This is Love

By syafa_khairunnisa

73.6K 3.3K 239

[BELUM DIREVISI, SELESAI TAHUN 2015] [Pernah diikutsertakan dalam FF Contest di blog Chairun Najmi - Peringka... More

(1) When My Eyes Keep Staring at You
(2) Hi Mom, She is My Wife
(3) Don't Touch My Boy, Dad!
(4) Sleeping Beauty
(6) Back Into Your Arm

(5) You Take My Heart Away

7.2K 489 14
By syafa_khairunnisa

Gadis itu duduk di bangku itu sendirian. Terlihat sedang mengamati bangunan apartemen di hadapannya dengan pandangan kosong. Di saat semua orang mulai mengenakan mantel, ia hanya mengenakan gaun putih santai sebatas lutut tanpa memakai cardigan ataupun pakaian yang bisa membuatnya lebih hangat. Tidak merasa terusik sama sekali dengan cuaca dingin Seoul. Ia bahkan tidak merasakannya sama sekali. Ia melipat lututnya kemudian melipat tangan di atasnya, meletakkan kepalanya di sana. Memejamkan matanya sambil menghirup napas dalam. Berusaha menenangkan dirinya sendiri dan berharap bahwa dengan begitu ia bisa merasa lebih baik.

Tanpa diperintahkannya air mata itu mengalir kembali. Ia mengatupkan matanya rapat-rapat. Berusaha menghentikannya. Dia benci pada dirinya sendiri. Beberapa hari ini ia benar-benar merasa menjadi gadis lemah yang mudah menangis dan tidak bisa berbuat apa-apa. Dan ia merasa lebih membenci dirinya sendiri karena nyatanya memang tidak ada yang bisa ia lakukan.

Napasnya tertahan saat dirasakannya sebuah tangan menangkup pipinya. Jari itu menghapus air mata itu dengan amat pelan.

Sentuhan ini ...

Tangan ini ...

Ia mengenali sentuhan ini. Mengenali tangan ini. Mengenalinya dengan sangat baik. Ia merindukannya nyaris setiap saat. Dan mengetahui kalau sosok itu kini berada di hadapannya benar-benar membuat air matanya semakin mengalir. Merasakan tangan itu kini melingkari tubuhnya dan mengusap pipinya pelan. Ia mengangkat kepalanya. Mendapati bahwa kini Cho Kyuhyun sedang berjongkok di hadapannya, menyamakan tinggi badan mereka. Tatapan pria itu penuh dengan kasih sayang dan terlihat berusaha membuatnya tenang. Tapi nyatanya itu malah membuat isakan Je Wo semakin menjadi. Pria ini masih menatapnya dengan cara yang sama. Masih mencintainya dengan cara yang sama, sementara Je Wo membenci dirinya setengah mati.

Kalau saja dia bukan putri ayahnya.

Kalau saja ayahnya bukanlah Shin Yong Joon.

Kalau saja dia hanya gadis biasa.

Semua tidak akan serumit ini. Meskipun pria itu tidak mengatakannya, ia ingin tahu melalui tatapan mata pria itu, pernahkah Kyuhyun menyalahkannya atas semua ini. Tapi nyatanya ia tidak menemukan apa pun. Dan itu semakin membuat rasa bersalah menggerogotinya.

"Kenapa duduk di sini? Kenapa tidak langsung masuk ke apartemenku? Kau bisa membeku di sini."

Kyuhyun bertanya dengan nada rendah dan senyuman samarnya. Merapikan rambut gadis itu dengan lembut.

"Bagaimana ini," kalimat Je Wo terputus karena isakannya. Mata indah gadis itu menatap Kyuhyun dengan pandangan memohon. Air mata itu jatuh kembali, dan tangan pria itu kembali menghapusnya dengan pelan.

"Kita harus bagaimana, Kyu? Apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus kulakukan? Tolong jawab aku."

Tangan gadis itu mengguncang bahu Kyuhyun dengan lemah. Ia lalu membenamkan wajahnya di bahu pria itu. Masih dengan tubuh terguncang dan isakan yang tidak kunjung berhenti. Membuat pakaian pria itu basah oleh air matanya.

"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak ingin kau pergi. Tapi aku juga tidak bisa membiarkanmu tetap tinggal," katanya lagi dengan suara teredam.

Kyuhyun memeluk gadis itu dengan hangat. Tangannya bergetar saat mengusap rambut Je Wo dengan lambat. Tangisan gadis itu membuat dadanya sakit. Ia menarik napas dalam. Berusaha memberikan paru-parunya oksigen. Tapi oksigen itu seperti tersangkut di tenggorokannya. Membuatnya lagi-lagi merasa sesak.

***

Kyuhyun melingkupi tubuh Je Wo dengan selimut. Memberikan cokelat panas pada gadis yang sedang meringkuk dengan nyaman di sofa.

"Bagaimana kalau kita pergi ke luar negeri? Ke mana pun dimana kekuasaan ayahku tidak berlaku. Aku yakin kau bisa mendapatkan pekerjaan lagi dengan mudah. Ah, sekalian saja kita lihat cabang Cho Corp. berada di negara mana saja."

"Aku tidak terlalu mahir berbahasa inggris." Kyuhyun menjawab dengan hangat. Masih memandangi Je Wo.

"Aku bisa mengajarimu. Aku cukup mahir. Sebelum pergi aku akan menyiapkan uang yang banyak agar tidak akan membuat kita sulit nanti."

Gadis itu tidak berhenti bicara sejak mereka memasuki apartemen. Ia memang sudah berhenti menangis, tetapi melihat tingkahnya kini malah membuat Kyuhyun semakin khawatir. Mata gadis itu terlihat bersinar tapi juga kosong. Ia tahu bahwa Je Wo sedang menghibur dirinya sendiri. Gadis itu tahu dengan jelas bahwa tidak akan ada tempat yang bisa menyembunyikan mereka dari Shin yong Joon, Ayah Je Wo.

"Aku tidak tahu apakah orangtuamu setuju atau tidak. Tapi tidak ada salahnya kalau kita berusaha kan? Lagipula—"

"Sssh. Tenanglah. Kau terlalu cerewet. Lupakan masalah itu, oke? Kita tidak akan ke mana-mana. Aku akan menemui ayahmu nanti. Melamarmu dengan cara yang tepat. Jadi, berhentilah merasa khawatir."

Shin Je Wo terdiam di tempatnya. Cara pria itu menatapnya membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangan. Detik berikutnya ia mendapati kepalanya mengangguk dengan sendirinya. Tidak peduli apakah ucapan pria itu benar atau tidak.

"Aku tidak tahu kalau kau ternyata sangat mencintaiku." Kyuhyun berkata ringan sambil tersenyum geli. Menyenggol bahu gadis itu dengan gerakan menggoda.

"Aku menganggapnya sebagai kutukan terbesar yang pernah kuterima." Je Wo membalas dengan kasar. Atau lebih tepatnya, pura-pura kasar.

"Kau terlihat bahagia untuk menganggapnya sebagai kutukan."

"Lupakan saja. Aku pulang."

Gadis itu bangkit dan bergegas melangkah pergi. Dan secepat itu pula Kyuhyun menggapai tangannya dan menariknya hingga terduduk kembali.

"Jangan merajuk, Sayang. Ayahmu pasti langsung membunuhku jika putrinya pulang dari apartemenku dengan wajah sembab seperti itu."

"Aku akan sangat senang jika bisa melakukannya dengan tanganku sendiri."

"Pembohong."

"Dasar menyebalkan!"

"Terima kasih. Dan nyatanya kau sangat mencintai pria menyebalkan ini."

"Berhenti mengulang kalimat menjijikkan itu, Cho Kyuhyun!"

***

Shin Je Wo baru saja mencecahkan kakinya di kamar. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang. Mengamati langit-langit kamarnya dan menghela napas dengan kasar. Alisnya mengernyit saat merasakan getaran di kasur yang ia tiduri. Tangannya bergerak mencari-cari asal getaran. Ia mengambil ponselnya. Layar handphone itu menampakkan sebuah nama.

Lee Hyukjae.

"Yeoboseyo?"

Je Wo~ya. Syukurlah kau mengangkat teleponku. Ke mana saja kau?

"Aku baru pulang. Tadi aku keluar dan tidak membawa ponselku. Ada apa?"

Orang-orang ayahmu sedang mengeroyok Kyuhyun. Cepat ke cafeku sekarang!

"Apa? Tidak! Tidak mungkin! Aku baru saja dari apartemennya."

Tanpa menunggu jawaban Eunhyuk, Je Wo langsung berlari keluar kamarnya. Tidak memercayai apa yang sedang terjadi sekarang. Ia baru saja meninggalkan apartemen Kyuhyun beberapa menit yang lalu. Merasa menyesal tidak melarang Kyuhyun untuk pergi ke café Eunhyuk karena pria itu memang memberitahunya—bahkan mengajaknya untuk ikut—tadi. Ia menghentikan taksi yang melintas dan masuk ke dalamnya dengan terburu-buru.

Napasnya tersengal dan rasanya ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Memukul apa pun yang ada di dekatnya. Membayangkan kenyataan bahwa orang-orang suruhan ayahnya mengeroyok pria itu membuatnya ngeri. Tidak! Ya Tuhan, jangan sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Kyuhyun. Je Wo tidak yakin bisa memaafkan dirinya sendiri jika itu terjadi. Ia menggigit bibirnya. Tidak peduli dengan rasa asin yang berasal dari darahnya sendiri. Mengepalkan tangannya dengan kuat sebagai wujud dari rasa frustasi yang membuatnya nyaris gila.

***

Café itu sudah berada di depan matanya. Tidak menunggu waktu lagi bagi Je Wo untuk langsung berlari ke sana. Tetap memaksa masuk saat pria-pria berpakaian hitam itu berdiri di pintu dan menghalanginya. Membuat emosinya meledak dan melancarkan pukulan ke wajah pria itu. Melakukannya dengan bertubi-tubi karena sejak tadi ia memang sudah menahan rasa marahnya. Membuat pria itu ambruk sambil memegangi perutnya. Ia lalu menumbuk wajah pria yang lain dengan sikunya hingga darah mengucur deras dari hidung orang itu. Dan terakhir, menampar kepala pria terakhir kiri dan kanan, kemudian menendang daerah intim pria itu yang langsung membuatnya rubuh. Ia menghambur masuk. Pemandangan di hadapannya membuatnya bagaikan terlempar ke jurang terdalam.

Je Wo merasa jiwa dari tubuhnya ditarik paksa. Kyuhyun sedang berusaha memertahankan dirinya di tengah serangan-serangan para pria yang menghabisinya dengan brutal. Di sisi lain Eunhyuk juga sedang melawan orang-orang suruhan ayahnya. Nampaknya pria itu ikut membela Kyuhyun. Keadaan café itu rusak parah. Meja dan kursi berhamburan. Pecahan-pecahan gelas dan piring berserakan di lantai. Beberapa kaca jendela pecah. Dan syukurlah tidak ada satu pelanggan pun di sini.

Keadaan Kyuhyun jauh dari kata baik-baik saja. Wajahnya berdarah dan bibirnya robek. Ia bahkan tidak bisa berdiri dengan benar. Sebelah tangannya memegangi dadanya selagi ia sibuk menahan serangan orang-orang itu. Ia tahu pria itu sebenarnya bisa berkelahi dengan baik, tapi jumlah mereka benar-benar tidak seimbang. Ditambah lagi, bagaimana ia bisa melawan dengan baik jika tangannya dipegangi oleh orang-orang itu selagi temannya yang lain memukulinya dengan bengis?

Je Wo berjalan ke arah mereka dengan langkah lebar. Menarik seorang pria yang akan memukul Kyuhyun lalu meninju wajahnya dengan kekuatan penuh. Ia lalu berdiri di hadapan Kyuhyun. Memegangi pria itu agar berlindung di balik tubuhnya. Merasa ingin menangis saat tahu bahwa tubuh pria itu sudah limbung. Ia heran bagaimana Kyuhyun bisa bertahan sejak tadi melihat kondisinya yang benar-benar parah.

"Hentikan! SEMUANYA HENTIKAAAAN!!!" Gadis itu menjerit sekeras yang ia bisa.

"Jangan memukulinya! Pergi kalian semua! AKU BILANG PERGI!!!"

Je Wo tidak bisa menahan dirinya lagi. Ia menghapus air matanya dengan kasar. Menatap semua orang di sana dengan tatapan membunuh. Memertahankan sikap kerasnya meskipun nyatanya ia merasa tidak berdaya sama sekali. Semua ini membuat jiwa dan raganya lelah hingga ia merasa ingin mati saat itu juga. Tapi tidak. Ia tidak boleh kalah sekarang. Kyuhyun membutuhkannya. Jika ia tumbang sekarang maka pria itu akan benar-benar habis kali ini.

Ia merasakan sebuah tangan menggenggam tangannya. Lagi-lagi membuatnya merasakan sengatan listrik yang menyenangkan. Ia balas menggenggam tangan itu. Mengaitkan tangan mereka dengan erat. Ia merasakan kepala Kyuhyun bersandar di bahunya. Merasakan embusan napas pria itu di lehernya. Membuatnya menahan napas tapi juga perih. Pria ini sudah terlalu banyak tersakiti. Dan itu karena dirinya.

"Jika kalian ingin membunuhnya, maka kalian harus membunuhku juga."

Gadis itu mengatakan dengan mantap. Menatap ke arah ayahnya yang kini tengah berdiri di sisi lain ruangan itu kemudian menatap semua pria-pria berpakaian hitam di depan mereka.

"Mati bersamamu tidak termasuk dalam rencana hidupku, Shin Je Wo."

Pria itu berbisik di telinganya dengan suara rendah khas miliknya. Membuat gadis itu tidak kuasa menahan senyum. Bersyukur karena kini ia membelakangi pria itu sehingga Kyuhyun tidak akan tahu kalau mendengar suara lirihnya membuat air matanya mengalir lagi.

Astaga, berapa banyak air mata yang sudah ia keluarkan seharian ini?

"Kau pikir aku mau mati bersamamu di sini?"

"Tidak sebelum aku bisa menggendong Hyunje di rumah kita nanti."

"Hyunje? Cih, pemilihan namamu buruk sekali."

"Berhentilah memerdebatkan nama di saat seperti ini."

"Aku tidak pernah mengatakan ingin melahirkan anak darimu."

"Bukan berarti kau tidak menginginkannya."

Je Wo mendengus kecil. Cho Hyunje? Tidak buruk. Pasti nanti wajahnya akan semenawan Kyuhyun dan dirinya. Melihat dari cara Kyuhyun memandangnya selama ini ia bisa percaya diri bahwa dirinya memang terlihat cantik—setidaknya bagi Kyuhyun. Nanti, esok, kelak. Kalau saja akan ada kata nanti untuk ia dan Kyuhyun.

"Kalau begitu jangan sampai kita mati di sini sehingga membuat Hyunje tidak sempat melihat dunia."

Je Wo menjawab sambil menempelkan kepalanya di kepala Kyuhyun yang kini sedang bersandar di bahunya. Meresapi perasaan nyaman itu dengan baik. Takut jika nanti tidak bisa merasakannya lagi.

"Aku akan meminta bayaran yang besar pada kalian saat ini sudah berakhir nanti."

Eunhyuk berkata sambil menghampiri Je Wo dan Kyuhyun. Keadaannya sama kacaunya dengan Kyuhyun. Pria itu memar di sana-sini. Wajahnya penuh luka tapi tetap saja tidak menghilangkan kesan tampannya. Pelipis matanya mengucurkan darah dan pria itu juga tidak bisa berdiri dengan benar. Tangannya memegang lengannya yang lain.

"Anything you want, beasty."

"Cih, jangan menghinaku. Aku yakin sekarang aku masih terlihat tampan."

"Tidak ada Hyemi di sini. Aku tidak sedang ingin berbaik hati dengan memujimu."

Kyuhyun tersenyum. Entah bagaimana bisa, mendengarkan celotehan gadis itu mampu membuatnya merasa jauh lebih baik. Ia menghirup aroma Je Wo dengan dalam. Merekamnya dengan baik di dalam kepalanya agar tidak lupa. Kyuhyun begitu mencintai wanita ini. Ia tidak ingin kehilangannya. Tidak peduli sekarang ia merasa tubuhnya remuk, namun saat ia memeluk gadis ini, ia merasa ia bisa bertahan. Seperti apa pun sakitnya nanti ia pasti bisa bertahan jika ada Je Wo. Ia menginginkan masa depan dengan gadis ini di dalamnya. Menua bersama dengannya.

"Tuan?"

Kenyamanan itu terusik saat seorang pria di hadapannya menatap ke arah Shin Yong Joon dengan pandangan bertanya. Meminta kepastian pada pria itu tentang apa yang harus mereka lakukan sekarang.

Shin Yong Joon memandang Je Wo dan Kyuhyun dengan tatapan dingin yang tidak bisa diartikan. Ia lalu menghela napas dengan pelan.

"Lanjutkan pekerjaan kalian. Dan jauhkan anakku dari laki-laki itu," perintahnya kemudian.

Kalimat itu membuat Je Wo tersentak. Ia memegang tangan Kyuhyun dengan kuat. Menghajar siapa pun yang berusaha memisahkannya dengan Kyuhyun. Menjerit histeris saat dua orang pria berhasil meringkusnya dan menjauhkannya dari Kyuhyun. Menyeretnya ke dekat ayahnya.

"Lepaskan aku! Lepaskaaan! Hentikaaaan! Jangan memukulinya lagi. Kalian bisa membunuhnya! HENTIKAAAN!" gadis itu menjerit dengan suara yang nyaris habis.

Tapi tidak membuat pria-pria di sana berhenti melakukan kegiatan mereka. Orang-orang itu terus memukuli Kyuhyun. Pria itu masih mampu menangkis serangan-serangan mereka. Tapi terhenti saat seorang pria kembali memukul belakang tubuhnya, membuat pria itu kehilangan fokus dan merasa tidak berdaya hingga hanya mampu menutupi kepalanya dengan tangannya.

Je Wo bergerak, berusaha melepaskan dirinya dari dua pria itu. Ia menginjak kaki pria itu tapi tidak berhasil. Menendang dan bahkan memukul tapi tidak mengenai siapa pun. Ia terduduk di lantai. Tidak mampu menopang tubuhnya lagi. Tangannya serasa nyeri karena dua pria itu memeganginya dengan sangat kuat. Tapi Je Wo tidak peduli. Lukanya terlalu sedikit jika dibandingkan dengan Kyuhyun.

"Geumanhae! Jebal. Kumohon berhenti," ucapnya dengan lirih sambil terisak.

Ia melihat ke arah mereka. Mendapati Eunhyuk yang kini sudah terbaring tak sadarkan diri. Sementara Kyuhyun, pria itu terduduk dengan napas tersengal sambil memegangi dadanya.

"HENTIKAAAN! KALIAN BENAR-BENAR BISA MEMBUNUHNYA!" Ia berteriak seperti orang gila. Berusaha berlari ke arah Kyuhyun tapi dengan cepat ditarik oleh dua pria yang sejak tadi memeganginya.

Akhirnya ia menoleh ke arah ayahnya, menghampirinya dengan cepat.

"Baiklah, baik! Aku akan mengikuti semua kemauanmu. Aku akan menjadi bonekamu selama yang kau inginkan. Jadi sekarang kuminta singkirkan semua orang suruhan sialanmu itu."

Ia menatap ayahnya dengan nyalang. Tidak memedulikan tata krama yang seharusnya ia lakukan. Shin Yong Joon mengangguk pada orang suruhannya hingga mereka berhenti dan kini berdiri diam di sana. Membuat suasana menjadi hening. Kedua orang yang kini memegangi gadis itu juga sudah menjauh dari anak dan ayah itu.

"Apa kau puas sekarang? Aku bertanya, apakah sekarang kau sudah puas?"

Je Wo bertanya dengan tatapan dingin dan napas memburu. Ia mengepalkan tangannya. Menguatkan dirinya untuk tidak terduduk saat itu juga. Bibirnya gemetar dan begitu pula seluruh tubuhnya.

"Aku mulai bertanya-tanya, apakah aku memang putrimu? Karena sikapmu benar-benar tidak terlihat seperti seorang ayah. Selama ini aku membohongi diriku sendiri, meyakinkan bahwa sikapmu padaku itu karena kau ingin melindungiku dan memberikan yang terbaik untukku. Tapi sekarang aku tahu, kau melakukannya bukan karena ingin melindungiku. Tapi karena kau memang tidak memiliki hati.

"Apa dosaku padamu? Aku tahu kau menginginkan seorang putra, tapi aku tidak pernah meminta pada Tuhan untuk dilahirkan sebagai anakmu. Dan kau menganggap kehadiranku sebagai sebuah kesalahan. Selama ini aku selalu mematuhimu. Tidak pernah sekalipun aku membangkangmu dengan sungguh-sungguh. Aku bahkan selalu menunggumu pulang setiap malam. Memberikan ucapan di setiap hari ulang tahunmu yang bahkan tidak pernah kau dengarkan. Dan kau, apakah kau tahu tanggal lahirku? Tidak. Makanan kesukaanku? Tidak. Pernahkah kau satu kali pun menghadiri acara sekolahku? Tidak. Mengucapkan selamat saat aku mendapatkan penghargaan? Tidak. Menemaniku di saat upacara hari kematian ibu? Tidak. Kau bahkan tidak pernah peduli padaku. Apakah aku pernah protes? Tidak. Dan setelah semua yang kulakukan, kau masih merasa kurang hingga harus menyingkirkan orang terpenting dalam hidupku? Kau benar-benar bukan manusia."

Kata demi kata itu menyerang Shin Yong Joon bertubi-tubi. Membuat hatinya yang selama ini mati rasa menjadi bergetar menyakitkan. Shin Je Wo, putrinya, berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam dan mata yang basah.

"Kau benar-benar membuatku menyesal dilahirkan sebagai putrimu!"

Dan setelah mengatakan kalimat itu, Shin Je Wo berbalik dan menghampiri Kyuhyun yang kini tengah duduk bersandar di dinding. Ia bersimpuh di samping pria itu. Ikut tersenyum saat laki-laki itu tersenyum. Pria itu bergerak bangun, membuatnya refleks mendekat. Ia terdiam saat Kyuhyun memeluknya.

"Mau kuberitahu sesuatu?"

"A—apa?"

"Aku mencintaimu, Shin Je Wo."

To be continued...

Continue Reading

You'll Also Like

7.5K 167 4
Diwajibkan untuk follow sebelum baca guys💓 ••• Follow Instagram aku untuk membaca au LAURAKA!! -Cerita asli dari pemikiran author - cerita ini adala...
4K 368 36
Pernahkah kalian merasa bahwa dunia ini tidak begitu adil, kebohongan bertebaran dimana-mana, kenyataan pahit yang diterima. Kisah ini mungkin tak ak...
441 155 17
FOLLOW DULU SEBELUM BACA! No spoiler-spoiler, langsung baca aja;,)
2.5K 458 24
(I) dari Malaka, untuk Baskara. ©️ 2019.