I'am Still Standing

By Rissinzet

87 18 0

Tidak semua benturan itu menghancurkan. More

PROLOG
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
EPILOG

5

3 1 0
By Rissinzet

=> HAPPY READING! <=
.........

Lakukanlah sesuatu yang tidak dilakukan orang lain. Maka kamu pasti akan mendapatkan sesuatu yang tidak bisa digapai orang lain.
—ibuk—

Beberapa hari dihadapkan dengan banyaknya soal-soal membuat kepala Ubay terasa penuh. Hari ini adalah pengumuman hasil akhir ujian madrasah setelah satu bulan menanti. Wali murid sudah berkumpul di aula untuk mengambil ijazah, sementara Ubay menunggu namanya disebut sambil melapalkan do'a.

Abimanyu Ravendra, Suara seorang guru menggema dalam ruangan membuat keringat dingin tiba-tiba membasahi pelipis Ubay.

Sukardi berdiri dan melangkah maju untuk menandatangani surat pengambilan ijazah.

Bola mata kecoklatan milik Ubay menatap sang ayah yang sudah berjalan membawa sebuah map menuju bangku para tamu. Nafas gusar dihembuskan, Ubay berusaha keras agar tidak terlihat gugup. "Gi—gimana hasilnya, Pak?"

Pria paruh baya itu menepuk pelan pundak putranya, "Nanti kita bicarakan di rumah."

***

Suara benturan map tebal yang dibanting ke atas meja kayu terdengar nyaring. Melihat hal itu, semua orang di sekitarnya hanya bisa diam dan menundukkan kepala. Suasana rumah kayu usang ini hening, tidak ada yang berani bersuara, baik anak-anak ataupun orang dewasa. Dua gadis kembar memeluk lutut sang ibu karena takut, sementara kakak laki-laki mereka masih menunduk.

Sekarang Ubay hanya bisa melihat punggung sang ayah yang semakin jauh meninggalkan ruang tamu. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah kepergian Sukardi, mulutnya terasa kelu. Sementara Yuli membisikkan sesuatu kepada dua gadis kembar berusia lima tahun itu. Setelah mendengar perkataan ibunya, mereka berlari menuju kamar sang kakak.

Di ruang tamu rumah keluarga Sukardi, hanya tersisa Ubay dan Yuli yang saling memandang satu sama lain. Keadaannya sudah tidak setegang tadi karena Ubay lebih bisa mengatakan banyak hal kepada ibunya. "Buk!"

"Apa ini, Bang?" Yuli menatap putra sulungnya dengan penuh rasa kecewa.

Wanita berusia tiga puluh tujuh tahun tersebut mengambil map ijazah yang tadi dibanting sang suami. Dia mengamati kolom nilai yang tertulis disana dengan teliti. Jelas saja Sukardi marah besar, hasil akhir yang lagi-lagi mengecewakan. Lebih banyak huruf 'D' disana. Memang bukan pertama kali Ubay menjadi peringkat dua puluh ke atas. Namun, kali ini berbeda, mereka berharap banyak tentang hasil kelulusan MTs yang memuaskan dan Ubay tetap tidak bisa memenuhinya.

"Kemampuan Ubay hanya—"

"KEMAMPUAN APA YANG KAMU MAKSUD, HA?!" bentak Yuli membanting tubuhnya pada kursi rotan di ruang tamu. "Ini bukan tentang kemampuan, Bang. Kalau kamu niatnya pengen lanjut belajar, mbok yo usahane ditambahi. Tapi tetep aja nggak ada kemajuan to?"

Ubay tetap menunduk, tidak ada gunanya menjawab perkataan sang ibu karena hanya akan menimbulkan perdebatan.

"Masih ada kesempatan, jangan sia-siakan keputusan kamu masuk di madrasah aliyah!" pungkas Yuli kemudian berdiri meletakkan ijazah Ubay. Wanita itu berjalan ke arah kamar belakang untuk menyusul sang suami.

Sukardi duduk di tepi ranjang kamar sambil melamun. Dia merasa kecewa tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk melampiaskannya. Langkah kaki terdengar mendekat dan ketika tirai kamar terbuka menampakkan sang istri tengah menatapnya.

"Ibuk udah bicara sama Bang Ubay, Pak. Sebaiknya bapak jangan terlalu marah!"

Sukardi menghembuskan nafas berat, "Ubay itu nggak punya kemampuan to, Buk. Fasilitasse juga terbatas, bapak cuma takut kalau dia diejek teman-temannya nanti."

"Tapi kita punya Allah kan? Bapak sama ibuk masih bisa bantu do'ain putra kita." Yuli menyentuh pundak suaminya berusaha meyakinkan.

"Apa Ubay bisa jadi anak pintar? Bisa membanggakan kita?"

Yuli menggeleng, "Kalau saja Bang Ubay nggak bisa pinter, setidaknya dia jadi anak yang punya akhlak baik to? Jaman saiki¹ pinter aja nggak cukup, Pak. Sing² penting iku bisa menghormati orang lain. Ibuk yakin Allah punya rencana indah."

"Pasti bapak selalu do'a yang terbaik untuk anak-anak, Buk," pungkas Sukardi menyetujui masukan dari istrinya.

Di sisi lain, Ubay masih termenung di ruang tamu. Dia menatap lagi brosur yang diambil dari mading sekolah beberapa minggu lalu. "Gue harus bisa jadi jajaran siswa berprestasi yang masuk ke universitas negeri tanpa biaya."

Setelah memutuskan untuk mendaftarkan diri ke MA Tarbiyatul Islam, Ubay langsung mengirimkan formulir beserta dokumen yang dibutuhkan. Sekarang dia hanya tinggal menunggu konfirmasi dari pihak sekolah. Tidak ada ponsel pintar, sehingga dia sedikit mengalami kendala dalam mendapatkan informasi. Namun, tak lama setelah Ubay memikirkannya tiba-tiba terdengar suara, "Permisi, ada surat!"

Ubay bergegas menghampiri pegawai pos yang mengedarkan surat. Bisa jadi ini dari pihak sekolah yang akan dimasuki. "Dari mana, Mas?" tanyanya.

"Dari MA Tarbiyatul Islam," jawab pegawai pos itu lanjut bertanya, "benar ini rumahnya Abimanyu Ravendra?"

"Iya saya sendiri."

Lelaki muda tersebut menyodorkan format tanda tangan kepada Ubay, "Silahkan tanda tangan sebagai bukti terima disini!"

Ubay mengambil pena dari si pegawai pos kemudian menandatangani kertas yang dimaksud. "Terima kasih!"

"Sama-sama."

Remaja laki-laki yang masih berseragam putih biru tersebut antusias melangkah menuju ruang tamu. Dia membuka amplop surat berwarna coklat di tangannya dengan hati-hati. Selembar kertas hvs yang dilipat rapi dikeluarkan dari amplop itu. Kertas tersebut bertuliskan :

SELAMAT kami ucapkan kepada ABIMANYU RAVENDRA!

Berdasarkan seleksi administrasi pendaftaran siswa baru di MA Keterampilan Tarbiyatul Islam Soko Tuban tahun 20++, anda dinyatakan: LULUS

Dengan kriteria dan fasilitas sebagai berikut:

1. Gelombang istimewa
2. Mendapat Kaos mataris ft MA keterampilan
3. Mendapat Batik mataris + bawahan putih
4. Mendapat Kaos training mataris
5. Gratis SPP 6 bulan pertama
6. Gratis daftar ulang
7. Pin Mataris

Sekali lagi, SELAMAT yaa.. Untuk selanjutnya silahkan masuk ke grup WA melalui link dibawah ini:
https://chat.whatsapp.com

Salam Hebat Luar Biasa
Bersama Mataris, Menggali Potensi Meraih Prestasi

Ttd
Panitia PPDB Mataris.

"IBUK, BAPAKK!" teriak Ubay lupa bahwa orang tuanya sedang marah. Namun, senyuman kecut menghiasi wajahnya ketika membaca kalimat salahkan masuk ke grub WA.

"Kenapa teriak-teriak, Bang?" Yuli keluar dari kamarnya disusul sang suami.

"Ubay resmi masuk ke Mataris!" antusiasnya.

Sang ibu tersenyum bangga, "Alkhamdulillah, Ya Allah. Anak ibuk bisa lanjut sekolah."

"Pak, Buk, coba lihat ini. Ada fasilitas menarik karena Ubay masuk gelombang istimewa, jadi kita nggak perlu memikirkan biaya selama enam bulan." Ubay menjelaskan isi dari surat yang didapatkan.

Sukardi membaca lembaran kertas tersebut kemudian ikut tersenyum, "Alkhamdulillah, rezeki kamu, le. Uangnya bisa kita gunakan buat beli perlengkapan sekolah."

Melihat raut wajah bahagia mereka, sepertinya Ubay tidak perlu kembali membebani dengan mengatakan apa yang sedang dipikirkan. Sejauh ini dia sangat bahagia bisa selangkah menuju impiannya. Laporan kelulusan ini sudah lebih dari cukup, Ubay hanya perlu belajar lebih maksimal lagi.

***

FYI : (terjemah Bahasa Jawa)
1. Saiki : Sekarang
2. Sing : Yang

Continue Reading

You'll Also Like

4M 86.8K 62
โ€ข[COMPLETED]โ€ข Book-1 of Costello series. Valentina is a free spirited bubbly girl who can sometimes be very annoyingly kind and sometimes just.. anno...
631K 7.7K 31
The bad boy's life changes when he suddenly becomes the teacher's baby...
302K 7.5K 109
In which Delphi Reynolds, daughter of Ryan Reynolds, decides to start acting again. ACHEIVEMENTS: #2- Walker (1000+ stories) #1- Scobell (53 stories)...
575K 51.3K 34
๐™๐™ช๐™ฃ๐™š ๐™ ๐™ฎ๐™– ๐™ ๐™–๐™ง ๐™™๐™–๐™ก๐™– , ๐™ˆ๐™–๐™ง ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž ๐™ข๐™ž๐™ฉ ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž ๐™ƒ๐™ค ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž...... โ™ก ๐™๐™€๐™๐™„ ๐˜ฟ๐™€๐™€๐™’๐˜ผ๐™‰๐™„ โ™ก Shashwat Rajva...