Aku tidak nafsu dengan hidangan yang ada di luar. Aku lebih menginginkan milikmu."

Nafas Jung Kook tidak teratur. Ia bahkan tidak sanggup menghentikan ciuman Joo Hyun yang membanjiri lehernya. Bohong kalau Jung Kook tak menyukainya. Laki-laki itu bahkan sudah kecanduan dengan setiap sentuhan Joo Hyun di atas tubuhnya.

Bibir Joo Hyun yang lembut pun kian turun di dada Jung Kook. Menjilat puting sang pemuda dengan gairah yang menyala-nyala. Jung Kook rasa ia hampir limbung saat mendapati stimulasi yang ia dapatkan itu. 

Joo Hyun tahu apa yang ia lakukan sangat tepat. Meskipun Jung Kook nampak mencoba tenang, namun dada laki-laki itu bergerak tak beraturan. Menandakan sang pemuda menerima rangsangan yang tak tertahankan.

Joo Hyun menikmati perjalanannya ditubuh Jung Kook. Bibir halus Joo Hyun memetakan tiap lekukan otot sang pemuda yang tercetak jelas. Turun mengecupi sayang perut dan pinggang yang kokoh. Hingga sampailah pada pusat tubuh Jung Kook. Seiring tangannya menurunkan kancing celana pemuda itu.

Joo Hyun tersenyum senang melihat milik Jung Kook yang sudah mengeras sempurna dibalik celana. 

"Lihat, menegang sempurna secepat ini" ucap Joo Hyun seduktif. Bibirnya meraba dengan lembut. Menguji kesabaran Jung Kook dengan bermain-main lidah tanpa menurunkan celana dalam sang pemuda. 

Jung Kook mengusap wajahnya dengan frustasi. "Noona, kalau begini, sama saja kau menyiksaku."

Joo Hyun tertawa kecil melihat reaksi Jung Kook yang menginginkannya. Ia pun perlahan menurunkan celana dalam Jung Kook. "Wah, kau memang suka kegiatan senonoh di tempat umum ya?" goda Joo Hyun. Nafas hangat wanita itu menerpa. Mengalirkan percikan geli yang membuat milik Jung Kook makin berkontraksi.

Jung Kook melihat cermat bagaimana Joo Hyun yang sudah berlutut dihadapannya. Wanita itu mengamati kemaluannya. Membuat tubuh Jung Kook kian meremang.

"Tung-ghu." Oh, gila. Semakin kacau isi kepala Jung Kook melihat Joo Hyun melahap miliknya.

Jung Kook merasakan tubuhnya menjadi begitu sensitif. Jung Kook hingga menutup mulutnya karena takut orang di luar akan mendengar desahan erotisnya. 


"Ada sisa nampan yang bisa dipakai. Ada di rak. Aku ambil sebentar!"


Jung Kook menahan nafas mendengar suara yang tiba-tiba muncul. Mereka berdua berada di ujung ruangan, berharap agar langkah kaki pelayan itu tidak mengarah ke tempat mereka bersembunyi. 

Joo Hyun melihat ekspresi ketakutan Jung Kook dan tersenyum nakal. Tanpa ragu, ia melanjutkan aksinya. Dengan cepat, Joo Hyun menarik-narik milik Jung Kook. Menjalarkan sentuhan lebih seduktif, seiring tangannya memijat dengan lihai.

Jung Kook terkejut setengah mati. Perbuatan Joo Hyun itu bak serangan bom yang mencekat paru-parunya. Wajah Jung Kook benar-benar memerah karena menahan desahan yang bisa kapan saja keluar.


"Aku sudah menemukannya!" ucap pelayan itu. Suara langkah kaki pun menjauh. Diikuti suara pintu yang ditutup.


Jung Kook memandang Joo Hyun dengan ekspresi campuran antara keterkejutan dan takjub. Jemarinya menyelip diantara helaian rambut indah Joo Hyun. "Noonha, kau gila" desis Jung Kook dengan dadanya yang naik turun mencoba meraup oksigen sebanyak-banyaknya. 

Mendengar itu, Joo Hyun nampak tersenyum kemenangan ditengah mulutnya yang masih memagut lembut. Joo Hyun mendapati bagaimana ekspresi Jung Kook yang memandangnya dengan penuh kenikmatan. Wanita itu pun semakin bersemangat memanjakan pusat intim Jung Kook. 

Jung Kook tak kuasa kala melihat bagaimana wanita itu mengecap pusaka miliknya penuh nafsu. Sangat sensual. Tak elak Jung Kook pun kian menegang. Ia menggeram kala benar-benar merasakan gejolak akan meledak keluar dari pusaranya. Dan benar saja. Jung Kook pun menjemput titik tertingginya.

Jung Kook terengah hebat. Terkejut ia, menyadari cairan kental miliknya menyembur terlalu kuat hingga mengenai leher dan dada Joo Hyun.

Joo Hyun terdiam sejenak, menjumpai pusat intim Jung Kook berkedut-kedut lemah diantara genggamannya. Matanya memperlihatkan kekaguman. 

"Ma-maaf-" Jung Kook mulai panik. "Jangan dijilat!" desis Jung Kook hampir memekik kala melihat Joo Hyun mulai menjulurkan lidahnya.

Jung Kook segera meraih tisu yang tertata rapi di atas rak. Ia duduk disisi Joo Hyun, membersihkan sisa pelepasan di kulit indah pujaannya.

"Tubuhku jadi memiliki aromamu" ucap Joo Hyun. Wajahnya memancarkan aura jahil dan senang setelah berhasil menggoda Jung Kook. "Sepertinya, aku tidak akan bisa pulang dengan suamiku. Dia akan mencium baunya."

Jung Kook tersenyum kecil. "Noona, jangan membuat lelucon seperti itu. Nanti bisa-bisa aku yang kena masalah."

Joo Hyun mendekatkan wajahnya ke telinga Jung Kook dengan gerakan cepat dan mengejutkan. "Siapa bilang itu lelucon?" bisiknya pelan, membuat bulu kuduk Jung Kook berdiri.

"Noona,-" Jung Kook menelan ludah. Merasa konyol saat menawarkan motor bututnya kepada seorang tuan putri yang biasa berkendara dengan mobil mewah, "-ingin pulang bersamaku?"

Joo Hyun mengacak rambut Jung Kook. Merasa gemas namun juga senang disaat yang sama. "Bawa aku bersamamu, Bunny." 

Wajah Jung Kook lantas berbinar-binar. Matanya berkilat penuh sukacita, dan senyumnya terpancar begitu tulus menerangi remangnya ruangan seperti bintang-bintang yang bersinar di malam gelap. 

Mereka berdua pun beranjak. Menunggu keadaan aman, dan diam-diam meninggalkan gudang. Menyusuri lorong dengan langkah yang ringan.



♡ 𝓉𝑜 𝒷𝑒 𝒸𝑜𝓃𝓉𝒾𝓃𝓊𝑒𝒹 ♡




Jujurly, bikin karakter kek Joo Hyun di sini tuh cape banget. Karena bener-bener menantang banget euy.  Biasanya karakter utama cewek itu dibuat lemah. Tapi ini, Wowww. Agak laenn.

Apa lagi Joo Hyun kan memang karakternya disini penggoda ulung yang blak-blakan. Ampun dah mikirin dia harus menggoda, nakal tapi juga anggun disaat yang sama. Pusing. T-T

Semoga pesona karakternya Joo Hyun tersampaikan dengan baik ya.



Jangan lupa vote dan komen ya dear!

Makasi atas semua support kalian. >.<


Jung Kook merasa makin menyesali kecerobohannya


"Tentu saja, obatnya adalah pelukan dan ciuman dari Noona."



-𝒔̲̅𝒖̲̅𝒈̲̅𝒂̲̅𝒓̲̅𝒎̲̅𝒐̲̅𝒎̲̅𝒎̲̅𝒚̲̅-

Continue Reading

You'll Also Like

66.4K 6K 61
"Aku menyukaimu" ucap Jisoo. "Sudah ku katakan aku tidak menyukaimu,kau sudah ku anggap seperti Jennie adikku" jawab Taehyung. Kisah cinta seorang ga...
17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
5K 595 22
seorang gadis yang berasal dari keluarga berkecukupan dan memilih untuk mandiri dengan bekerja paruh waktu. gadis itu memiliki bos yang bersifat ding...
6.5M 335K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...